Wednesday, April 27, 2011

si janin sedih ; surat untuk ari-ari di surga...

halo sang ari - ari, sedang apa kamu di dunia mu?
dunia plasenta yang aku tidak pernah tahu seperti apa, mungkin kamu itu lengket, amis, tapi dulu aku begitu senang berenang-berenang di dalamnya meski di ikat kamu, tak bisa ke mana-mana.

kini janin telah jadi manusia -aku harap begitu- jari ku sudah lengkap ada dua puluh, walau pun lebih mirip singkong muda yang gembil, bukan seperti jari seorang TOP MODEL tapi aku senang semuanya berfungsi dengan baik, aku bisa meraih gelas di depan ku begitu mantap, aku bisa sesekali mengupil ketika tidak ada yang melihat, aku bisa menyisiri rambut ikal ku dengan jari gemuk ini dan jari ku bisa menggenggam tangannya suatu saat. -sekali lagi aku katakan, suatu saat-
Aku teringat, saat aku menjadi janin aku suka sekali murung karena saat itu ibu ku begitu sedih, ayah ku pergi ke surga, begitu yang bisa aku curi dengar, nenek ku terus menghibur ibuku yang pilu. aku pun ikut sedih, entah kenapa. rasanya ingin sekali keluar dari sini dan pergi susuli si ayah itu -apa sih itu ayah?- 
tapi plasenta menahanku dan dinding-dingin rahim ibu ku yang masih keras pun tidak bisa aku terobos, aku hanya bisa berputar - putar saja di antara basah dan lengket.

tante ku bilang pada mama ku agar mama ku jangan menangis terus.. apa itu menangis, aku ingin menangis, apakah menangis itu enak? bagaimana caranya menangis? aku ingin juga menangis seperti mama. 


karena aku begitu memberontak sekuat tenaga ku, ingin sekali keluar juga, aku tidak ingin terlambat juga untuk mengantar ayah ku ke surga, aku juga inign tau ayah itu apa. jadi aku inign keluar saja, kaki ku yang jarinya baru ada tiga ini terus menendang perut ibuku, aku ingin sekali tahu ada apa diluar perut ibuku ini, kenapa berisik sekali? apa sedang ada pesta diluar sana? meski aku janin aku juga ingin tahu.

tapi ternyata si ayah ku datang. jadi ini yang di sebut ayah.. hmmm... dia temani aku selama lima bulan ini, dia melihat aku bagaimana mata ku mulai tampak, kulitku yang tadinya transparan kini mulai halus dan kekuningan, kaki ku mulai sempurna, dan ayah mengajari ku tersenyum. kami menyanyi bersama, lagu cinta untuk ibu katanya. ajari aku berkhayal dan ingatkan aku agar selalu ceria dan tersenyum jangan pernah menangis. karena menangis itu tidak enak, membuat mata mu menjadi besar, bibir mu tampak tebal, pipi mu lengket dan hati mu terasa sakit. jadi kata ayah aku tak boleh menangis meski sedih. 

kini sudah saatnya aku keluar, wow aku bisa merasakan dinding perut ibuku mulai melunak. aku ajak ayah pergi keluar juga bersama ku, tapi ayah tidak mau, kata ayah aku yang harus temui ibuku dan kakak-kakak ku, aku harus menjaga ibuku dan bahagia di dunia yang paling indah, karena hanya di dunia ini kita memiliki kesempatan hidup. ayah memilih pergi juga... ini kejadian yang dramatis, ketika aku pelan - pelan meluncur ke luar, ayah ku perlahan memudar,, dia memegang tanganku yang sudah berjari lima ini, dia bilang, jari ada berguna untuk menggenggam tangan, dari sana kamu tau apa ada cinta yang mengalir atau tidak dengan ganggaman tangan itu, aku pun bergenggaman tangan dengan ayah.. tapi semakin lama semakin liciin, ibuku semakin mendorong ku kuat, aku tidak ingin keluar bila tidak bersama ayah. 
aku pun tiba di dunia, dan ayah ku kembali ke surga, aku sedih sekali, mata ku mulai memerah, hati ku sakit sekali, tak ingin ayah pergi, nafas ku sungguh tersekat, dada ku bergejolak, aku tidak tau ini kenapa, rasanya sungguh tidak enak dan aku melanggar janji ku dengan ayah karena aku menangis sekencang-kencangnya. 
aku baru tahu artinya "pergi ke surga" itu berarti aku tidak lagi dapat melihat mu dan bersama mu...  

dan aku pun akhirnya tahu kenapa saat itu ibu ku menangis keras-keras. 

dan kini di dalam kesempatan hidup, aku sering sekali menangis meski diam - diam. aku tidak menjaga ibu seperti yang ayah pesankan. 
aku tidak melakukan itu. 

maaf ayah.

hai ari-ari, meskinya kamu tidak perlu sedih begitu bila tidak pernah merasakan hidup, itu lebih baik, kamu akan selalu menjadi ari-ari. yang akan kembali ke surga bersama ayah, seandainya aku bisa memilih aku ingin kamu yang hidup dan aku yang ke surga bersama ayah, tanpa ayah itu tidak enak, menangis itu memuakan. dan aku sudah hampir lelah menjadi manusia atau mengakui diriku sebagai manusia.

dari sejak dahulu pun aku hanya janin yang tidak tahu rasanya menjadi manusia dan kini aku pun hanya janin yang sedang belajar untuk menjadi manusia yang paling manusia. 

selamat ari-ari, karena kamu tidak pernah dapat kesempatan hidup.... 












Suatu sore sebelum pulang

senja mulai pudar, sebentar lagi malam menjemputnya di antara kerlingan cahaya air mancur yang menari di Bundaran Hotel Indonesia.percikannya terasa patah untuk senja, tajam sekali. menutupi saja wajah kuyunya dengan telapak tangan, agar percikan air itu tidak lagi menjilat. sampai malam datang menjemput. senja berharap. 

tapi toh malam tidak akan pernah bertemu senja, senja bukan sore. sore tidak mengenal malam, tapi senja mendamba malam, hitamnya , gagahnya, dinginnya, cerianya, bintangnya, sinar dari lampu sorot mobil - mobil yang sedari tadi bolak balik begitu saja. senja menginginkan malam, menunggunya di tengah halte transjakarta, di temani puluhan orang yang ingin cepat pulang. setiap hari senja menunggu malam. 

menunggu malam di pinggir pantai, seperti pasir yang tersapu ombak bahkan bukan pasir yang menggulung ombak, malam datang senja pergi. 

mengharap malam ketika para karyawan berhak tinggi pulang dari kantor, bau parfumenya sudah hilang, foundation dan bedaknya sudah meluntur dan sekali lagi... malam muncul senja tidak pernah kebagian peluk. 

senja tak ingin lagi begitu lama menunggu.... 
meski menunggu tidak pernah lelah, tapi berkeringat air mata dan pipi basah yang membuatnya menjadi lengket dan ingin segera mandi, bebaskan tubuhnya dari bau malam, dari sentuhan malam, dan semuanya yang menurutnya hanya terjadi setiap lima menit sekali setelah itu senja bangun lagi, sadari memang malam tidak akan pernah jadi milik senja. 

jejak - jejak malam pun menghilang sangat sedikit.

Wednesday, April 20, 2011

Malam untuk malam

Malam, tak sekedar matahari yang mengumpat di balik triplek dan berganti datangnya bulan bopeng. 
Bukan lagi munculnya gelap, memaku sebagian mereka lelap tertidur. 

Bagiku bukan lagi itu, bukan 
Bukan ketakutan ku dalam sendiri dan dingin suhu karena tak berpenghangat. 

Malam untuk ku adalah kepulan asap yang bisa kau lihat atau tak ingin kau lihat. 

Malam tidak buat aku berlari takut kejam saat bajing bangun cari mangsa. 

Malam ada ketika lentera mulai bercahaya dalam kesatuan inti partikelnya terangi jalan ku warnai kehadiran mu. 

Malam telah menjadi harumnya bubuk kopi hitam yang ku tuang di cangkir putih. 
Temani aku jauhi kantuknya. 

malam tidak sihir aku untuk mimpi. 

Malam bawa aku lupa luka dan borok yang penuhi sebagian hati 

Sampaikan darah sampai ke pembuluh jantung. 

Malam telah tiba di nadi. 

Malam, bagai asap, bisa ada bisa pula kau anggap tak ada; aku bagimu. 

Meski kata mu malam adalah jelaga inspirasi 
Tapi malam adalah kamu yang harus selesai karena pagi......... 


Rawamangun, 19 april 11 

Thursday, April 14, 2011

kamu itu permanen... :)

Akankah memang dia 'the one who can't be moved' seperti yang perempuansore ceritakan??  Mungkin memang iya, ia akan selalu jadi bagian sisi hatiku.. Yang permanen tidak akan pernah bergeser dari tempatnya yang setia. 

Meski banyak sakit yang dia tinggalkan begitu saja.. hari yang dipenuhi dengan diam dan tak sekalipun sadari aku ada disitu, disini. 
Meski aku tetap seperti debu yang siap dia sapu dari halaman hatinya, hanya menunggu tertiup angin atau tergilas waktu. 
Itu untuknya sementara aku akan tetap seperti itu dan seperti ini... 
Meski tidak pernah ada seikat cinta yang ia tawarkan tapi suara mu yang khas selalu bingkisi aku nada sendu yang kamu paksa perdengarkan setiap malam
Aku ingin tinggal sejenak di bahunya, mencium bau keringatnya yang menetes karena kelelahan, meraba pita suaranya dan dongengi aku tentang eksistensi ku meski tak sekalipun dia lihat aku bahkan untuk mengizinkan aku sedetik saja di mimpinya pun tidak 

Meski gelas yang kita isi bersama telah kosong dan retak.. Aku toh tetap setia menjaga setiap kepingannya... 

Suaranya, diam nya, lukis nya, egonya... Akan tetap menuai malam yang ia hadirkan tanpa bawa aku di dalam dirinya. 
Aku suka tawanya

Aku suka harumnya 

Aku tidak suka mencintainya.. Tapi toh selalu ada. Kenapa??? 

Adik ku pernah katakan sesuatu yang indah... Cinta itu tidak butuh jawaban karena cinta adalah jawaban itu sendiri 
Dan ini ternyata cinta


Cinta yang tidak akan pernah berubah rasa meski aku selalu mencari definisinya
Cinta yang terus saja hangat meski kamu coba menyiramkan air dingin agar letupan kecil itu padam 
Cinta yang selalu saja dapat menyembuhkan meski begitu banyak goresan berdarah di hati 

Cinta yang masih saja setia membuatku tetap duduk di sini malam ini meski bulan yang mengintip tidak lagi kamu perhatikan 
Cinta yang masih saja membuka pintu meski kamu sudah berkali kali menutup pintu itu 

Aku disini masih ada cinta. 
Yang tidak boleh aku biarkan terdiam tanpa melanjutkan hidup 

Kamu memang 'the one who can't be moved milik ku... 
Dan dengan mu aku pun membuat ini biasa, seperti tak pernah ada kita dan cerita kita... 

Kita tetap menari nari dalam tawa yang sama sama kita ukirkan dalam halaman mu sendiri dan halamaan aku sendiri . Aku akan tetap disini meski ada rasa yang lain mengisi sebagian hati ku tapi bagian mu mengisi bagian yang tidak akan pernah berubah tempatnya dan memiliki porsi lebih besar 
Aku memang harus lanjutkan hidup bersama sebagian aku dan kenangan kecil kita yang tidak pernah akan aku coba kikis karena tidak mampu terkikis
Kamu akan tetap jadi satu - satu nya dan aku tetap lanjutkan kisah dengan sebagian hati yang sudah kamu miliki permanen....... 
.... Aku di sini berdoa agar kamu sadari bahwa aku pun satu -satunya..... 


14 April 11
04.04

Friday, April 8, 2011

diam berdesah

Bila sudah begini aku harus apa ?
Bukannya harus menerima ?
Langit akan selalu ada diatas
Hujan selalu buat basah
Semestinya kita tidak berlalu atau tambah jumawa. Kita hanyalah kita.
Didalam kabut yang menari di pelopak mata tuk sadarkan diri
Dengan titik api yang berdesiran dipojok bagian hati
Ah… kaku ku sendu
Tapi ingat senyum melingkar… kita tertawa
Berpeluk rindu bela ilusi
Menciumi prasangka raga
Dan mengalungkan dengung tawa

Nyatanya malam tak lagi mampu nyatakan aku sedang berdiri atau sudah pergi menjauh.
Tapi hati berteriak : aku masih tetap terpasung.

Didalam pena ada kamu yang menari… desahan mu…
Tutur mu… aku tetap tidak berlalu…

Wisata siang

Aku menulis disini...

Didepan segelas besar cola dan orang lain memandangku lirih sedikit. Seolah mereka tahu aku ini sedang kenapa. Dan memang hari ini aku begitu lelah tanpa tujuan, setelah aku bangun pagi dan mencari sebungkus roti bakar yang aku beli kemarin. Tolong jangan pandang aku begitu. Aku bukan seorang pencuri, atau seorang pengkhianat. Aku hanya butuh nafas. Dari mereka yang memburu ku untuk menuntut. Aku hanya butuh nafas. Butuh detakan jantung yang kuat lagi. Aku tak tahu aku dimana. Ditemani segelas cola bergelas besar dan tiga batang rokok yang tersisa, mereka bersandar pada meja besi dingin dengan kursi kursi disekelilingku kosong. Kesepian.Kenapa semua orang berlalu lalang begitu saja sementara kursi ini minta diduduki. Ah. Tidak ada yang peduli. Meski ku tahu mariah carey sedang bernyayi merdu untuk kami yang akan duduk disini. Tidak dia bukan bernyanyi untuk aku, tapi untuk ruangan diatap langit ini. Kemarin malam sampai sore ini aku telah mati. Aku telahg terjun dari lantai delapan yang murka, didalamnya penuh kemurkaan. Kemurkaan ku pada dinding rahim, dan kedurjaan ku pada modernisasi. Aku tidak kuat, aku bunuh diri saja. Setelah sebelumnya membunuh aku yang lalu, jalani saja dua hari tanpa jiwa, toh tak ada yang tahu.. Lebih tepatnya tak ada lagi yang peduli. Hei jangan kasihani aku. Aku sudah biasa seperti ini.


*******

Ve duduk sendirian di caffe memandang manusia lain berlalu lalang. Sesekali menghisap rokok mentol diselipan jari nya dan sesekali menyeruput cola didepannya, sementara jari kanannya terlalu asyik mengutak atik blackberry yang ia pegang. Tapi ve sesungguhnya sedang tidak asyik. Matanya tanpa jiwa seperti setelah hitam yang ia gunakan hari ini dan hari yang lalu. Siang ini ve sedang tidak berdrama, hanya sesekali menangis dipojok ruangan setelah malam kemarin ia telah membunuh angin didalam sepinya. Bangun tidur tadi ve masih menangis. Tidak ada yang tahu apa yang ve tangisi, semua hanya bisa berasumsi tentang tangisan ve, tidak ada yang tahu kenapa dia terisak sendiri, menjambak - jambak rambutnya. sampai saat dia lekas bangun dan pergi mandi, didalam kamar mandi pun dia menangis, berjejalan dengan ketelanjangan yang tidak ve kenali. Ve pun pergi, dengan mobil merah ranumnya menuju ke pusat institusi yang disebut kampus, tidak pernah ada pendidikan disana lebih tepatnya ve tidak merasakan pendidikan, hanya jalan ditempat saja. Hari ini tidak ada yang menarik dari hidupnya. Pagi. Bagun tidur. Menangis Menuju siang. Dikampus. Menangis lagi. Siang. Bercanda dengan jakarta, menumpang transjakarta. Ke Rumah Sakit. Tanpa ada yang dia cari. Kebingungan. Di lorong pertama ve salah masuk ruangan, kedalam poli penyakit dalam, semua yang ia lihat hanya orang sakit, diatas kursi roda, tergeletak tak berdaya ditempat tidur, dan wajah cemas menunggu namanya dipanggil, ve disana berjam jam. Tidak melakukan apa apa. Semua yang duduk disana orang sakit, menahan sakit didalam raganya Kecuali ve, menahan luka dihati dan jiwanya. "Mbak, mencari apa ya?" Seorang pria berumur 25 tahun membawa sapu dan cikraknya bertanya pada ve Diam. Ve cuma diam. "Dari tadi duduk disini, mau ke poli penyakit dalam?" Pria itu bertanya lagi, wahyu namanya, itu ve lihat dari kemeja yang pria itu pakai. Ve diam lagi. Ve menunjuk ke selembar kertas yang tertempel didinding tepat disebelah kanannya..

POLIKLINIK PSIKIATRI ANAK DAN REMAJA Lntai. II

"Oh, psikiatri, udah kedalam?"

"Belum, saya sedang tunggu dokternya" bohong. Ve bohong

"Ke depertemen psikiatri aja mba, ada dibelakang"

"Oh iya makasi ya.. Saya harus kemana mas?"

"Turun kebawah, dari lift belok kanan, perempatan pertama belok kanan lagi, lurus terus sampai mentok lalu belok kiri, lalu belok kanan"

 "Terima kasih mas" Ve pun segera pergi dari ruangan bau karbol itu.

Ve tampak mengutak atik handphonenya lagi, lalu terdiam, tanda kecewa, telfonnya tidak diangkat.. Lagi. Rautnya mengatakan, dia tidak lagi percaya siapa pun. Setelah tadi sebelum menuju rumah sakit ve menelfon seseorang, yang seperti bayangan. Tidak tampak. Suaranya lembut, penuh keyakinan bahwa tidak akan mengecewakan ve, lelaki itu berjanji akan menghubungi ve lagi. Tapi sampai sore ini pun, tidak sekalipun namanya tampak dilayar handphone ve. Tidak bisa dipercaya. Ve. Sudah tidak percaya siapapun lagi.
Dinding yang membisikan ve untuk terus melangkah, tak pedulikan petunjuk wahyu si cleaning service, arahnya hanya lantai cokelat kekuningan yang dia pijak, melangkah saja tak tahu kemana. Sampai tiba di Pusat Rehabilitasi Orang Dengan HIV/AIDS. Dia tersesat. Ke dalam lingkaran para ODHA yang sedang duduk terdiam seolah menghitung debu yang ia hirup sebelum dipanggil Tuhan, ve duduk diantaranya, menangis dipinggir mereka. Bingung. Tidak mengerti, tidak ada arah lagi. Semua jadi seolah udara yang kasat mata, ve tidak peduli lagi pada dunia yang hanya buatnya bingung.
Wisata rumah sakitnya selesai, diujung jembatan rumah sakit, sampai dia sadar dia sudah tersesat terlalu jauh dan tidak bisa kembali, ingin melarutkan diri dalam aliran sungai yang ia lalui pun tidak mampu. Ve masih ingin hidup. Andai dia tahu, semua tahu, ve hanya berusaha kuat, untuk terus bertahan didalam semua tekanan, ketika tak ada lagi yang percaya padanya, saat semua menuntutnya dengan luka yang tidak akan pernah bisa sembuh, ve hanya ingin orang lain lihat dia kuat, menyenangkan orang lain meskipun dia sendiri bingung atas dirinya, hidupnya dan cintanya. Tidak pernah ada ruang tunggu klinik psikiatri yang ingin ia masuki, hanya ada tatapan curiga ia pada orang disekitarnya.
Dan kaki yang lelah terus mencari, serta hati menjerit kesakitan. Dia akan terpuruk sendiri disemua tempat sampai dia menemukan terapinya sendiri. Terapinya jalani hidup. Obat untuk lukanya. Belum lagi pertanyaan yang paling dia benci sedunia..
"Aku harus pulang kemana?"
Karena tidak pernah ada rumah untuknya, tidak ada sambutan hangat yang memakunya tidak ingin pergi, pelukan mesranya dengan jendela rumah sudah tidak berarti lagi.

Wisata siang ini berakhir. Tidak akan pernah ada psikiater untuk orang miskin,,
Dibawah langit didepan komik gundala putra petir yang ia bawa, ia ingin sekali bermanja pada pagi dan terpeluk didalam pelangi.
"Agar aku tak rasakan luka lagi"

empat baris

Bila kamu bilang ada sayang pasti bukan buat ku
Tentu rindu yang tersisa juga tak harap untuk ku

Tapi seluruh rindu sepenuh cinta didalam aku
Ternyata masih milikmu…

02.11
03 April 2011 

Gelap

Aku masih ingin mencinta lagi
Masuk lagi kedalam jamuan dahaga rindu
Aku hanya masih memuja

Terus memuja, menyandar

Pada jelaga yang tak mampu ku tintai penanya
Aku masih ingin mencinta …

Meski ruang tak lagi dapat celah
Tapi toh aku masih ingin …

Meski ingin tak lagi pasti
Dan pasti tak lagi memiliki…

02.07
3 April 2011