Ini adalah surat cinta tentang sebuah sungai, dimana mengalir dari hulu ke hilir, ke pantai lalu ke samudera. tapi aku adalah kebalikan. Ini adalah surat cinta diam-diam, untuk kamu yang bisa membaca tanpa bisa menerjemahkan. ini aku yang membacamu, dan aku suka.
Sunday, November 5, 2017
Oktober ; Follow River
Dini hari aku bermimpi
tentang sungai yang keruh
semua yang ku kenali berenang-renang
disana semua tertawa
Bermain air - mereka bahagia
Tapi aku tidak
aku ingin berenang ke tepian
aku mencoba sekuat tenaga
lalu aku melihat wajahmu
Juga Tak Bahagia
Diantara mereka
Samar
Aku telah ditepian
Ingin menangis. entah kenapa.
Mimpi.
25 Okt 2017
November ; Sampai Kapan
![]() |
Kee. . |
Sudah ku putuskan
aku akan mencintaimu selamanya
sampai semua waktu terbayar
sampai semua pertanyaan terjawab
Sudah ku putuskan
aku akan mencintaimu selamanya
sampai doa didengar
sampai mimpi terwujud
Sudah ku putuskan
aku akan mencintaimu selamanya
sampai lupa telah melupakan
sampai kenangan menggenang
Mungkin kau bosan
tapi
Sudah ku putuskan
ku tak peduli
Karena
Mungkin kau bosan
tapi
Sudah ku putuskan
ku tak peduli
Karena
Sudah ku putuskan
aku akan mencintaimu selamanya
Sampai didalam hatiku saja.
Sampai selama yang ku bisa.
Sampai lama.
Selamanya.
Kee.
03 Nov 2017
Sampai selama yang ku bisa.
Sampai lama.
Selamanya.
Kee.
03 Nov 2017
November : Tanggal Dua
Kau diantara Ratusan yang lain
Duduk bersila, bersimpuh meminta
Doa segera diwujudkan
Dan tanpa sengaja aku menemuimu di aspal itu
Kau dengan kaos hitam
Menatap mataku dalam
Lalu kita berjumpa lagi di tangga sebuah masjid
Kau tanya apa kabar ku
Ku tanya apa kabar mu
Lalu aku kehilangan semua sendu
Lau yang meneduhkan
Aku, dan kerinduan
Bertukar kabar dalam mimpi
Hanya itu yang kita bisa
Aku.
02 November 2017
Kalak Mate
![]() |
Morning Sky |
;
hujan
gempa
dingin menusuk
yang masih punya tubuh ikut memilu
Aku mencari lagi apa arti mati
apakah kita telah alpa menelaah perkara pergi dan tinggal
kehilangan dan menemukan
Nina, jangan lagi kau menangis
..
Tadi aku terbang kelangit
Mengintip catatan tentang kau dan yang sudah tertulis..
Kau harus juga melihat awan
yang terbuat dari tetes tetes air mata
lalu mereka mengumpal, menyembunyikan memori
Ku bilang :
Tuhan, jangan kau bawa semua memori, cukup jiwa kau bawa bahagia
Rupanya Tuhan menjawab diam-diam
bahwa masih ada yang indah
tersimpan di hati, dan jasad di bumi.
Cinta dalam jiwa, hati, dan tubuh; maka doa menyertaimu utuh
Kabanjahe - 29 oktober 2017
Damai disana, Nande
Sunday, October 15, 2017
Oktober : 27 - Selamat Ulang Tahun, Opal
Pernahkah kamu memikirkan apa yang akan terjadi didalam hidupmu sepuluh tahun kedepan?
atau apakah kamu pernah memikirkan apa yang kamu inginkan dari dirimu sepuluh tahun kebelakang?
Betapa hal-hal kecil mampu membuat diri kita bahagia.
Tadi saya bangun siang, sehabis bangun saya membuat segelas kopi dengan coffee maker yang baru saya beli, entah kenapa kopinya terasa begitu enak, pahit, dan saya sangat suka. lalu saya membakar incense stick - aroma opium. Membuka jendela, siang ini mendung, tapi belum hujan, udaranya sangat menyenangkan - mereka menari-nari di paru-paru saya. penuh.
saya menyalakan laptop dan mulai membuka blog - membaca tulisan saya yang lalu. diantara rangkaian aktifitas yang saya lakukan itu, jantung saya berdegup kencang. saya sedang bahagia.
karena hal - hal kecil itu.
Saya bertanya kepada diri saya sendiri, mengapa begini saja saya bahagia, lalu saya teringat bahwa hari ini, adalah apa yang saya bayangkan tentang saya sepuluh tahun lalu, saat saya 17 tahun, saat itu baru lulus SMA, dimana saya akan meninggalkan fase anak-anak saya, dan meninggalkan remaja dan menjadi dewasa -begitu harapannya-
Di lorong sekolah, waktu itu, saya ingat apa yang guru saya bilang tentang saya ...
"kamu mau jadi apa? coba bayangin sepuluh tahun lagi kamu jadi apa..?"
saya berfikir agak lama... jadi apa? memang saya harus jadi apa?
"saya mau bisa bangun siang, kamar tidur saya nyaman, terus saya bikin kopi, habis itu saya ngopi aja santai"
saya asal sebut.
lalu guru saya bilang "enak banget hidup kamu... ga kerja?"
"ya kerja, tapi saya kerjanya bahagia, bisa dari mana aja, yang penting saya happy"
"mau kerja apa"
"penulis mungkin, atau apapun, saya mau melakukan apa yang ingin saya lakukan, jalan-jalan ga bayar tapi dibayar, atau apapun"
"susah kalo mau mu enak begitu"
"saya mau bikin film, nama saya ada di credit title... "
"apalagi itu, susah"
lalu saya kecewa pada guru saya, dan bertanya-tanya pada diri saya sendiri apakah sesusah itu menjalani hidup seperti yang saya inginkan?
Tapi waktu berlalu, banyak hal yang terjadi dihidup saya, tidak mudah, dengan segala trauma dan sesuatu yang menyakitkan - banyak hal. tapi ternyata hari ini, dititik ini saya berhasil mendapatkan hidup saya seperti yang saya inginkan. seperti yang guru saya bilang dulu ...
"enak banget hidup kamu"
Sempat suatu ketika, karena umur saya yang sudah tidak lagi ABG, banyak yang mempertanyakan soal menikah, mengapa saya belum jadi orang kaya, belum punya mobil, belum bisa begini begitu, belum punya ini itu, saya masih banyak kurangnya, dan segala hal yang tidak saya punya, habis-habisan saya ingin teriak, bagaimana bisa orang-orang berfikir tentang yang terbaik buat orang lain.
saya tidak bisa hidup dari standart orang lain, target orang lain atas diri saya, saya tidak bisa.
"being normal, val" begitu orang - orang bilang
dan saya bertanya "how to be normal?"
Saya begini apa adanya saya.
Apa ada yang tahu bagaimana maniaknya saya bekerja dari pagi sampai pagi lagi, bagaimana saya menangis, menahan marah, dikucilkan, dihina, disakiti, tidak dianggap atau tidak hargai dengan apa yang saya lakukan, saya menolak untuk marah pada orang-orang dan pada diri saya, saya hanya ingin total melakukan apapun atas apa yang saya kerjakan. karena saya percaya kebaikan akan dibalas dengan karma baik.
Saya bukan penjilat yang gampang mendapatkan apa yang saya inginkan, semua modalnya air mata, keringat dan doa. jadi saya tidak bisa hidup atas target orang lain, saya cuma apa adanya begini saja.
menjalani dan mensyukuri atas apa yang telah terjadi dihidup saya.
saya tidak bisa hidup dengan air mata orang lain, saya tidak hidup dari karakter orang lain.
Saya begini apa adanya saya.
Saya tumbuh, manusia tumbuh, ada yang tumbuh terus seumur hidupnya ada yang deserved to be happy, deserved to be hurt, deserved to be loved. dan saya juga pun. Ini adalah self noted untuk saya sendiri di umur 27 tahun, umur yang sulit. Tiga tahun lagi saya akan masuk ke umur 30, life begin at 30, right? tapi tidak, saya telah hidup dari 27 tahun yang lalu. Entah apa yang terjadi dengan hidup saya di Tiga tahun lagi, Sepuluh tahun lagi, atau Dua puluh tahun lagi, saya tidak tahu, tapi saya punya banyak hal yang ingin saya lakukan dan akan saya lakukan.
Hari ini, adalah apa yang saya bayangkan tentang saya sepuluh tahun yang lalu.
dan saya merasa sangat terberkahi.
Hari ini, saya punya Tuhan yang luar biasa baik
Hari ini, saya punya sahabat-sahabat yang sayang saya, tulus - begitu pun saya.
Hari ini, saya punya keluarga yang memberi saya banyak pelajaran dan kekuatan
Hari ini, saya punya kamar paling nyaman didunia
Hari ini, saya punya otak, jantung dan tubuh yang sempurna
Hari ini, saya punya setumpuk pekerjaan yang membuat saya semangat
Hari ini, saya punya banyak cerita untuk saya ceritakan kelak
Hari ini, saya punya cinta didalam hati
Hari ini, adalah hari dimana hal besar akan datang lagi ke hidup saya kelak.
Hari ini menjadi yang paling saya syukuri dan yang saya bayangkan tentang diri saya Sepuluh tahun yang lalu adalah... Bagaimana saya telah menemukan diri saya, mengenali diri saya dan menjadi saya apa adanya.
Itu mahal harganya, tidak akan mampu dibayar dengan standart orang lain atau berpura-pura menjadi orang lain.
kalau ada yang bilang, "val, please be normal" , maka saya berani menjawab..
Please, jadilah apa adanya dirimu.
Selamat Ulang Tahun, Opal.
Oktober :
untuk agustus
untuk agustus
BLASSED! - 29 agustus 2017 ; di Cibubur - sedang syuting. - malamnya, syuting sampai pagi dan tidur di teras kantor.
Kata ; Salah Sangka
Seringnya manusia salah sangka, kamu, aku dan kita semua. banyak yang salah menerjemahkan, dan dikalahkan persepi. mengapa begitu?
mungkin karena masing - masing dari kita memiliki ekspetasi sendiri, dari semua proses yang telah kita jalani dan itu pun berbeda-beda yang dirasa.
jadi mungkin apakah baiknya kita tak lagi berekspetasi kepada apapun. sekelebat tentang hal itu muncul begitu saja. lalu aku ingin menulisinya, tidak berharap siapapun baca, hanya ingin menulisi saja, lalu dibaca ulang oleh saya sendiri, sambil kembali mencari artinya apakah benar yang saya tulis dan saya pikirkan?
seperti halnya berekspetasi pada orang lain - teman, kekasih, keluarga, kadang kita ini terlalu keras berekspetasi pada diri kita sendiri, untuk apa yang kita miliki dan tidak, yang kita mampu atau tidak. tapi ada baiknya juga kita berusaha meyakinkan diri kita sendiri untuk mewujudkan ekspetasi diri kita dengan sebuah usaha, bergerak, jangan sampai tidak.
karena semua yang dilakukan dengan kebaikan akan berbalas kebaikan.
jadi ini adalah dua hal yang anomali, antara bagaimana kita tidak berekspetasi terhadap orang lain dan bagaimana kita mewujudkan apa yang kita inginkan.
Maka, memang kita harus mengenali diri kita sendiri, sebelum jatuh pada logika dan tersungkur dalam perasaan.
Saturday, October 14, 2017
September ; dan segala spekulasi
Ini adalah ungkapan sejujur-jujurnya
tentang februari – maret
Terasa
ga adil ya, tapi bukannya di dunia ini memang ga ada lagi yang adil?
Lagi –
dan lagi, soal ketololan jatuh cinta.
Iya
ketololan. Seharusnya ga begini caranya – tapi bukannya di dunia ini memang ga
ada yang ideal?
Apalagi
kalau mengandalkan standar ideal orang lain, atau be normal? Ask me please, how
to be normal?
Ini
cuma sebuah cerita kenapa akhirnya bisa ada ungkapan
“lagi
diem terus ditimpuk batu!”
aku dan
segala melankolis, sensitive, impulsive atau baperan –at least kamu sebutnya
gitu.
Sambil
bertanya – Tanya; salah saya apa?
Oh
mungkin salah saya terlalu banyak, sampai begini akhirnya, begini apa? Tidak
pernah ada apa – apa kan?
So, let
me know, apa salah saya?
Kenapa
saya di timpuk batu begini?
Hmmm….
Jadi
begini, mulanya kamu harus tau –ya, kamu ga tau saya, ga pernah tau siapa saya-
Kesialan
jatuh cinta itu ga ada di sana, I know
you was drunk.
Ini
bukan soal itu.
Setolol-tololnya
saya merasa menemukan soulmate, kamu.
Eh tapi
ga mungkin kita soulmate sementara kamu ga ngerasain hal yang sama kaya saya
kan?
Tuh kan salah lagi saya lho.
Emang
ga bisa ya kamu membiarkan saya jatuh cinta sama kamu diam-diam, tanpa kamu
harus repot-repot ngurusin apa yang saya rasain sama kamu, atau bersandiwara
sok peduli sama apa yang saya rasain ke kamu. Ga perlu kan?
Toh,
kamu jauh. Saya ga ganggu kamu. Kita ga akan ketemu lagi.
Tapi
kamu meruntuhkan semua pertahanan saya sekarang, soal semangat, bagaimana saya
melihat diri saya sendiri,
Masalah
saya jatuh cinta sama kamu, itu urusan saya kan? Bukan urusan kamu.
Kamu
salah kalo mikir selama saya disana saya jatuh cinta sama kamu, apa yang saya
lakuin disana karena saya suka kamu? Kamu salah.
Disana,
bagaimana saya adalah apa yang saya lakuin karena saya mau, karena saya seperti
itu, bukan karena kamu.
Kalau
disana kamu ngerasa saya “ngedeketin” kamu, dan selalu kamu, mengandalkan kamu
atau apapun yang kamu anggep, kamu salah; saya ngelakuin itu sama semua orang,
sama yang lain juga.
Tapi
disini, saya tahu, saya rindu kamu, kenapa? Ga tau.
Saya
rindu, ngelakuin apa yang saya mau tanpa pura-pura dan itu ada kamu – waktu
itu- kebetulannya adalah saya nyaman.
Dan
segala alasan tanpa alasan bagaimana saya akhirnya bisa kehilangan sesuatu
selepas saya pulang, lalu saya kebingungan, apa yang sudah saya tinggalkan
disana, hati saya, entah sama siapa, sampai saya menemukan jawabannya, kamu.
Saya
berencana kok, untuk mengubur semuanya sendiri dan mencari jawabannya sama
semesta, jadi, kalau memang benar kita dipertemukan oleh semesta, semesta juga
akan kasih saya jawaban kan, dan mungkin ini jawaban dari semesta.
Saya ga
marah, belum marah, saya cuma kecewa sejadi –jadinya.
Sama
semuanya; diri saya, kamu, dan orang-orang disekeliling saya.
Katanya;
saya ga berubah, saya beperan dan lain-lain dan labeling itu menyakitkan buat
saya.
Tapi
sekarang semua ga ada artinya kan?
Kamu
juga sudah buang saya semampu kamu, sebisa kamu.
Dengan
segala alasan, saya tahu kok kamu ga punya perasaan yang sama kaya saya, saya
paham, dan ga mencoba membuat kamu jadi punya perasaan yang sama, tapi boleh
kan saya keep perasaan saya ini tanpa bikin kamu terganggu atau kamu
repot-repot membunuh perasaan saya ini.
Kalo
kamu tahu, mengakui sama diri saya sendiri aja kalo saya jatuh cinta sama kamu
itu sulit banget.
Karena
saya ga punya alasan apa yang harus membuat saya jatuh atau mempertahankan
perasaan saya.
Saya ga
minta kamu perjuangin perasaan saya, saya ga minta. Saya cuma minta harusnya
kamu ga usah ikut campur perasaan saya. Itu bukan urusan kamu kan.
Kamu
dan saya juga akan menjalani hidup masing-masingkan..
Tanpa
saling ganggu satu sama lain.
Tapi
sekarang, semua ga mudah?
Kamu
keliatan sangat bastard didepan saya sekarang, kamu bullshit.
Kamu
pandai acting, tapi kamu harusnya ga beracting sama diri mu sendiri.
Analoginya
gini;
dari awal saya tahu kamu sudah mati, saya lagi coba untuk ikhlasin kamu
meninggal (perasaan saya sendiri), tapi tiba-tiba makam kamu dibuka lagi, mayat
kamu di taro didepan muka saya, terus ‘mereka’ bilang sama saya : “Tuh liat,
dia sudah mati, udah lo jangan harapin dia lagi.” Sementara saya udah tau kamu
udah mati, dan mayat kamu juga ga ngomong apa-apa sama saya.
Saya sekarang ga bisa marah
Saya sekarang ga bisa tahu apa yang
baik buat saya
Saya sekarang ga tahu harus
menyingkapinya gimana
Saya cengeng, selalu nangis kalo inget
kamu
Saya malu
Harusnya
saya ga punya alasan lagi untuk terus mengasihani diri saya sendiri karena
kamu.
Semoga
kamu bahagia di sana dan bisa menjadi bahagia untuk orang lain…
Never ending
Apa kau
juga pernah curi-curi baca tulisan ku yang lalu, tentang kau?
Karena
aku masih, diam-diam membaca tulisan mu, tentang ku.
Bahasa
Kita berdua yang tak lagi punya bahasa
Karena kata – kata tak lagi bisa dimengerti
Apa karena kita terlalu sibuk berusaha menerjemahkan setiap yang
ingin kita sampaikan?
Atau yang telah kita sembunyikan ?
Dan mungkin cuma aku.
Kau tidak .
Kau dan segala ketidakberdayaan.
Yang telah kehilangan daya untuk menerjemahi
Dan kau yang menyimpulkan
Begini akhirnya jika cinta adalah kata tanpa arti,
Dan bahasa tanpa kamus
Tentang apa yang seharusnya kita sama-sama pahami
Bukan sama kita ingkari
Ah aku meracau .
Aku terlalu banyak mencari arti dari setiap sandi.
Lalu kau kehilangan kata.
Dan kita berdua akhirnya benar-benar kehilangan.
Adityawarman 41.
01 July 2017
Yang tidak tahu; Cuma AKU
Di suatu sore
ketika matahari mulai kelelahan, aku dan sekumpulan bekantan memandangi mu,
yang sedang keranjingan mabuk bakung, tanpa peduli pada kunang-kunang serupa
lalat, belum bercahaya, katanya belum jadi kuku orang mati. Dan di bawah kita
arus sungai begitu kencang, padahal ku dengar dari penduduk setempat, air
beriak tanda tak dalam, dan buaya – buaya muara siap – siap menerkam, didalam
dasar, persis dibawah perahu kita.
Kita, aku dan
kepala ku yang terdampar disebuah pulau, entah apa namanya – aku tiba-tiba
amnesia, atau pura-pura, jika saja diantara kita pandai membaca pertanda, pasti
kita tahu dan memahami. Tapi aku dan sebagian kepalaku lupa membaca dan
pura-pura tidak tahu.
Lalu aku pergi
ke dek kapal, memperhatikan mu dari jauh, di kapal sebelah,kapal yang karam,
tak punya nahkoda.
Matahari sudah
makin lelah, garis-garisnya paruh baya; ada jingga, memerah, menghitam, ini
mungkin artinya adalah syahdu, jika saja aku tahu, bahwa esok hari, semua
semakin gelap.
Lalu aku
terbangun dari mimpi soal perahu dan sungai. Aku hanya terbaring sendirian di
sebuah kamar warna ungu – abu yang penuh jamur putih di dinding. Keringat mulai
keluar deras dari pori-pori ku, jika saja keringat mampu menggantikan air mata,
mungkin mata ku sudah berbinar, bersih, sejuk tidak memerah kekurangan tidur.
Perkara mimpi soal kapal dan sungai, aku seperti pernah berada disana, entah
masa apa, entah di kehidupan lalu ku yang mana, terasa seperti tak asing.
Mimpi itu
seperti puisi, yang berisi sampah-sampah kata, yang tertahan tanpa aku tahu
apa, mungkin aku ini putri keturunan buaya, atau dulu aku ternyata ikan-ikan
kecil penghuni sungai atau aku ini sebenarnya adalah pohon nira yang tumbuh
liar.
AH, aku butuh
air putih.
Lalu aku
memandangi tattoo di tangan kiri ku, tattto sebuah sungai dan dek kapal, sambil
bertanya – dan selalu bertanya. Kapan aku buat tattoo ini, tattto apa ini.
Disana, didalam
tattoo ku, sungai itu berliku, dan sepanjangnya tumbuh pohon-pohon lebat –
mungkin saja itu hutan, tattoo itu kosong, tanpa siapapun. Dek kapalnya tak ada
satu pun orang. Arusnya tak kencang, seperti tidak arus, tapi kapalnya tetap
jalan.
Kamar ku
seketika sunyi, sebuah surat di meja kerja ku. Sebelumnya tak pernah ada
disana.
Tulisan tangan.
Pesan untuk mu.
Maka kita tak akan pernah bertemu lagi, dan kamu
akan membunuh segala yang pernah ku ingat tentang ku, hingga suatu ketika pun
datang, tak ada lagi yang bisa kau ingat, selain hati yang berlubang.
Tak ada yang perlu kau ingat.
Tak perlu lagi bertanya,
Aku
Lalu, aku duduk
menangis.
Selalu mencoba
mengingat-ingat, mengumpulkan lagi apa saja yang telah mata ku lihat, kulit ku
sentuh dan masuk kedalam hati, tapi rupanya tak ada lagi bahasa yang bisa
menerjemahkan. Tidak pernah
ada kenang yang cukup untuk dipertahankan dalam ingatan, aku membongkar isi
kepala ku mencari tumpukan logika dan rasa yang sudah ku buang dahulu, Dan
mengingat lagi, mengapa aku membuang semuanya untuk satu hal yang akhirnya pun
aku terbuang.
Aku ingin
memaki, tapi entah pada apa, pada siapa.
Aku tak lagi
bisa tidur.
Bertanya-tanya.
Apakah ada
seseorang di dunia ini yang mampu menjelaskan apa yang menjadi terbaik untuk
orang yang lain?
Bagaimana bisa
menentukan rasa sakit yang dialami seseorang sementara kita adalah makluk yang
selalu sendirian?
Bukankah cuma
diri kita sendiri yang bisa merasakan sakit yang kita alami, atau bahagia?
Mengapa bahkan
diri kita tak mampu memilih untuk apa yang akan kita lakukan.
dan segala yang ditanyakan, tak akan dijawab, hingga pada suatu ketika, kita tak lagi butuh jawaban.
Kosong.
Mencintaimu itu kosong.
Subscribe to:
Posts (Atom)