Sebelum dia pamit untuk offline, dia mungkin menyempatkan diri untuk mengintip apa yang saya tulis di dalam blog, saya menulis tentang Ketulusan, sesuatu yang saya tulis dari dasar hati ‘Ketulusan adalah mencintai apa yang tidak aku bisa, menyukai apa yang aku tidak mampu dan menerima apa yang aku tidak punya....” ternyata responnya adalah… dia bilang saya egois dan tulisan saya terlalu sempit karena menulis hanya untuk diri saya sendiri (oke, my darl saya hanya menulis dari hati saya, saya memang hanya penulisan amatiran yang menulis ketika saya ingin menulis) itu bukan masalah besar bila saya di ‘kritik’ tentang tulisan, tapi opininya tentang ketulusan versi saya-lah yang sepertinya menyangkut di hatinya dan membuat saya di labeli sebagai manusia egois.
Jadilah malam ini saya mencari arti ketulusan,
menurut KBBI yang saya temukan di google ‘tulus’ merupakan kata sifat yang artinya sungguh dan bersih hati (benar-benar terbit dari hati yang suci, jujur, tidak pura-pura, tidak serong) tulus hati; tulus ikhlas:
Sedangkan menurut , Inung.
“tulus = tanpa pamrih.
sadar
tanpa disuruh”
simple tapi saat saya bertanya pendapatnya mengenai ketulusan versi saya apakah saya egois atau tidak, ada jawaban mencengangkan, dia bilang saya tidak egois karena mencintai itu adalah hal yang terjadi bukan "karena" tapi "walaupun" jadi mencintai itu bukan karena dia baik atau apapun melainkan mencintai walaupun dia ini itu.” Mengerti? Simple nya… mencintai semua kekurangannya, seperti yang saya tulis tentang ketulusan kan??
Bukan saya egois dengan mencari alasan pembenar untuk ‘definisi versi saya sendiri’ saya hanya ingin menemukan pihak ketiga dari apa yang saya fikirkan ini, supaya saya dan dia sama-sama bisa saling melihat dari kacamata orang lain agar kami saling menuruni ego kami masing-masing.
sama-sama saling memahami dan mengerti tentang ketulusan.
Satu hal yang membuat saya terdiam sedetik adalah… kalimat inung yang menyatakan mungkin ‘dia’ belum mengenal saya lebih dalam, atau mungkin saya yang belum mengenalnya lebih dalam? Jadi ternyata selama ini kami belum saling mengenal. saya rasa kami sudah saling mengenal, hanya kami belum saling mengerti satu sama lain, kami hanya menuruti ego kami padahal arti ketulusan adalah kesungguhan hati. kami harus saling belajar mengerti dan memahami.
kenapa Ketulusan begitu penting untuk saya ?
karena saya bukan manusia sempurna, hidup saya penuh dengan kekurangan, sebuah kekurangan yang akhirnya bisa menjadi manis bila di dampingi dengan ketulusan, karena saya ingin hidup yang manis, cinta yang tulus, mencintai saya dengan ukuran celana saya yang besar, mencintai saya dengan segala kelabilan saya, mencintai saya dengan emosi saya, mencintai saya dengan hidup yang naik turun tanpa saya bisa kendalikan, mencintai saya dan diri saya, dan saya pun mencintai dengan ketulusan, kerena buat saya cinta bukan memberi dan menerima, tapi memberi, memberi dan memberi terus.
itulah cinta.
Saya selalu bilang dia egois dengan sifatnya yang “keras”, “menuntut” dan banyak hal lainnya padahal itu semua karena kami belum saling mengerti.
Dengan mengetahui kita akan mengenal dengan saling mengenal kita akan saling memahami dengan memahami kita akan menerima dan penerimaan tanpa paksaan adalah suatu ketulusan.
sebuah arti ketulusan yang saya temukan di sepertiga malam setelah mencari dan membuka-buka laci hati, ketika saya berhasil memaknai arti sebuah ketulusan, terlintas seseorang di kepala saya.
semoga, kali ini kamu juga dapat menemukan arti ketulusan untuk mu dan untuk waktu yang ada di genggaman kita..
.............. Selamat malam.
.............. Selamat malam.
No comments:
Post a Comment