![]() |
Aku seperti senja kecil sendirian |
Awalnya aku tidak sadari harum tubuh mu karena penuh asap rokok disini,
karena tubuhku di banjiri buih beer dan pikiran ku sedang dalam
ketidaknyamanan. Semua mengangkat gelasnya dan menggoyang tubuhnya
karena musik mu, kamu. masih asyik di panggung itu dalam ketidaksadaran,
kamu mabuk.
Itu malam pertama kita bertemu lagi, sebelum kamu
lihat aku duduk di meja paling pojok di bar ini, kamu tidak menyadari
aku duduk sedari tadi, yang kamu sadari adalah pia, temanku yang
menemani aku, bukan, tapi aku yang menemani dia. Aku terlalu asyik dalam
rokok ku, sampai kamu datang disamping ku. Acuhkan aku, ya aku pun
begitu, kamu bukan sesuatu yang penting untuk harus ku ingat, meski
samar aku masih ingat pertemuan kita pertama kali.
Sore itu,
aku keluar kelas, kuliah sudah usai, masa ospek sudah berlalu. Aku ingin
segera pulang, tapi tampaknya, kamu dan teman-teman mu yang merasa
kakak senior menahan kami anak2 tingkat bawah untuk berkumpul bersama di
lobby kampus, di tengah rindang dan senja sore. Kamu.. Aku ingat. Kata
yang pertama kamu ucapkan..
"Lana, kamu harum sekali"
...Aku tertawa.
...Kamu juga tertawa.
"Kamu pakai parfum apa?"
... Aku hanya tertawa, ku pikir untuk apa aku menjawab pertanyaan orang mabuk.
Kita berbincang sebentar, saling tukar nama, mengenal identitas, kamu
memnyodorkan aku sebotol anggur murahan, aku minum seteguk untuk
formalitas.
Sore itu berakhir, aku pulang.
Biasa saja.
Dan malam ini, lagi-lagi kita bertemu dalam keadaan tidak sadar. Kamu, bukan aku.
"Re, pasti kamu lupa sama aku ?" .. Sapa ku.
"Ga kok, aku inget sama kamu, eh siapa nama kamu..? Kok kamu ga pernah kuliah" balas mu
"Lana, Aku ada cuma kamu ga memperhatikan"
..Kamu terdiam. Aku kembali menghisap rokok ku dalam-dalam.
"Aku masih ingat wangi tubuh mu"
.. Aku terdiam. kamu menghisap rokok mu dalam-dalam.
Detik itu berlalu dengan canda dan tawa, efek alkohol. Beberapa jam
kita saling mengenal lagi, saling berbagi cerita lagi, buat ku saat itu.
Kamu adalah teman baru. hingga akhirnya kamu yang tidak lagi sadar
terlibat cekcok dengan lelaki berbaju hitam di meja sebelah, dia meninju
rahang mu, aku tersentak, untuk masalah yang sebenarnya tidak tampak,
buat apa adu kuat disana, ini merusak malam kita. Kamu harusnya tahu
itu, aku menggenggam erat tangan mu, entah kenapa aku berani melakukan
itu, harusnya tidak aku lakukan, tapi karena pia, temanku meminta ku
akhirnya aku lakukan.
"Lana, malam ini re lagi lucu sama kamu, coba re di redam emosinya"
Entah apa sebabnya, kamu mendengarkan aku. Kita pulang. Ke rumah mu.
Kamu banyak mengeluh kesakitan, kamu tak pantas manja, kamu terlalu
liar untuk bermanja-manja, tapi kamu sangat manja, aku merasa tergelitik
melihat mu.
"Lana, anterin aku beli beer yu"
"Oke"
"Sekalian beli obat untuk rahang ku, sakit banget solana" kamu menyebut
namaku lengkap. Padahal aku tidak pernah menyebutkan nama lengkap ku,
hanya teman-teman terdekat ku yang tahu.
"Iya re"
Detik ini, kita adalah teman baru.
Di depan mini market pukul 04.00 pagi, ditemani sebotol beer dan rokok
menthol favorit ku, aku mengobati mu, menempelkan koyo plester di rahang
mu, terlihat konyol, tampang mu yang sangar ternyata kamu begitu manja.
Kita banyak berbincang disana, banyak tertawa, lebih mengenal lagi, aku masih menganggap mu teman baru ku.
Matahari sudah datang, tidak terburu-buru, dan tidak terlambat, cahaya
mulai masuk di sela jendela, aku sudah ada di kamar mu. Berdua.
"Lana, I don't know how I feel"
Aku terdiam.
"Re, Kamu salah mengira tentang aku"
... Kamu menunduk
"Aku tahu aku salah, aku tahu kamu pasti pikir aku bajingan"
...Aku diam saja.
Tadi kamu ingin mencium ku, tapi tidak aku lakukan, kita teman biasa re, aku tidak ingin ini terlalu jauh.
"Lana, aku nyaman sama kamu, entah kenapa"
Aku diam.
"Please lana, ngomong sesuatu"
"Sudah pagi, aku mau tidur"
Aku menarik selimut di kaki ku, pura-pura terlelap, dengan kamu yang
masih duduk di pinggir ranjang. Menghabiskan rokok mu, saat itu kupikir,
kamu bisa jadi "morning sunshine" ku.
------
Nama
ku Solana, matahari. Aku ingin menjadi matahari untuk sekitar ku, aku
ingin menghangatkan setiap orang dalam pelukanku, tapi aku merasa
sendirian, sendirian berbagi kehangatan, aku kadang hilang saat malam,
aku juga pudar saat senja. Begitulah aku sekarang, aku pudar, karena aku
mungkin hanya matahari senja yang berlalu didalam malam, aku ingin
matahari pagi ku datang, didalam aku, menjadi satu, menemani aku. Aku
ingin matahari pagi, dan aku ingin Are, menjadi matahari pagiku.
Are duduk disampingku, memesankan aku makanan, kita makan berempat, aku, are, pia dan andra, pacar pia yang juga sahabat are.
Aku senang hari ini, pagi ini. Bersama are, bersama mereka.
Rasanya nasi pecel yang aku makan menjadi nasi pecel terenak sedunia.. Rasanya aku ingin mengulang lagi, pagi ini.
setelah sarapan, re mengantarkan aku pulang, sepanjang jalan pulang, jogja terasa begitu indah.
Aku tiba di kostan. Are pun pulang, aku kembali terdiam. Memikirkan beberapa hari ini.
Apa aku jatuh cinta?
Apa aku mulai membuka hati?
...Aku tidak tahu.
Aku hanya tau bahwa aku senang melihat namanya ada di contact bbm ku,
aku senang bila dia berkali-kali kirimkan aku pesan singkat.
Meski aku masih tidak yakin.
Setelah sarapan itu, aku tidak bertemu are lagi, are menghilang sehari.
Hari sudah berlalu lagi.
Senja masih sendirian. tiba-tiba saja are datang ke kostan ku bersama
andra, matanya sinis, tidak ramah padaku, mereka datang hanya menanyakan
keberadaan pia, apa pia ada bersama ku, nyatanya tidak.
Aku kebingungan, are kenapa?
apa yang salah dari aku?
Rupanya are sore ini, perform bersama bandnya di acara kampus kami, dia
tidak meminta ku untuk datang, dia tidak memberi tahu ku, sampai aku
membaca bbm nya
"Band ku manggung jam 4"
Tanpa embel-embel meminta ku datang, aku begitu penasaran sekali padanya. Sungguh.
Aku datang ke kampus jam 5 sore bersama pia dan anjing-anjingnya. Aku
langsung bertemu teman-teman kelasku, kami bercanda-canda, sambil
menikmati acara ini, aku melihat are sepintas, aku yakin are melihat ku,
tapi dia tidak menyapa ku atau pun menghampiri ku, aku benci sekali
masa itu. Bila are tidak peduli padaku bukan kah aku bisa lebih tidak
peduli padanya??
Aku pun mengacuhkannya.
Pukul sembilan malam, aku dan are akhirnya bertemu.
"Aku nungguin kamu dari tadi lana"
"Aku disini dari tadi"
... Kami terdiam.
Aku menghisap rokok ku, are menenggak minuman kerasnya. Tiba-tiba are
pergi. Setengah jam dia kembali lagi, tiba2 dia mengelus kepalaku, tapi
aku tidak suka matanya, matanya tajam. Aku tak mengerti apa yang sedang
dia pikirkan, aku hanya tau dia begitu kacau malam ini.
Akhirnya aku pulang, tak mengerti apa yang terjadi dengan are, are
begitu cepat berubah. Aku curiga, dia mengkonsumsi anti depresan.
Dugaan ku benar. Are tiba-tiba datang ke kost ku, dia benar-benar
berubah, senyumnya kembali hadir, dia kembali tertawa-tawa bersama ku
dan pia.
Aku mabuk malam itu, dia ingin pulang, aku menahannya pulang.
"Aku benci sama kamu re"
"Lana, kamu tuh ga ngertiin aku banget"
.... "Jangan pulang are"
"Lana, kamu besok harus pergi ke jakarta.. Makasih sudah datang tadi, lana"
Are pun pergi, meninggalkan aku. Sendirian, lagi.
****
Rel dan roda kereta saling berhimpitan, menimbulkan suara rindu yang
aku suka, beberapa kali terowongan aku lewati bersama kereta ini, dari
pagi tadi sampai siang ini, aku duduk sendirian, kereta sepi hari ini.
Ac di kereta terasa sangat dingin, padahal matahari diluar sedang begitu
eksis menonjolkan diri, aku pulang mama, sebentar, aku tidak rindu
jakarta, belum lagi sampai aku sudah rindu jogja, aku rindu are.
Are tapi hilang tidak ada kabar, seperti deru debu yang berlalu
dibelakang kereta ini, beberapa anak kecil berlarian kegirangan, kereta
sepi seperti ini sangat langka terjadi, mungkin aku juga girang bila
saja are disini bersama ku, beberapa hari yang lalu, are janji
mengantarku ke jakarta, dia ingin ikut aku pulang, tapi nyatanya,
janjinya cuma janji, bualan. Aku harusnya sadari ini dari awal, hingga
tak terlalu banyak berharap. Harusnya, aku terbiasa sendiri.
Aku menghabiskan roti blueberry yang ku bawa, are belum juga ada kabar,
handphone ku masih kosong tanpa namanya. Berkali-kali aku menulis pesan
untuk are, namun selalu tidak jadi aku kirimkan. Buat apa? Toh are pun
tidak menghubungi ku meski dia tau hari ini aku pergi.
Aku berkali-kali ingin menelfonnya, tapi untuk apa? Dia pun meninggalkan aku dengan marah semalam.
Dia pun berjanji padaku untuk ikut aku, nyatanya dia lupa janjinya.
Memandangi rel disampingku rasanya menyenangkan, aku terlelap. Aku
terbangun ketika aku merasakan sakit dikepala ku, sepertinya aku
kepalaku terbentur-bentur jendela kereta. Aku terbangun. Mengecek
handphone ku, surprise, ada nama are di salah satu pesan singkat.
"Lana, sudah sampai mana?"
Aku tersenyum. Memengang handphone erat-erat. Memandangi hamparan sawah
di sampingku, memandangi anak-anak kecil yang rupanya masih
berlari-lari sedari tadi.
Aku ingin merasakannya.....
"Di tengah hamparan sawah, ga tau dimana"
"Kamu hati-hati di jalan"
Akhirnya, sepanjang jalan kami terus saling mengirim pesan singkat. Are
menemani ku, meski tak ada disampingku. Saat itu, aku tak tau ini
rasanya apa.
Malam di jakarta, aku mencoba mencari rasa cinta
ku lagi pada kota ini, aku mencoba mencium lagi udara pengap di kota
ini, aku mencari serpihan rindu yang sekiranya masih ada, ternyata.. Aku
lebih rindu are.
Meski Kee, seseorang yang membuat ku
meninggalkan jakarta masih ada disebagian hatiku, hanya saja, aku
memaksa diriku untuk tidak merindukan kee.
Taman Ismail
Marzuki, pukul 00.15, Aku berkumpul bersama teman-temanku, menceritakan
yang tak sempat diceritakan, mengatakan apa yang pernah di katakan, kami
terlena dalam rindu, sekilas aku tidak memikirkan are, aku menikmati
hujanan kasih sayang dari sahabat-sahabatku, mereka sedang butuh aku
disini, aku tahu itu.
"Andai kamu disini"
Are tiba-tiba mengirim pesan untuk ku.
Aku kembali tersentak. Seperti bukan are.
"Kenapa kamu are?"
"Lana, aku sendirian..."
are, aku ingin menemani mu saat ini, nyatanya begitu, aku ingin kamu disampingku saat ini juga.
"Aku ga lama di sini, nanti aku pulang"
"Kamu baik-baik disana..."
Apa are sebegitu menginginkan aku?
****
Minggu pun pergi. Aku sudah sampai di jogja pagi-pagi sekali, aku dan
are baik-baik saja. Akhirnya aku menghirup embun yang sama seperti are,
akhirnya kami merasakan sinar mentari yang sama, aku dan are telah
berdiri diatas kota yang sama, aku ingin bertemu are.
Senja di
jogja, aku menghabiskan senja bersama pia sambil menikmati sebotol
anggur di rumahnya. Aku ingin bertemu are malam ini, are malam ini
perform lagi bersama bandnya di acara pameran. Tempatnya dekat, kampus
kami. Are menghubungi ku, are bilang, are naik panggung jam 7 malam. Aku
bergegas, memacu motorku bersama pia. Dada ku berdebar, akhirnya aku
bertemu are, bisik hatiku.
musik punk-nya mulai mengalun,
keras tapi menyenangkan, dia sudah ada disana, dengan bass nya asyik
bersama nada-nada, permainannya bagus, rileks, aku suka sekali, dia
tidak lihat aku disini, dari jauh aku tahu, malam ini dia tidak mabuk.
Aku senang, walaupun nyatanya aku yang sedang mabuk.
Aku masuk
kedalam pameran, rupanya teman ku merupakan salah satu pameris, selepas
are perform aku tidak melihat dia lagi, dia pun tidak menghubungi ku,
aku pun tidak kalah acuh, aku malah asyik bercanda-canda bersama
teman-teman ku.
Ruangan ini terlalu penuh asap rokok, sampai
kami semua disini berebut udara, aku tak tahan, aku pun keluar ruangan
dan duduk di bangku sejajar yang telah disediakan untuk para tamu, aku
duduk sendiri, mengambil rokok ku dan membakarnya perlahan, malam ini
aku agak pusing, entah karena aku mabuk atau lelah sepulang dari
perjalanan jakarta-jogja.
"Kamu dimana?"
are mengirimi aku pesan singkat.
"Aku duduk di bangku tamu"
"Sebelah mana?"
Seketika aku melihat kedepan, tak jauh dari tempat ku duduk, ada are
disana, duduk sendirian. Beberapa menit aku duduk disini, mengapa aku
tidak sadar bahwa are duduk di depanku, dan are juga tidak melihat ku.
"Aku dibelakang kamu"
... Are tidak menoleh kearah ku.
------
"Makasih lana, sudah datang lagi nonton aku"
"Anytime, are"
...... Kami duduk diatas ranjang kamar kost ku, hari ini, selepas
acara, are pulang. Pulang ke kost ku, dia baik-baik saja. Kami bisa
berbicara banyak, tertawa lebih. Aku takut sayang are.
"Lana, aku kangen sama keluarga ku"
"Ya pulang dong are.."
"Belum ada waktu yang tepat"
"Kalau begitu tunggu liburan"
.... Aku dan are bertatapan, entah apa yang dia pikirkan tentang aku,
aku pun tak tau bagaimana perasaan ku. Aku hanya ingin baik-baik saja
bersama are.
"Lana, perut ku sakit"
"Makanya jangan mabuk terus"
"Iya, aku sudah ga bisa minum sekarang... selepas opname kemarin"
"Tapi kamu tetap seperti ini, Aku cuma mau kamu sehat re"
Aku mengeluarkan obat yang aku beli di jakarta, untuk are, aku tau are
sakit, meski sedikit menguras uang bulanan ku, tak jadi soal, aku ingin
are sehat dan baik-baik saja.
"Ini buat kamu" ..aku memberikan obat itu untuk are.
"Terima kasih, lana, kamu terlalu baik buat aku"
Aku mencium pipi are, are mencium kening ku. Entah apa yang terjadi diantara kita, yang aku tahu hanya aku ingin bersama are.
Are terlelap disamping ku, wajahnya berkeringat, aku membasuh
keringatnya, aku suka melakukan ini, are terlihat lugu ketika ia tidur,
tidak ada kesakitan di wajahnya, tidak tersisa lagi mabuknya ketika ia
lelap, are tidur sambil memeluk ku erat, aku bisa mendengar suara
jantungnya, aku bersenandung dalam dengkuran halusnya yang menyenangkan.
Are tidak terlihat seperti seorang pecandu ketika ia lelap. Aku ingin
melihat are selalu seperti ini, seperti anak kecil.
Aku pun terlelap dalam dekapan are dan nafasnya yang halus di telinga ku.
Malam ini, aku tahu, aku sayang are.
****
Matahari mulai bergantian hadir, berlalu, aku resah, are mudah sekali
hilang, mudah sekali datang, kadang are datang dalam keadaan kacau...
Memaki ku entah kenapa, ketika aku menjauh are datang dengan senyumnya
yang lugu.
Are semakin sering menginap di kost ku, bila ia akan menginap dia akan bilang "aku pulang nanti". Lucu.
Are pulang, kami menikmati sebotol anggur dan bir bersama, saling
bercerita tentang asap rokok, tawa yang renyah, dan semua resah yang ia
rasakan, lelah yang ia peluk. Aku tahu berat untuknya, tapi aku dan are
menikmati malam ini, kami tidak mabuk alkohol, kami seperti mabuk cinta.
Sampai akhirnya are mencium bibir ku, kali ini, aku tidak
menghindarinya, bibirnya lembut, ciumnya halus, manis, matanya teduh,
ditengah bibir kami saling membelai, satu hal yang aku pikirkan,
hubungan kami ini apa?
Malam menemaniku kali ini, sendirian,
matahari sudah lari dari tadi, tinggal aku solana, matahari yang
membusuk sendirian, sedang mencoba memahami apa yang terjadi antara
dirinya dan "morning sunshine"nya... Apa dia terlalu berharap, atau
perasaan sekilas, apa hanya hubungan persahabatan, tapi bukan ini
namanya persahabatan, karena sahabat tidak bercumbu, sahabat juga tidak
memeluk erat saat sama-sama terlelap. Dia tahu itu, solana tahu itu, aku
tahu.
Solana rindu rasa alkohol di bibir are.
Ya, aku rindu.
******
aku lelap sendirian di dalam kamar kost ku, berharap are pulang malam
ini, aku tidak mengunci pintu kamar ku. Tak terasa malam semakin larut.
Aku terbangun, are ternyata ada didalam kamar ku, sedang merokok sambil
menonton televisi.
"Kamu kapan pulang?"
"Lima belas menit yang lalu"
"Dari mana?"
"Kenapa sih tanya-tanya?"
"Aku kan cuma tanya..."
"Dari kost temen"
Dia pun tidur disebelahku, memberikan ku punggungnya, entah kenapa. Dia
tidak bicara apapun padaku, saat itu aku tahu, dia sedang dalam
pengaruh obat. Lebih aku diam.
Aku membuka sepatu bootsnya yang
masih ia gunakan saat ia tidur, aku membasuh wajahnya yang keringatan,
aku tidak tertidur malam ini, aku memandanginya, apa aku mampu menjalani
hari-hari bersamanya seperti ini, dia datang, lalu pergi, marah, emosi,
kadang begitu manis.
Seperti malam ini, aku bimbang, aku
ingin are terus bersama ku, aku ingin are baik-baik saja, dan sedetik
ini aku sadari, aku tidak tahu bagaimana perasaan are padaku, meski
akhirnya aku menyayanginya.
Di sini, aku hanya terdiam, tidak lagi tahu harus bagaimana.
********
aku mencium harum tubuh are di bantal ku, parfumnya, bajunya... Semua
begitu membuat aku rindu 'si bodoh' itu, are tanpa kabar lagi
berhari-hari, aku tak tahu dia dimana, dia tidak menghubungi ku.
Aku mendekap bajunya. "Are, aku kangen"
*******
Aku sedang berada di pameran teman ku, bersama pia. Biasanya are ada
diacara semacam ini, bersama ku, atau teman-temannya, tapi hari ini
tidak, acara tidak terasa berarti tanpa are, aku tak tahu apa yang aku
rasakan, semenjak are hilang, aku merasa sepi, aku benar-benar rindu
are.
Beberapa orang bersepatu boots terlihat seperti are, tapi itu bukan are. Itu hanya khayal ku.
Tiba-tiba are menghubungi ku, setelah menghilang begitu saja. Are marah
padaku, membentak ku, entah dimana salah ku, aku tak mengerti. Rasanya
aku ingin benci dia.
Aku muak. Are hanya hadir ketika dia butuh aku, tanpa tahu apa yang aku rasakan.
Kemudian, are menghubungi aku lagi, dia ingin bertemu dengan ku.
"Lana, ngebeer yuk"
Aku pun ke rumahnya bersama pia.
Pukul satu malam. Are terlihat kacau, sudah beberapa hari dia hilang,
hari ini aku bertemu dia, dia sangat tidak baik. Aku tak sanggup
melihatnya.
Are menelan pil nya didepan ku...
"Lana, kamu jangan" ..ucapnya pada ku.
Are kembali kumat, dia kembali mengacuhkan aku. Aku tak mengerti, dia
meminta ku untuk datang, ternyata dia kacau dan mengacuhkan ku setibanya
aku disana. Aku tak mengerti maksudnya.
Aku menenggak habis beer yang aku beli.
Aku benci padanya.
are tiba-tiba tidur di pangkuan ku, tanganku di raihnya dan di genggam erat, dia meminta ku memijat kepalanya.
"Lana, aku ga kuat"
Aku pun melakukannya, entah kenapa aku tak sanggup melihat are begini.... Aku nyeri.
Are tertidur lelap, wajah lugunya kembali hadir, sakit ku hilang, aku
suka melihat are lelap begini, are terlihat begitu manis dan baik.
Sialnya, malam ini, aku benar-benar tersadar, aku sayang are, bagaimana
pun are.
*******
Senja, di kost.
Hari ini hari minggu, dari pagi are menghilang, di senja ini, dia menghubungi ku... Kami asyik berbicara melalui bbm.
Aku terkejut, are sekarang sedang berusaha mencari uang tambahan dengan berjualan. Aku bangga padanya.
Hari ini, aku berkeluh kesah tantang apa yang aku rasakan, tentu saja
via bbm, dia mendengarkan, namun aku terkejut saat tiba-tiba ia
mengganti personal message nya dengan kalimat... "Kangen mantan pacar
yang jauh disana"
....... Aku kosong.
....... ...............
Ternyata selama ini, aku tak ada artinya untuk are?
Aku dianggap apa oleh are,
Detik itu juga aku menyerah pada are,
"Aku mundur, maaf"
Aku tak bisa begitu aku sadari tidak ada aku di hatinya, aku ingin sekali marah, apa kamu tahu itu are????
Aku ingin sekali memukul wajah mu dengan botol beer ini.
Aku bingung, mengulang semua yang terjadi diantara aku dan are.
...... Cuma sakit.
.....Dan aku betul-betul menyerah. Entah apa yang are rasakan padaku,
entah apa yang are inginkan dari ku, hanya ketulusan yang membuat aku
menjalani ini bersama are, tingkahnya yang menyebalkan, perhatiannya
yang menenangkan ku, marahnya yang mampu ku redam.... Ternyata, aku tak
ada.
Hari ini, minggu malam. Aku tersadar, are bukan "morning sunshine" ku....
Are bukan matahari yang tepat untuk menemaniku....
Aku bersedia menunggu lebih lama lagi, untuk dia, morning sunshine yang akan mendampingiku.. Dan itu bukan are.
*****
Pagi ini, senin. 06.39
Aku memandangi barang-barang are yang masih ada di kamar ku, sudah tak berarti apa-apa, semoga saja.
Tidak terasa begitu sakit, hanya kosong.
Mungkin ini saatnya aku berlari lagi, mencari matahari pagi ku...
Maaf, spongebob ku... Aku menyerah.
Berkali-kali are menghubungi ku, menelfon aku terus menerus.
Handphone masih terus berbunyi di dalam kamar ku yang telah aku kunci rapat-rapat pintunya.
Aku bergegas, pergi kuliah.
Semoga aku belum terlambat.
21 may 2012....
-----------
L