![]() |
Ulangi aku, satu hari lagi. |
16.45
Lekas, kau mencium
kening ku terburu-buru. Aku masih
lekat menatap mata mu, kau sesegera
mungkin meraih kopi mu dari meja didepan ku. Bahkan kopi pun kau ambil, Hei,
aku telah mencampur sesondok rindu ku didalam sana. Semoga kau selalu ingat. Gerimis
masih merintik deras, aku menahan pelan-pelan agar air di mata ku tidak
menggenang.
“kau baru saja tiba” ku bilang
Kau diam saja.
Lima menit kita lalui
dalam diam saja. Tapi aku sibuk didalam kepala ku. Makanya bibir ku diam saja.
Aku sudah tahu, kau
harus cepat-cepat pergi, tapi aku belum bisa terima, setidaknya untuk hari ini.
Jangan genggam tangan
ku, cepat-cepat pergi, sebelum aku menghancurkan semuanya.
Mengancurkan hidup
mu, meleburkan alur hidupmu.
Biarkan aku ada disini
sendiri saja. Meyakini yang aku percaya, tentang hati yang aku tak tahu sampai
dimana akhirnya tujuan kita, tujuan ku.
“Maaf aku baru tiba dan
harus pergi lagi..”
Stasiun ini pun terasa
sepi, Rel besi tetibaan berkarat, suara deru lokomotif berdenyit antara hujan.
Tiba-tiba, kau pun lenyap.
Dibawa kereta sore melebur dengan asap seolah tanpa sisa, kau hilang, membuatku
tahu bahwa kau seperti tak pernah ada. Kau kembali bersembunyi di kereta pukul
17.00 dan aku tetap saja percaya, kau tidak akan pergi.
Pukul 17.00
Yogyakarta, 6 April
2015
No comments:
Post a Comment