selamat sore, Tuan Kereta.
sore ini kita kencan lagi, mandi sinar matahari, wajah Ku penuh keringat, aku tadi hampir saja terlambat lagi untuk bertemu kamu.
Tuan Kereta. entah sudah berapa puluh kali aku kencan berdua dengan mu, disetiap rel mu berdecit, Dan setiap kursi tempat duduk selalu ada cerita.
cerita tentang pelarian, cerita tentang pilihan, jatuh cinta, persahabatan, berjuang, mempertahankan, jatuh cinta lagi, Dan jatuh lagi.
:)
kamu banyak berubah Tuan Kereta, aku ingat dengan pasti, kencan pertama kita. berdua saja.
kala itu perjalanan mu dimulai malam hari, Dan bukan hanya aku yang berkencan dengan mu. rupanya aku tak benar-benar sendirian. kamu penuh sekali. tapi tetap gagah membawa kami. satu jam aku berdiri. ingin menangis. tapi Malu.
Dan kencan Kita berlanjut, kadang aku bosan padamu, jadi aku memilih berkencan dengan Tuan Kereta yang lain. maaf aku tidak setia walau sebenarnya aku akan selalu kembali padamu.
Kau sudah banyak berubah.
sekarang sekali kencan sudah 75 ribu. padahal saat kencan pertama kita. hanya 35 ribu.
sekarang kamu sudah ber-AC, Dan lebih perhatian karena mengharuskan semua orang harus duduk.
kamu makin gagah sekarang.
Dan hey, sepertinya juga tak ada yang berubah, kamu tetaplah kereta ekonomi yang jogja - jakarta, Dan aku tetap saja aku dengan T-shirt, celana pendek Dan sandal jepit. seperti kencan pertama kita, tidak ada yang berubah. ternyata.
Ini adalah surat cinta tentang sebuah sungai, dimana mengalir dari hulu ke hilir, ke pantai lalu ke samudera. tapi aku adalah kebalikan. Ini adalah surat cinta diam-diam, untuk kamu yang bisa membaca tanpa bisa menerjemahkan. ini aku yang membacamu, dan aku suka.
Thursday, May 28, 2015
"....biarlah pagi perlahan"
Dua perempuan.
Perempuan pertama dan perempuan kedua.
menertawakan hal yang sama, biasanya mereka saling menangisi satu sama lain ketika salah satunya kesakitan.
Tapi malam ini, di tengah kerumunan, mereka berbeda.
Dua perempuan, sudah terbiasa berdua saja.
Kadang perempuan pertama bisa begitu ketus, dan perempuan kedua sewaktu-waktu menggila. Atau kadang kebalikannya. Mereka komplit.
Dua perempuan, tidak menangis malam itu, ditengah kerumunan. Mendengar sebuah lagu.. Yang baru pertama kali mereka dengar... "Biarlah pagi perlahan..."
Mereka berdua saja.
"Kau perempuan penggoda!" Perempuan pertama bilang didalam hati.
Perempuan kedua diam saja, karena tak mendengar.
Perempuan kedua mencoba bernyanyi,, lirik yang masuk kedalam telinganya dan meluncur ke dalam hati; " jalan tak berhenti, arahnya entah kemana..."
"Jangan salahkan aku! Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengendalikan ini semua...!" Dua perempuan, mereka berdua saja.
Kepala mereka terasa berat, padahal tidak mabuk. Mereka lara.
"Kau tahu rasanya dikhianati..?"
"Tidak, oh... Tidak, aku tahu, saat ku melihat mu..!"
"Sakit kau...!"
Perempuan pertama menangis, perempuan kedua tidak tahu.
Mereka berbincang di dalam hati, perempuan pertama menangis di dalam hati
Pagi tadi.
sebuah pesan masuk.
"Kau sakit..? Tapi kau baik-baik saja kan..? Ah sudahlah, kau tentu bahagia di sana, bersama penggoda itu...!"
"Ah sudahlah, biarkan saja, aku lebih baik menahan rindu...!
Perempuan pertama menunduk.
"Dunia telah terlelap, terhanyut dalam gelap..." Lirik kembali mengalun.
Pagi tadi.
Di perempatan kota
"Sumpah! Aku melihat mu, t-shirt hitam mu, sepatu boot hitam mu.. Aku bersumpah, aku melihat mu jam setengah sembilan pagi tadi...!"
"Kau gila"
"Iya, aku sudah gila, ah sudahlah.. Mungkin aku memang sudah gila.."
"Mendengar rahasia yang terucap dan tawa yang tergelak..." Lirik mengalun lagi..
Di antara kerumunan orang, orang-orang yang bau alkohol, lampu panggung yang menyorot retina terasa sakit.
"Kau tahu rasanya mimpi yang kau jaga setiap malam dan ternyata hilang seketika saat kau bangun.. Kau tidak akan bisa bernafas..."
Perempuan pertama berbisik.
"Kau tau rasanya ketika kau berjalan sendirian, kesakitan tiba-tiba kau kelelahan, lalu tanpa terasa kau tertidur, kembali bermimpi indah, dan saat kau bangun ternyata kau sadar semua hilang, ini cuma mimpi... Kau tidak ingin lagi bernafas.."
Perempuan kedua berbisik.
"Seharusnya tidak ada pengganggu didalam semua mimpi ku..."
"Apa hanya kau yang boleh bermimpi...?"
"Tidak juga, kau boleh juga, hanya mimpi mu salah..."
"Apa yang salah dari mimpi, aku hanya kelelahan, lalu aku ingin berhenti sejenak..."
"Tapi seharusnya bukan menjadi perusak.. Aku sangat mengenal mu tolol..."
"Kau yang tolol, sudah tau kau hanya di sakiti, kau diduakan ingat, kau ini diabaikan, kau menunggu mimpi mu sepanjang hidup mu, dan kau tau semua berakhir ketika kau bangun.."
"Ini terlalu menyakitkan..."
"Aku tidak bisa mengendalikannya.."
"Apa kau sebut ini cinta...? Bullshit, cinta itu tidak merusak hubungan orang lain..."
"Apa kau sebut ini cinta...? Menyedihkan, cinta itu tidak saling menyakiti.."
"Dan kita berdua tolol"
"Bukan, kita berdua jatuh cinta. Pada mimpi..."
"Maafkan aku, sulit berada di posisi mu.. Aku melepaskannya..."
"Maafkan aku, sulit berada di posisi mu.. Aku melepaskannya..."
"Aku berkaca padamu, melihat mu sakit.. Aku tidak tega.."
"Aku berkaca padamu, melihat mu sakit.. Aku tidak tega.."
"Tapi akhirnya mereka tega membuang kita begitu saja.."
"Ya, mereka tega.."
"Sudahlah, dia sudah memilih perempuan keduanya..."
"Dan sudahlah, dia lebih memilih perempuan pertamanya.."
"Tetap saja, bukan salah satu dari kita..."
Dua perempuan berbincang didalam diam.
Ya sudah harusnya mereka saling diam, agar saling memandang satu sama lain, menyimpan tangis masing-masing. Biasanya, mereka bercerita semua hal.. Tapi tidak kali ini, rahasia yang sudah terbuka pun didiamkan saja, merasakan semuanya sendirian, memahami saja sendirian, sungguh lucunya saling menyayangi.
Menyimpan rindu mereka masing-masing, cerita mereka sendiri-sendiri. Saling berbisik doa, untuk hati mereka yang telah pergi. Dia yang telah memilih bersama perempuan keduanya, dan dia yang memilih bersama perempuan pertamanya.
Karena toh,dua perempuan tetap berdua saja.
"Saat bersama tak terasa terbawa suasana, seakan waktu tiada berkuasa... Saat bersama tak terasa segala lelah dan lara, biarlah pagi perlahan menyapa..."
Dua perempuan di antara kerumunan orang-orang berdansa, lupa pada bau alkohol, lupa pada bau asap rokok, lupa pada cerita mereka...
3:56 menit pun usai, lagu pun berhenti, mereka melanjutkan lagu berikutnya, terus seperti itu hakikatnya, setelah satu cerita usai maka ada cerita yang lain.
Air mata menetes pelan, diam-diam. Tidak ada yang saling tahu, tapi saling mengerti.
Dua perempuan ini pun pulang, sudah hampir pagi..
"Lets us ride till the sun rise.."
Malam telah usai.
- terinspirasi lagu 3:56 - Rumahsakit
Carburator spring bintaro, 27 Mei 2015
Cheers my soulsister, anita bonit.
:')
Pejaten, 28 Mei 2015
Perempuan pertama dan perempuan kedua.
menertawakan hal yang sama, biasanya mereka saling menangisi satu sama lain ketika salah satunya kesakitan.
Tapi malam ini, di tengah kerumunan, mereka berbeda.
Dua perempuan, sudah terbiasa berdua saja.
Kadang perempuan pertama bisa begitu ketus, dan perempuan kedua sewaktu-waktu menggila. Atau kadang kebalikannya. Mereka komplit.
Dua perempuan, tidak menangis malam itu, ditengah kerumunan. Mendengar sebuah lagu.. Yang baru pertama kali mereka dengar... "Biarlah pagi perlahan..."
Mereka berdua saja.
"Kau perempuan penggoda!" Perempuan pertama bilang didalam hati.
Perempuan kedua diam saja, karena tak mendengar.
Perempuan kedua mencoba bernyanyi,, lirik yang masuk kedalam telinganya dan meluncur ke dalam hati; " jalan tak berhenti, arahnya entah kemana..."
"Jangan salahkan aku! Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengendalikan ini semua...!" Dua perempuan, mereka berdua saja.
Kepala mereka terasa berat, padahal tidak mabuk. Mereka lara.
"Kau tahu rasanya dikhianati..?"
"Tidak, oh... Tidak, aku tahu, saat ku melihat mu..!"
"Sakit kau...!"
Perempuan pertama menangis, perempuan kedua tidak tahu.
Mereka berbincang di dalam hati, perempuan pertama menangis di dalam hati
Pagi tadi.
sebuah pesan masuk.
"Kau sakit..? Tapi kau baik-baik saja kan..? Ah sudahlah, kau tentu bahagia di sana, bersama penggoda itu...!"
"Ah sudahlah, biarkan saja, aku lebih baik menahan rindu...!
Perempuan pertama menunduk.
"Dunia telah terlelap, terhanyut dalam gelap..." Lirik kembali mengalun.
Pagi tadi.
Di perempatan kota
"Sumpah! Aku melihat mu, t-shirt hitam mu, sepatu boot hitam mu.. Aku bersumpah, aku melihat mu jam setengah sembilan pagi tadi...!"
"Kau gila"
"Iya, aku sudah gila, ah sudahlah.. Mungkin aku memang sudah gila.."
"Mendengar rahasia yang terucap dan tawa yang tergelak..." Lirik mengalun lagi..
Di antara kerumunan orang, orang-orang yang bau alkohol, lampu panggung yang menyorot retina terasa sakit.
"Kau tahu rasanya mimpi yang kau jaga setiap malam dan ternyata hilang seketika saat kau bangun.. Kau tidak akan bisa bernafas..."
Perempuan pertama berbisik.
"Kau tau rasanya ketika kau berjalan sendirian, kesakitan tiba-tiba kau kelelahan, lalu tanpa terasa kau tertidur, kembali bermimpi indah, dan saat kau bangun ternyata kau sadar semua hilang, ini cuma mimpi... Kau tidak ingin lagi bernafas.."
Perempuan kedua berbisik.
"Seharusnya tidak ada pengganggu didalam semua mimpi ku..."
"Apa hanya kau yang boleh bermimpi...?"
"Tidak juga, kau boleh juga, hanya mimpi mu salah..."
"Apa yang salah dari mimpi, aku hanya kelelahan, lalu aku ingin berhenti sejenak..."
"Tapi seharusnya bukan menjadi perusak.. Aku sangat mengenal mu tolol..."
"Kau yang tolol, sudah tau kau hanya di sakiti, kau diduakan ingat, kau ini diabaikan, kau menunggu mimpi mu sepanjang hidup mu, dan kau tau semua berakhir ketika kau bangun.."
"Ini terlalu menyakitkan..."
"Aku tidak bisa mengendalikannya.."
"Apa kau sebut ini cinta...? Bullshit, cinta itu tidak merusak hubungan orang lain..."
"Apa kau sebut ini cinta...? Menyedihkan, cinta itu tidak saling menyakiti.."
"Dan kita berdua tolol"
"Bukan, kita berdua jatuh cinta. Pada mimpi..."
"Maafkan aku, sulit berada di posisi mu.. Aku melepaskannya..."
"Maafkan aku, sulit berada di posisi mu.. Aku melepaskannya..."
"Aku berkaca padamu, melihat mu sakit.. Aku tidak tega.."
"Aku berkaca padamu, melihat mu sakit.. Aku tidak tega.."
"Tapi akhirnya mereka tega membuang kita begitu saja.."
"Ya, mereka tega.."
"Sudahlah, dia sudah memilih perempuan keduanya..."
"Dan sudahlah, dia lebih memilih perempuan pertamanya.."
"Tetap saja, bukan salah satu dari kita..."
Dua perempuan berbincang didalam diam.
Ya sudah harusnya mereka saling diam, agar saling memandang satu sama lain, menyimpan tangis masing-masing. Biasanya, mereka bercerita semua hal.. Tapi tidak kali ini, rahasia yang sudah terbuka pun didiamkan saja, merasakan semuanya sendirian, memahami saja sendirian, sungguh lucunya saling menyayangi.
Menyimpan rindu mereka masing-masing, cerita mereka sendiri-sendiri. Saling berbisik doa, untuk hati mereka yang telah pergi. Dia yang telah memilih bersama perempuan keduanya, dan dia yang memilih bersama perempuan pertamanya.
Karena toh,dua perempuan tetap berdua saja.
"Saat bersama tak terasa terbawa suasana, seakan waktu tiada berkuasa... Saat bersama tak terasa segala lelah dan lara, biarlah pagi perlahan menyapa..."
Dua perempuan di antara kerumunan orang-orang berdansa, lupa pada bau alkohol, lupa pada bau asap rokok, lupa pada cerita mereka...
3:56 menit pun usai, lagu pun berhenti, mereka melanjutkan lagu berikutnya, terus seperti itu hakikatnya, setelah satu cerita usai maka ada cerita yang lain.
Air mata menetes pelan, diam-diam. Tidak ada yang saling tahu, tapi saling mengerti.
Dua perempuan ini pun pulang, sudah hampir pagi..
"Lets us ride till the sun rise.."
Malam telah usai.
- terinspirasi lagu 3:56 - Rumahsakit
Carburator spring bintaro, 27 Mei 2015
Cheers my soulsister, anita bonit.
:')
Pejaten, 28 Mei 2015
Jika kau.
Aku tidak bisa mengendalikan ini.
Aku setengah gila. Aku melihat mu.
T-shirt hitam mu, sepatu boot mu.
Melewati ku di tengah keramaian.
Kau sudah hilang.
Aku terdiam. Aku hampir tak waras.
Dan bersumpah.. Sungguh itu kamu..!
Tapi.. Kamu sudah kembali sehat, tak seperti lalu, kita berdua setengah gila.
Kini aku sendirian saja.
Gila.
Ah, sulit.
Jejak mu susah di cari, langkah mu terlalu cepat.
Aku tidak bisa mengendalikan ini..
Jika saja, kau baca tulisan ku malam ini
Jika saja, suara ku terdengar di dalam dada mu
Sebentar saja, ajak aku lagi ke taman bermain mu..
Sebentar saja, merasakan lagi roller coaster..
Tak apa jika ku dihempaskan..
Aku butuh benar-benar jatuh.
Bukan memohon, hanya berkata: sungguh aku terlalu rindu.
Jika kau baca ini, kau selalu penuh di kepala ku, mengisi setiap kesalahan, menjadi alasan bibir ku tersenyum penuh..
Jika kau baca ini, ah sudah tidak mungkin..
Kau sudah hilang. Jadi, kau tidak mungkin baca ini.
27 mei 2015
Bintaro
Aku setengah gila. Aku melihat mu.
T-shirt hitam mu, sepatu boot mu.
Melewati ku di tengah keramaian.
Kau sudah hilang.
Aku terdiam. Aku hampir tak waras.
Dan bersumpah.. Sungguh itu kamu..!
Tapi.. Kamu sudah kembali sehat, tak seperti lalu, kita berdua setengah gila.
Kini aku sendirian saja.
Gila.
Ah, sulit.
Jejak mu susah di cari, langkah mu terlalu cepat.
Aku tidak bisa mengendalikan ini..
Jika saja, kau baca tulisan ku malam ini
Jika saja, suara ku terdengar di dalam dada mu
Sebentar saja, ajak aku lagi ke taman bermain mu..
Sebentar saja, merasakan lagi roller coaster..
Tak apa jika ku dihempaskan..
Aku butuh benar-benar jatuh.
Bukan memohon, hanya berkata: sungguh aku terlalu rindu.
Jika kau baca ini, kau selalu penuh di kepala ku, mengisi setiap kesalahan, menjadi alasan bibir ku tersenyum penuh..
Jika kau baca ini, ah sudah tidak mungkin..
Kau sudah hilang. Jadi, kau tidak mungkin baca ini.
27 mei 2015
Bintaro
Monday, May 11, 2015
Azan Subuh
Tuhan, bawa
hati yang tak seberapa ini selalu menunduk di atas semesta Mu.
Di antara
jutaan hati yang kau bentuk, menyebut Mu didalam setiap nafas.
Tuhan, bawa
jantung ini berdetak atas kehendak Mu, melantunkan dari tiap besar Mu.
Tuhan, bawa
aliran darah ini menyanjungkan ribuan partikel rasa syukur kuasa Mu.
Jadikan
jemari ini tangan kecil yang selalu Kau rangkul.
Karena Ruang
didalam gelap adalah sudut hati paling perih, duka terkubur didalam ikhlas.
Sendiri
terbujur mencari siapa nama Mu, takkala logika menghantar pada kemunafikan.
Iman.
Tuhan,
jadikan aku manusia yang berserah.
Sebagaimana Kau
menyerahkan ruh didalam segenggam liat, dan mengembuskan fitrah.
Bersama para
Nabi, dan sahabat aku ingin ada diantara mereka untuk merasakan Cinta Mu.
Barasvarna.
Selamat pagi Surga.
Jikalau kini
damai masuk ke hati kita.
Maka tenang
lelap mu.
Jangan lagi
terbakar, hangat saja.
Kemarin bulan
penuh, yang lalu bulan merah, sempat ada gerhana pun.
Kau bermain-main
dalam bias bulan.
Bagaimana kabar
Surga mu..?
Adakah sungai mengalir
air susu ibu.
Agar tanah -
tanah mentah sebelum fitrah Mu tak dahaga.
Selamat pagi Surga.
Bintang mu
berkelip di dini malam.
Tuhan bilang,
sepertiganya waktu terbaik untuk bersujud.
Melantunkan nyanyian
yang ibuku bilang itu namanya Do’a.
03.30
Yogyakarta, 11
Mei 2015
Hangat didalam
Hati ku. Pada Mu.
Monday, May 4, 2015
Yang Tak Berima. (n)
Aku takut pulang, takut
kembali menyelam dalam sulam yang sama
Dan gemintang mengirim
langkah sunyi. Di dalam skala kecil –
hati adalah wujud semesta
“Mengapa Kau..?”
Hanya rintihan sunyi
yang terpaksa ditata indah demi seimbang demikian
Kau memaksa ku pulang..
Sampai cosmic menuntun rintihan kita, elegi jadi
manusia. Ah, egois.
Pedulikan! Kita masih
berpori, berkatup empat. Ada ruang...
Jarak yang terpisah,
ruang yang tetap.. Luka yang mana...?
Hendak disemayamkan...?
Otak
Hati
Tubuh
Jiwa
Hiduplah seperti mayat –
berwujud tak bernafas.
Naas. Apa yang kau
inginkan..?
Bunuh diri digantung
harapan.
Jangan hidup jika tak
mau mati, Amuba.
Bermuka dua. Coba kau ingat..!
Lengkap bagai peluru,
diam – diam hinggap mati bersarang.
Ditarik hilang hempas
sukma. Waktu secepat itu, rindu sebatas apa, mimpi setara realita.
Aku meredup
dipersimpangan. Cahaya ku dihisap bayang – semua hitam sekarang.
Siapa pernah dengar
tentang Azal..?
Kala sel didalam tubuh
mu, membusuk pelan.
Aku meredup, didalam
air mata.
04 mei 2015.
Warung Hanya
Yogyakarta.
-
Sebuah tulisan
sederhana; bersama Syamarda Swandika
sampai tiba di puncak.
Maaf, aku akan
pergi, dan kali ini pasti. Tidak akan lagi menoleh, pada mu..
Di atas sebuah bukit, berkata sedikit kunci : bahwasanya kita begitu
kecil di semesta, dan hati akan membawa kita berjiwa besar.
Seperti melupakan mu, meluapkan mu.
Seketika aku ingin menjadi seorang petapa, menghilang diri
dari keramaian pikiran ku sendiri, menjauhi dunia mu.
Lepas didalam hati
Dieng – 03 May
Subscribe to:
Posts (Atom)