Aku takut pulang, takut
kembali menyelam dalam sulam yang sama
Dan gemintang mengirim
langkah sunyi. Di dalam skala kecil –
hati adalah wujud semesta
“Mengapa Kau..?”
Hanya rintihan sunyi
yang terpaksa ditata indah demi seimbang demikian
Kau memaksa ku pulang..
Sampai cosmic menuntun rintihan kita, elegi jadi
manusia. Ah, egois.
Pedulikan! Kita masih
berpori, berkatup empat. Ada ruang...
Jarak yang terpisah,
ruang yang tetap.. Luka yang mana...?
Hendak disemayamkan...?
Otak
Hati
Tubuh
Jiwa
Hiduplah seperti mayat –
berwujud tak bernafas.
Naas. Apa yang kau
inginkan..?
Bunuh diri digantung
harapan.
Jangan hidup jika tak
mau mati, Amuba.
Bermuka dua. Coba kau ingat..!
Lengkap bagai peluru,
diam – diam hinggap mati bersarang.
Ditarik hilang hempas
sukma. Waktu secepat itu, rindu sebatas apa, mimpi setara realita.
Aku meredup
dipersimpangan. Cahaya ku dihisap bayang – semua hitam sekarang.
Siapa pernah dengar
tentang Azal..?
Kala sel didalam tubuh
mu, membusuk pelan.
Aku meredup, didalam
air mata.
04 mei 2015.
Warung Hanya
Yogyakarta.
-
Sebuah tulisan
sederhana; bersama Syamarda Swandika
No comments:
Post a Comment