dear si monyet,
soal tulis menulis aku tak lebih apik dari apa yang kau lakukan, aku ini cuma komentator sok hebat, mengkritik setiap tulisan yang ku baca tapi padahal aku tahu, aku tak seciamik kau yang menari-nari di tulisan mu.
seperti tentang Lynda yang kita ributkan kemarin, padahal sudah kau susun rapi tahunan, lalu aku pun datang sebagai pengkritik, dan ku bilang "harusnya ga gitu..., harusnya ga gini.. harusnya begini..."
ah aku macam pembual.
tapi rupanya kau masih terus memanggil ku, meminta untuk ku kritik lagi tulisan mu, entah kau dengarkan atau tidak, kau terima atau tidak. tapi lagi lagi, kau memanggilku,
i know dude, we still need someone to tell what we do, even it false or right, eksistensi. kalo ternyata kita ada.
rupanya kita sama - sama paham, bahwa aku dan kamu masih suka saling mengkoreksi, dan akan selalu butuh itu.
i miss you deeply, nyet.
sorry, i'm not always beside you..
but, koreksi aku terus nyet! biar aku tahu kalo aku (kita) tidak sendirian.
minimal ada sahabat dekat nun jauh disana yang masih butuh untuk dikritik, jujur, dalam dan berani.
agar kita ga ngerasa kosong, lagi.
dear monyet..
bicara soal 'kekosongan' yang kamu terjemahkan didalam tulisan mu... harusnya hati dan hidup kita ga kosong nyet, karena sesungguhnya hati bukan punya kita, tapi hati yang membawa kita jadi jiwa yang besar, kenapa gitu..? karena hati itu punya Tuhan , Cuma Tuhan yang bisa mengendalikan hati, memputar balikan hati, kalau ada Tuhan didalam hati, penuh maka kekosongan pun tak ada cela. aku harusnya paham, ga lari-larian lagi.
so, koreksi aku lagi nyet, biar aku tahu kalau kamu tetap ada, aku pun begitu..
see you soon ...
purwakarta, 29 Januari 2016
No comments:
Post a Comment