ada lubang besar yang tak ku tau ada dimana..
ada kalimat yang tak mampu ku tulis
ada bait yang tidak selesai ku ucapkan
sesak, tiba-tiba menyusup, aku
ingin kau tahu bahwa aku bahagia, bukankah ku bilang jika aku pun bahagia
melihat kau..
ini hanya tentang diriku saja,
yang masih mencari potongan kenang didalam nisan kita .
ah tragisnya..
seperti setiap malamnya sebelum
ku tidur, lampu kamar ku mati, gelap. aku mendandani luka ku, berharap kau
menyebut nama ku, sekali. hanya itu.
Lalu aku terlelap, didalam sebuah
lapangan yang luas, didalam mimpi ku: kapal itu menunggu mu lekas berangkat;
kau dengan ransel hitam mu; aku menatap kau yang berdiri ditangga, kura-kura
berenang dibawah kapal tongkang itu, kau bilang; aku ingin pulang ke laut, agar
lepas dan kau bisa menunggu ku bagai pasir menunggu dijemput ombak. Padahal kau
tidak suka laut. Kau hanya pulang – itu saja. Kau membual aku mual, kau tersenyum di
kejauhan, aku menatap mu: mencoba memahami apa yang ada didalam kornea.
Aku terus menatap dari jauh..
sambil mencoba menyampaikan pesan ku, terselubung.
“dapatkah membawaku pulang...?
pulang kedalam pelukan mu.
sayang. bolehkah aku duduk lagi disamping
mu..?
bercerita tentang aku hari ini.
bagaimana kala kau ada luka ku perlahan
pulih, kau bukan obat tapi kau penenang.”
Kemudian kau memalingkan muka,
aku melihat seorang gadis yang mirip seperti ku, mungkin- menunggu mu di ujung
bola mata- aku melihat bayangannya.
Aku terbangun.
Aku, sudah tidak ada disana, aku
hilang dari mata mu.
Ini sungguh mimpi yang buruk. Aku
rasanya tak sanggup lelap lagi, aku coba mengingat siapa gadis yang ada di
sana, di pandangan mu, ah, aku tolol, rindu itu sudah keterlaluan, bahkan do’a
pun sudah tak membantu ku, ketika aku tak lagi disana, hanya satu yang aku
rindukan..
“bolehkah sekali lagi kita saling menatap.
tatapan yang aku tahu disana ada mimpi ku,
dan hilang saat kau terpejam..”
... dan hilang.
Kau telah pulang ke pelukannya.
**mendengarkan Love Is a Losing Game by Amy
Winehouse
Utan Kayu, 23 Februari 2016