halo sang ari - ari, sedang apa kamu di dunia mu?
dunia plasenta yang aku tidak pernah tahu seperti apa, mungkin kamu itu lengket, amis, tapi dulu aku begitu senang berenang-berenang di dalamnya meski di ikat kamu, tak bisa ke mana-mana.
kini janin telah jadi manusia -aku harap begitu- jari ku sudah lengkap ada dua puluh, walau pun lebih mirip singkong muda yang gembil, bukan seperti jari seorang TOP MODEL tapi aku senang semuanya berfungsi dengan baik, aku bisa meraih gelas di depan ku begitu mantap, aku bisa sesekali mengupil ketika tidak ada yang melihat, aku bisa menyisiri rambut ikal ku dengan jari gemuk ini dan jari ku bisa menggenggam tangannya suatu saat. -sekali lagi aku katakan, suatu saat-
Aku teringat, saat aku menjadi janin aku suka sekali murung karena saat itu ibu ku begitu sedih, ayah ku pergi ke surga, begitu yang bisa aku curi dengar, nenek ku terus menghibur ibuku yang pilu. aku pun ikut sedih, entah kenapa. rasanya ingin sekali keluar dari sini dan pergi susuli si ayah itu -apa sih itu ayah?-
tapi plasenta menahanku dan dinding-dingin rahim ibu ku yang masih keras pun tidak bisa aku terobos, aku hanya bisa berputar - putar saja di antara basah dan lengket.
tante ku bilang pada mama ku agar mama ku jangan menangis terus.. apa itu menangis, aku ingin menangis, apakah menangis itu enak? bagaimana caranya menangis? aku ingin juga menangis seperti mama.
karena aku begitu memberontak sekuat tenaga ku, ingin sekali keluar juga, aku tidak ingin terlambat juga untuk mengantar ayah ku ke surga, aku juga inign tau ayah itu apa. jadi aku inign keluar saja, kaki ku yang jarinya baru ada tiga ini terus menendang perut ibuku, aku ingin sekali tahu ada apa diluar perut ibuku ini, kenapa berisik sekali? apa sedang ada pesta diluar sana? meski aku janin aku juga ingin tahu.
tapi ternyata si ayah ku datang. jadi ini yang di sebut ayah.. hmmm... dia temani aku selama lima bulan ini, dia melihat aku bagaimana mata ku mulai tampak, kulitku yang tadinya transparan kini mulai halus dan kekuningan, kaki ku mulai sempurna, dan ayah mengajari ku tersenyum. kami menyanyi bersama, lagu cinta untuk ibu katanya. ajari aku berkhayal dan ingatkan aku agar selalu ceria dan tersenyum jangan pernah menangis. karena menangis itu tidak enak, membuat mata mu menjadi besar, bibir mu tampak tebal, pipi mu lengket dan hati mu terasa sakit. jadi kata ayah aku tak boleh menangis meski sedih.
kini sudah saatnya aku keluar, wow aku bisa merasakan dinding perut ibuku mulai melunak. aku ajak ayah pergi keluar juga bersama ku, tapi ayah tidak mau, kata ayah aku yang harus temui ibuku dan kakak-kakak ku, aku harus menjaga ibuku dan bahagia di dunia yang paling indah, karena hanya di dunia ini kita memiliki kesempatan hidup. ayah memilih pergi juga... ini kejadian yang dramatis, ketika aku pelan - pelan meluncur ke luar, ayah ku perlahan memudar,, dia memegang tanganku yang sudah berjari lima ini, dia bilang, jari ada berguna untuk menggenggam tangan, dari sana kamu tau apa ada cinta yang mengalir atau tidak dengan ganggaman tangan itu, aku pun bergenggaman tangan dengan ayah.. tapi semakin lama semakin liciin, ibuku semakin mendorong ku kuat, aku tidak ingin keluar bila tidak bersama ayah.
aku pun tiba di dunia, dan ayah ku kembali ke surga, aku sedih sekali, mata ku mulai memerah, hati ku sakit sekali, tak ingin ayah pergi, nafas ku sungguh tersekat, dada ku bergejolak, aku tidak tau ini kenapa, rasanya sungguh tidak enak dan aku melanggar janji ku dengan ayah karena aku menangis sekencang-kencangnya.
aku baru tahu artinya "pergi ke surga" itu berarti aku tidak lagi dapat melihat mu dan bersama mu...
dan aku pun akhirnya tahu kenapa saat itu ibu ku menangis keras-keras.
dan kini di dalam kesempatan hidup, aku sering sekali menangis meski diam - diam. aku tidak menjaga ibu seperti yang ayah pesankan.
aku tidak melakukan itu.
maaf ayah.
hai ari-ari, meskinya kamu tidak perlu sedih begitu bila tidak pernah merasakan hidup, itu lebih baik, kamu akan selalu menjadi ari-ari. yang akan kembali ke surga bersama ayah, seandainya aku bisa memilih aku ingin kamu yang hidup dan aku yang ke surga bersama ayah, tanpa ayah itu tidak enak, menangis itu memuakan. dan aku sudah hampir lelah menjadi manusia atau mengakui diriku sebagai manusia.
dari sejak dahulu pun aku hanya janin yang tidak tahu rasanya menjadi manusia dan kini aku pun hanya janin yang sedang belajar untuk menjadi manusia yang paling manusia.
No comments:
Post a Comment