Sebuah Sunrise.
Di sebuah kota, kala kita
larut. Berjalan setapak, bersama, tanpa
terasa seluruh cerita memaksa untuk jadi kenangan.
Di antara pasir, ombak yang
berganti, sorot lampu jauh motor dan mobil, udara menyengat, bau kopi, asap
rokok, hutan pinus, padang rumput, danau yang tenang, kerlip binar liar kota,
rintik hujan, tatapan mu... cinta buta.
Mata ku jatuh didalam pandang
mu. Menatap mu dari kejauhan.
Tuhan mungkin ingin bilang
padaku : Ini yang disebut bahagia. Tapi menjauhlah, karena ini bukan bahagiamu.
Maka, demi seluruh Malaikat,
aku ingin melepaskan hati, hati yang begitu kuat menggenggam erat, bahagia yang
begitu hangat.
Sunrise itu.
masih terbit, kita sama-sama gelap, lalu menjadi makin hangat dan terik
menghantarkan mata kita tersadar.
Kau, adalah yang terbaik. Seperti
dalam mencintai, mengikhlaskan adalah yang paling baik, ketika kau tahu; yang
kau genggam adalah bukan hak mu, maka menjauhlah.
Yogyakarta, 22 Maret 2015
Selamat tidur, kau...
No comments:
Post a Comment