Mengutip teori milik Firestone yang mengambarkan bahwa cinta adalah inti dari sexual oppression bagi perempuan. Dia juga menyatakan cinta adalah kekuasaan kulturan laki – laki untuk mendominasi perempuan.
Itu status facebook saya beberapa jam yang lalu, sebetulnya ingin saya tambahkan satu kalimat lagi yaitu “tapi sayangnya tidak dengan saya” akhirnya saya batalkan agar teman – teman di friendlist saya pun berfikir apa iya bentuk cinta seperti itu?
Apa benar cinta adalah kekuasaan laki – laki mendominasi perempuan ?
Dan hematnya teori ini tercetus dari system patriarki, dan perempuan pun tidak sadari bahkan hal ini masih berlanjut sampai sekarang bahkan ketika feminisme pun sedang menjadi ‘trend’. Ironisnya dikota besar pun perempuan modern masih banyak yang tidak memahami konsep cinta itu sendiri.
Sampai kini pun cinta bagi perempuan adalah segala-galanya. Kadang dia rela berkorban untuk seseorang yang dicintainya, sementara dia tidak mengerti (tidak mau menerima kenyataan) jika cinta itulah yang membuatnya menderita.
Saya pun menerka kenapa hal itu masih terjadi, bukankah perempuan saat ini telah mengenal istilah feminisme ?? Banyak sekali LBH dan LSM yang bergerak untuk menuntut kesetaraan gender, sudah banyak sekali informasi tentang pergerakan perempuan bahkan banyak keluarga yang akhirnya mendidik anaknya dengan cara demokratis. Sayang sekali, tingkat KDRT masih tinggi dan pola pikir yang belum terbuka.
Cinta saat ini bukan lagi menjadi ikatan yang tulus dan penyatuan rasa antara perempuan atau laki-laki.
Cinta saat ini telah menjadi ‘persetujuan tertulis’ untuk sexual oppression (penindasan seksual), sesungguhnya hubungan seksual tidak dapat dipisahkan dari pernikahan. Hubungan seksual tidak dapat dipisahkan dari pernikahan. Hubungan seksual dianggap sebagai indikasi kebahagiaan dalam pernikahan. Namun kenyataannya, hubungan seksual kadangkala mengakibatkan sexual oppression bagi perempuan. De Beauvoir menyatakan ada dua bentuk sexual oppression pada perempuan yaitu keperawanan dan kenikmatan seksual. Perempuan harus dalam kondisi perawan ketika menikah dengan laki-laki dikarenakan laki-laki ingin menjadi pemilik eksklusif dari tubuh perempuan. Mereka meyakinkan kalau perempuan tidak membawa benih yang buruk. Selanjutnya dia menyatakan bahwa keperawanan hanya untuk perempuan karena laki-laki memperoleh kenikmatan dari hubungan seksual pertama dalam pernikahannya. Perempuan tidak dapat merasakan kesenangan seksual dan hanya laki-laki yang selalu memperolehnya. Bahkan sebaliknya, perempuan akan mendapatkan beban fungsi reproduksi setelah mereka melakukan hubungan seksual (hamil)
Namun kenyataannya saat ini banyak terjadi hubungan seks diluar nikah dengan cinta sebagai pembenaran. Dan ironisnya hubungan yang terjadi bukan lagi dari keinginan kedua pihak, banyak sekali kita temui para pasangan yang melakukan hubungan seks diluar nikah karena paksaan dari laki-lakinya. dan alasan laki-laki pun tidak bisa menahan keinginan biologis itu karena adanya godaan dari perempuannya yang menggoda laki – laki padahal pola pikir itu pun tercipta karena adanya produk patriarki yang memposisikan perempuan sebagai property dari kekuasaan dan identitas laki – laki, laki – laki akan menikahi perempuan yang cantik dan mendambakan seorang pasangan yang dilihat menarik menurut orang lain, sehingga perempuan berlomba – lomba untuk mendapatkan label menjadi perempuan yang cantik. Setelah itu apa yang didapat? Laki laki seolah memberikan cinta untuk kekuasaannya dan eksistensinya dan perempuan mengejar cinta untuk mendapatkan ‘label’ cantik dan sempurna.
Apa yang terjadi dengan mereka yang sudah tidak lagi perawan ? apakah laki-laki akan dengan tangan terbuka menerima itu, padahal apa bedanya keperawanan dengan keperjakaan ? kedua hal ini sama menjelaskan apakah seseorang itu sudah melakukan hubungan seks atau belum. Dan itu sangat menjadi masalah untuk seorang perempuan yang sudah tidak lagi perawan, pasti muncul stigma ‘wanita nakal’ yang akhirnya menjerumuskan dia menjadi budak stigma itu.
Perempuan harusnya membatasi diri dan berhati hati dengan system patriarki ini, banyak yang tidak memahami ini, diumur yang belia seolah hubungan cinta dan berpacaran menjadi titik teratas dalam kehidupan, sebagai penilaian eksistensi diri dan akhirnya banyak yang terjebak sehingga tidak bisa berkutik. Sarana informasi yang luas, media pengantar tentang feminisme, pendidikan keluarga ternyata saat ini tidak mampu melindungi perempuan dari stigma itu, pola pikir lah yang akhirnya menjadi titik kesadaran bagi perempuan untuk memegang prinsip diri dan hidupnya.
Kembali lagi ke status facebook saya, itu merupakan sebuah sindiran untuk para perempuan, bahwa makna cinta telah mengalami perubahan karena system patriarki yang jahat dan mengambil keuntungan sepihak untuk keinginan sendiri (read: laki-laki), cinta bukanlah pembenaran atas seks, cinta bukanlah kurungan emas yang menjadikan perempuan seperti perhiasan, cinta bukanlah alasan untuk menyakiti diri sendiri, bukanlah segalanya untuk menjalani hidup, cinta bukanlah alasan untuk menghancurkan masa depan, dan cinta bukanlah produk patriarki yang akhirnya membuat posisi perempuan menjadi inferior, tapi kembalikanlah cinta menjadi sebuah ikatan yang tulus dengan menjaga diri, melindungi diri dan menghargai diri sendiri sebagai perempuan.
Oval Roy
kalo Durkheim blg agama candu justru aku bilang Cinta itu candu. kenapa? kemuliaan cinta diciptakan dg nilai2 tersendiri oleh pihak yang merasakannya. akumulasi nilai2 kemuliaan yang diciptakan itu yang menghipnotis si pecinta untuk melakukan apapun meskipun merugikan (yang masih pacaran). kalo dah masuk ranah pernikahan memang seorang wanita akan mempunyai beban dari buah cinta dengan sang pria(secara fisik karena hamil). sexual opression terletak ketika seorang perempuan hanya dijadikanalat pencetak keturunan ini kultur budaya yang masih eksis di jaman sekarang sehingga kewajiban wanita hanya berkutat pada itu. dan sexual oppression pada seorang gadis adalah ketika ia miskin pemahaman tentang cinta pada akhirnya pasrah pada kekuasaan si pria atas nama cinta. aku akan melakukan apapun untuk mu sayang..uhhh capek dehh. hehehe
ReplyDeletetapi kalo dalam Islam tidak seperti apa yang dituliskan di atas.
kenyataannya sekarang Sexual Oppression tidak lagi sebatas hanya sebagai pencetak keturunan, makna telah meluas dan membentuk pelecehan baru tanpa disadari oleh perempuan bahkan laki - laki itu sendiri, contohnya adalah penggunaan Bra, G-String, Lingerie pada wanita akhirnya bukan lagi mengarah ke urusan mode tapi fungsi telah berbelok menjadi sexual accessory semata untuk urusan kepuasan laki-laki. contoh yang kedua adalah Genital Cutting (Sunat) pada perempuan yang tidak ada hukum yang jelas tentang itu didalam Agama sekalipun, genital cutting tercipta menjadi budaya yang berakar dari rasa ingin memiliki seutuhnya dan menguasai perempuan, sungguh konyol ternyata alasan perempuan di sunat agar libidonya berkurang dan "menjadi wanita baik2". hal2 seperti itu secara tidak kita sadari juga merupakan sexual oppression.
ReplyDeleteCintaa.. sekarang makna cinta memang telah berbelok, moralitas yang semakin dipertanyakan, tingkat pemahaman yang rendah dan pembodohan terhadap diri sendiri. berapa ribu kasus didunia ini tentang DATE RAPE, dan akhirnya pacaran (hubungan yang dekat) menjadi ajang prostitusi yang seperti dilegalkan. apa yang didapat dari ruang prostitusi pacaran disini, Pria membayar dengan CINTA, perempuan dibayar dengan CINTA.
memang cinta kini telah berubah,
hehehe....
jelas va kalo di ISLAM. ga perlu kita bahas lagi, hehehe
wanita menjadi inspirasi kapitalisme yang erambah setiap detil kebutuhan wanita. wanita dibuatnya bergantung pada kebutuhan2 tersebut yang akhirnya melebelkan wanita cantik adalah berambut panjang, lurus, putih langsing. lalu bagaimana dengan wanita kuat dan smart..?
ReplyDeletewanita seperti sumber eksploitasi bila seperrti ini. tapi langkah benar indahnya bila laki2 dengan perempuan saling melengkapi. bahkan ketika wanita terlibat pada cinta bed usia, mata masyarakat memicing dan melihat dengan sebelah,,,
nanti akan saya tulis apa itu kecantikan dan cantik. tidak pernah ada wanita yang cantik. semua cuma produk kapitalisme.
ReplyDelete