I
Bisa patah karena ingkar
Lalu senyummu..
Mematah rindu
Kala lalu
Kau menerobos kelabu
Menghantar kenang
Yang aku titipkan di sudut jarak
Ada yang lupa ;
Melupa kau
II
Raung ombak menghantam karang
Tak bergeming
Selain mendengar bisik-bisik kesedihan
Lirih–lirih merana menyelinap
Seiring air surut
Pemuda itu tak bergeming
Bahkan dengan apa yang diterpanya malam itu
Sayang, tak kulihat jiwanya hadir kala itu
Kesendirian mematah hati
Dan membuat aksara cinta lari terbirit-birit
Menjauh dari raga kosong yang menggema
Menyayat harapannya
Biarkan air surut
III
Jika bukan karena panah matamu
Apalagi yang dengan telak mampu mematahkan segala yang tabah
dalam dadaku
Perihal segala yang fana ini, Anisa
Doa menanam rindu, agar kelak kita bertemu
Cinta tak perlu sibuk memesan menu untuk kau dan aku nikmati
Di dalam ruangan kelam itu
Hanya ada kita bertiga
Aku
Kamu
Dan segala kenangmu tentang dia.
IV
Di kala malam
Yang menjerit
Yang merintih
Dan menangis
Tragedi yang sulit untuk diterima
Dan dimengerti oleh hati
Ketulusan cinta tidak lagi terlihat
Di dalam masa depan
Cinta yang dibangun dengan kokoh
Tidak lagi berpijar dimalam ini
Nurani yang kubanggakan
Memiliki rasa yang mematahkan hati
No comments:
Post a Comment