Saturday, August 20, 2011

Cerita momo dan dedi

Momo mendatangi aku yang sedang duduk sendiri di beranda lantai delapan kamar apartemen ku, menyaksikan motor-motor berdiri kompak dan mobil-mobil berbaris rapi,
"Bisakah kamu membedakan cinta dan benci? Aku tidak"
Begitu katanya.

"Sudahlah, bernyanyilah saja, itu hanya sebuah lagu, lagu mu kan? Tugasmu hanya menyanyikan dan aku mendengarkan"
Jawabku acuh.
Ingin ku tinggalkan saja dia, tapi sialnya dia selalu mengikutiku dan aku mencari-cari dirinya.

Aku ingin dia menemaniku, mendengarkannya menyanyikan benci, kebenciannya yang penuh cinta ...

Kemudian dia masuk kedalam apartemen ku, menghantarkan aku untuk duduk di dalamnya, dia mengeluarkan sebuah video yang tidak ku tahu dari mana asalnya.
Aku sedang menangis di dalam frame itu, berbicara pada dinding, memaki bantal dan guling, lalu memeluk mereka.

"Inikah yang kamu katakan cinta? Jika ia, tragis sekali, cinta mu hanya untuk tangis"

Aku kali ini diam.

Cinta tidak membuat sakit, itu yang ku tahu.

Lalu sakit ini bukan cintakah?

Aku benci begini, aku benci mencintai dia. Aku benci dengan diriku, aku benci pada malam, aku benci pada cinta.
Yang tak mampu aku katakan bahkan aku sadari.

"Tapi, tak ada yang salah dengan mencintai bukan?" Tanya ku...

"Tidak salah, tapi jika begini kamu bukan orang beruntung kalau begitu"

"Kenapa momo?" Tanyaku lagi

"Tak ingatkah kamu pada teman mu yang luar biasa,katanya cinta hanya ada bagi orang beruntung"

"Lalu aku tidak beruntung? Cinta bukan doorprize!" Seru ku

"Silahkan saja kamu mengartikan cinta seperti apa, yang jelas, cinta bukan untuk tangis"

"Momo, kamu bukan temanku"

"Memang, aku hanya kepingan suara di kepalamu, yang terus kau dengarkan. Tapi ingat, cinta dan benci tak akan pergi jauh dari mu"

"Aku tidak membenci dia momo, aku benci keadaan ini, aku mencintai dia"

"Silahkan lah, itu tidak bisa dipisahkan dari mu, karena itu yang kamu rasa"

Kemudian momo pergi, aku masih ada dikamar ku, tak ingin menangis lagi...

***

Sore itu, aku ada di dalam ruang asrama, kemudian dedi datang menemuiku...
"Masih tidak bisa membedakan cinta dan benci?"

"Aku tidak membenci sesuatu apapun"

"Benarkah? Cinta dan benci itu sama, cinta merasakan yang indah, benci merasakan yang pahit. Tapi keduanya sama-sama ada di hati, sama-sama sebuah rasa"

"........" Aku menunduk. Aku benci keadaan ini ketika semua orang mengajarkan aku mencintai dan membenci, sepertinya aku cukup tahu tentang hal itu, aku tak butuh di gurui seperti ini.

"minimal, kamu ada di hatinya bukankah itu terasa dekat"

"Pergi kau orang tua, kau tidak tahu apa-apa tentang aku tentang cintaku tentang benci ku"

Dedi pun pergi, membenarkan posisi sarungnya yang tertahan di perut buncitnya dan berlalu dengan senyumnya yang pahit.

"Ikhlas memang sulit" katanya sambil berlalu

***

Kali ini bukan momo yang datang, tapi temanku yang lain, dengan gitarnya mengetuk pintu hatiku, dan lagi-lagi bawakan cinta dan benci

"Ah sudahlah, pergi saja kau!" aku mengusirnya.

Dia berlalu sembari senyum dan meninggalkan potongan nada itu lagi "cinta dan benci"

Setelah dia pergi, aku mendengarkannya lagi,

Momo benar..
Aku benci tak tahu bagaimana caranya membuatnya bahagia

Aku benci nyaris menyerah dengan semua kata-kata yang tak pernah ia percaya.

Aku benci cinta ku tak berharga untuknya..

Aku benci dia tidak pernah mempertahankan cintaku, sedikit pun tak merinduku,

Aku benci tak pernah bisa membenci nya, meski sama letaknya ada di hati.

Dedi benar, meski aku benci semua sama-sama ada di hati.
Dan dia jadi terasa begitu dekat, cinta ini sangat lekat.

Momo benar. Sulit untuk ku memisahkan cinta dan benci.

Kenapa aku harus membenci?? Apa karena ia tidak mengerti saat ku sedih sendiri tanpa ada dirinya dalam sepi

Apa benci ini dimulai saat sejak aku mulai menunggunya dan itu telah lama?
Aku tak mampu membencinya. Karena aku masih mampu menunggunya lebih lama lagi..

Aku tidak mampu membenci semua kata-katanya, karena semua ucapannya adalah puisi yang lembut

Aku tak mampu membenci diam nya meski aku menunggu dia untuk berbicara karena diamnya adalah jawaban, karena diamnya adalah sebuah ketenangan, bisunya adalah rasa aman...
Bagaimana aku bisa membencinya???

Momo benar... Aku sakit karenanya...

Momo benar... Aku tidak mampu untuk membenci.

Karena cinta selalu menutupi sakitnya. Cinta untuk ku memang sakit.

Semua karena rasa.

Tidak akan pernah bisa membenci selama cinta ini begitu besar di lapisi ketulusan.

Aku pun menangis dan momo terbang menjauhi ku sambil tersenyum.

Inikah jawabannya... Tak akan pernah ada benci karena ini adalah cinta.


****

Terimakasih untuk momo gheisa dan dedi miswar untuk "cinta dan benci" nya... :)

Friday, August 12, 2011

Menciptakan Akhir

Berikan aku lima menit

izinkan aku memiliki lima menit mu...

Bukan memiliki mu...

Ku kira cukup, untuk usaha terakhir, waktu terakhir

Lima menit untuk bacakan cerita-cerita tentang mu

Lima menit, untuk aku membangun lagi hidup yang telah rapuh

Membangun jarak yang tak lagi terasa dekat

Membina kita. Menjadi seperti dulu, tak saling kenal.


Dalam lima menit kamu cukup duduk disitu bersama telinga

dengarkan yang sudah sering kau dengar.
Lihat air mata yang kamu bosan rasakan.
Katakan didalam hati mu yang tak sampai ke bibir.

Sekali ini. Sekali lagi, sekali saja. Dari mulutku.


Lima menit setelah itu kamu akan merasa lima menit itu tidak pernah ada. Aku berjanji.


Ini lima menit untuk ku. Bukan untuk siapapun.


Menciptakan akhir yang tak pernah dimulai...


Lalu aku pergi, tak kembali seperti inginmu....