Saturday, August 25, 2018

June - After all (i ask)

Jika sakit adalah kebiasaan, dan aku sudah tidak lagi terbiasa, lalu aku sesak, selalu sesak, yang tanpa sekat, saat semua terbuka, sesekali ku merasa kau tetap ada disana, diantara delusi yang ku pastikan bahwa kau ini tak ada. Dan tapi kau tetap ada disana rupanya, mencari ku, yang sudah sembunyi – sembunyi.
Aku ini sedang marah.
Pada mu.

Dan ku selalu ingin pergi tapi tak bisa kembali
Mengenang kata-kata yang tak sempat terungkap
Pernahkah kamu memahami sepi yang paling sepi?
Aku pernah.
Sepi adalah aku yang berhasil tanpa kau
Sepi adalah saat aku bahagia tapi kau tak ada
Saat ku mencoba ingin pergi tapi selalu kembali

Lalu aku bertanya pada diri ku sendiri, apa saja sumpah serapah yang pernah ku ucap.
Lalu, aku malu.
Pada pikiran ku sendiri, mengapa aku begitu memaksa diri untuk lari jika jalan pelan saja ku sulit
Dan tapi, disuatu sore, saat sepi itu mulai memuai perlahan.
Aku harus menyadari, tak ada yang salah padamu, tak ada yang salah pada kita.
Tak ada yang salah padaku.
Ini cuma aku, dan tidak berdaya ku.

Jika pernah, kita berdua bermimpi untuk menyebrangi jalan ini.
Sekedar meniru apa yang pernah dilakukan oleh idola mu, idola ibu ku, idola ku.
Dan kita sadar bahwa dongeng tak akan pernah jadi nyata, bahwa hidup tak pernah mudah.
Meniru hanyalah pura-pura.
Bahwa tangis adalah sementara.
Bahwa luka adalah tak selamanya.
Cinta tak akan jadi permanen.
Karena mu adalah kesementaraan yang ku jaga dan lupa ku bebaskan.






03 June 2018 

London, 
gara-gara dengerin All I Ask-nya adele. 

July - Lagu lama

Aku sedang mengurutkan apa yang salah dari cara berfikir.
Menjadi pesakitan memang tak enak rasanya, bagaimana bisa kau berlaku seolah tak ada satupun didunia ini yang menyakiti mu tetapi di dalam jiwa mu kau merasa begitu harus ditolong?

Pertanyaannya adalah bagaimana bisa seseorang memberikan hidupnya untuk orang lain..?
Oh terlalu berat mungkin jika kita berbicara tentang memberikan hidup.
Dipersingkat – mungkin artinya membiarkan seseorang untuk masuk kedalam hidup mu- tidak semudah itu. Ternyata.

Mungkin aku ini adalah orang paling pesakitan, seolah terbiasa semua sendiri,
Tapi aku ingin didengar.
Aku ingin bercerita – yang tak ku tahu bagaimana caranya bercerita.

Tiba-tiba;
Hampir tengah malam yang rindu; diujung yang jalan pelan-pelan
Dan akankah kita menemukan cara untuk membasuh luka.
Yang tak terlihat.
Diantara semuanya; mereka bisa teriak-teriak.
Tapi aku tak bisa!

Bicara pun sulit, bibir kelu menuju malam-malam yang rindu.
Ada beberapa orang yang mampu berpuisi, lalu jatuh cinta.
Tapi aku takut! Takut sekali! Dua kali! Tiga kali! Lalu ku jatuh.

Pada Tubuh yang melemah – Di dada yang mulai sesak.
Kebodohan yang mulai tersadari- teriak-teriakan di kepala
Melumat setiap sel, menghabisi jaringan- tumbuh jadi penyakit
Dan hujan-hujan yang mulai meminta di sembuhkan.
Demi Tuhan aku bersumpah, jika aku tahu caranya.

Lalu- pita-pita hitam merayap pelan-pelan dari sela-sela jendela
Dan cipratan-rintik gerimis, membias. Hujan-hujan yang sakit.
Lalu – pita-pita hitam itu merayap; menyirami luka
Menari-nari disekujur tubuh, melemah.

Di antara aku yang pahit – kita adalah orang asing yang manis
Manis-manis pahit.
Meninggalkan mu sesuatu yang berat; kala ku pergi.
Kau sudah hilang lebih dulu.
Kala kau sebut nama ku; yang enggan kau ingat.
Enggan kau do’akan.
Enggan kau peluk.

Tuhan bersama kita yang sakit.

Yang tak kalah; perlahan melemah.



July, 2018 

June - Setelah Sekalimat

Cinta yang sudah telak kena talak
Bahkan untuk sekedar diam – diam
Lalu aku marah pada semua yang tiba-tiba seolah peduli

Di dada ku yang begitu sesak
Sudah ku tahan – tahan agar tak menangis
Sudah ku paksa – paksa agar tak menangis

Dan ini adalah tulisan sampah
Tentang aku, air mata ku dan luka karena di timpuk batu
Yang sedang sembunyi pada kata –
Padahal diam-diam
Ah!
Aku perempuan paling tolol
Yang hanya bisa marah pada diri sendiri
Dan semesta
Kenapa kau begitu pengecut ?
Dan aku begitu ciut

Mencintaimu itu begitu sulit, sedari awal
Dan diam-diam pun aku tak punya daya

Dan semua makin jadi sampah
Seperti kata kata entah apa berhambur keluar
Entah bagaimana bisa kau dan seluruh pasukanmu buatku begitu hancur

Sekalimat dan aku rasa kiamat
Orang bilang aku ini berlebihan
Berlebihan mengkhayalkan mu
Berlebihan menggambarkan mu
Berlebihan mencintai mu
Dan aku, berlebihan mencoba lari.

dan kau datang lagi, setelah pergi. 
seenaknya. 



Shenley, United Kingdom 
01 June 2018 


August - Dear, Bre

Day 01,
Dear Bre,

Gue membawa segala kesakitan dan kemarahan ketempat ini, dan entah kenapa gue mau menuliskan surat buat lo, kenapa? Ga tau.

Disini gue ga bisa bicara, ga boleh ngomong, ga boleh interaksi dengan siapapun.
Ini tempat yang asing, gue dan sekitar 40 orang lainnya cuma bisa diam.

Mungkin ini namanya melarikan diri, atau sengaja memisahkan diri dari segala kesialan hidup dan sebenernya mungkin gue mencoba memaki hidup lebih dari dasar lagi.
Atau mungkin mencoba menahan untuk tidak bunuh diri, kenapa?
ga tau kenapa, mungkin ini adalah sebuah surat penuh kebingungan.
Gue yang berada entah dimana.


***


Day 02,
Dear Bre,

Ini sudah jam 02.00 pagi, tapi gue juga belum bisa tidur, padahal besok – oh nanti, gue harus bangun jam 04.00 untuk mulai lagi diam.
Diam.
Iya diam.
Disini gue cuma diam.
Diam menahan kantuk kalo pagi, diam menahan gelisah ga bisa tidur kalau malam.
Otak gue ga pernah berhenti berfikir, sekarang otak gue penuh was-was. Kenapa?
Gue ga sempet telefon nyokap gue kalo gue mau hilang selama 10 hari.
Gue ngebayangin yang engga-engga, rasanya mau berontak untuk minta handphone gue balik, cuma sekedar buat telefon nyokap gue untuk memastikan, nyokap gue tau, dan nyokap gue masih hidup.

Ah, sebentar lagi jam 04.00 kayanya. Sementara mata gue masih seger, otak gue semakin menggila. Ga cuma soal nyokap bre, tapi juga soal kerjaan, soal mantan, soal teman-teman, soal lo, otak gue berebutan untuk menyebutkan segala alasan kenapa gue harus pergi dari kalian, segala kemarahan yang selama ini gue kubur, segala kecewa yang selama ini tertahan.
Isi otak gue sampah.
Gue udah coba untuk merem, tapi ga bisa.
Otak gue ngomong mulu.
Ini suck banget.

Dan akhirnya bunyi lonceng di pukul 04.00 sumpah, bunyi loncengnya kaya lonceng ibu di film pengabdi setan.
Horor.

FYI. Gue tadi pas meditasi ngerasa terbang, entah kemana. Masuk ke blackhole, dan terbang-terbang diluar angkasa. Kayanya gue gila.


***

Day 03,
Dear Bre,

Berdiam diri gue mulai lancar, at least gue ikutin rules-nya aja. Less expectation. Jalanin sebaik-baiknya.
Nafas – nafas dan nafas.
Cuma itu.
Hari ini jam 12.00 gue lagi duduk di teras aula, karena semalem ga tidur, pas diam di jam 04.00 gue cuma tidur aja.  Duduk sambil tidur, useless kan.
Gue sekarang lagi nunggu giliran untuk interview sama teachernya. Namanya teacher Joffrey.
Sebelum kesini, gue lagi rewind lagi nonton Game of Thrones, dan baru sampe episode dimana si King Joffrey di racun, gue udah tamat nonton GOT tinggal ga sabaran nunggu end sessionsnya aja.
Tapi jelas itu ganggu dan nolong banget ternyata – nolong otak gue dengan imajinasi-imajinasi yang ganggu.

Lo tau apa? Gue selalu ngebayangin teacher gue itu King Joffrey. Kalo meditasi gue ga bener gue bakalan dipecut kaya ‘pegawai-pegawai’nya little finger.
Rese kan otak gue?

Tuh, Orang depan gue, cewek juga namanya ama – gue denger namanya dipanggil dari manager ngeliatin gue yang ketawa sendiri gara-gara mikirin ini.
Tapi karena kita ga boleh interaksi, alhasil gue cuma nunduk, malu dalam hati.

… nama gue dipanggil sekarang, nama gue disini NAUFAL.
Oval, nungki, nunung, opal, putri atau apapun lainnya.
Nama gue disini, bener-bener nama gue.
Gue masuk dulu, interview sama king joffrey, doain gue ga dipenggal depan iron thrones ya..

Gue udah selesai interview. Gue cuma nanya.
“saya selalu mengantuk setiap meditasi pagi – dan saya jadi mengontrol nafas saya, apa yang harus saya lakukan?”

Teachernya cuma jawab :
Biarkan kamu mengamati nafas natural, jangan kontrol nafas. Berarti yang harus kamu lawan adalah rasa kantuk.

Gue cuma suruh nahan ngantuk. WTF.


***

DAY 04
Dear Bre,

Sekarang jam 11.30 gue baru selesai makan siang, makannya sayur semua, enak sih cuma pake piring kaya penjara gitu, bunyinya klontang-klontang. Ganggu.
Kemarin malem gue coba experiment untuk mandi selesai meditasi, mandi malem jam 21.00 pakai air panas, maksudnya biar badan relax biar bisa tidur, tapi tetep gue ga bisa tidur.
Tetep aja gue gelandang gelundung di kasur ga jelas baru bisa tidur jam 03.00 pagi dan bangun lagi jam 04.00

Tapi malem kemarin rasanya beda, gue ga mau gelisah, gue cuma dieeeeeeem aja. Gue biarin otak gue muter-muter entah kemana, gue biarin otak gue ngayal entah kemana, gue cuma mereeeem dan mengamati nafas.
Dan entah kenapa jam 04.00 gue bangun dan seger.
Meditasi pagi gue, ngantuk sih tapi gue selama dua jam cuma coba nahan kantuk dan sukses! Ngantuk gue terkalahkan.

Intinya mungkin cuma…. Tenang dan amati saja.

Kaya sekarang, gue sedang mengamati orang-orang yang lagi cuci piring, gue mengamati sambil minum kopi pait, mereka – kebanyakan bule. Nyuci piringnya ternyata sama aja kaya orang indonesia. Haha.

Ga ada yang beda, pake sabun yang sama, ikut antri, pake wastafel yang sama, semuanya sama, baju-bajunya aja yang beda, ada yang gayanya hippies banget, ada yang casual gombrang-gombrang, ada yang etnic banget (kayanya dari afrika, hitam soalnya – bukannya rasis, tapi kan gue ga bisa nanya dia dari mana) tapi gue suka banget gayanya, pake celana hareem kaya kain etnic gtu, bajunya etnic terus pake turban gitu bre, padahal rambutnya gimbal, keren deh.

Ada yang sexy banget, blonde gitu rambutnya lurus panjang, tinggi semampai pake dress, gue tebak sih pasti dari rusia, mukanya cantik banget bre. Tau kan lu cewek-cewek rusia kaya gimana.

Ada juga yang blonde rambut pendek gitu, kalo liat dia gue inget julia roberts di eat pray love, kalem banget.

Ada juga orang indonesia yang mukanya juteeeek abis, bajunya kaya mau fitness gitu selalu pake iket kepala kaya gue, gue ngerasa kaya pernah ketemu mbak-mbak ini. Gue liatin dia nunduk, eh dia nunduk juga. Tapi dijutekin gue.

Dan yang paling menarik adalah nenek tua keturunan chinesse yang jalan selalu nunduk, pelan, haluuuusss banget, entah kenapa setiap ngeliat nenek ini, gue malu sendiri.

Disini, di moment observasi gue mengamati orang-orang yang lagi cuci piring. Gue menemukan satu hal. Jiwa kita sama, cuma bajunya kita yang beda.
Kita yang memilih baju kita, mau pakai apa, nyamannya apa, tapi kulit, rambut kita ga bisa milih.
Sama kaya kita yang dilahirin dengan otak ngejelimet, jiwa yang rusak, mimpi yang terlalu tinggi dan kita ga bisa milih, tapi kita bisa menentukan bagaimana kita berpenampilan, mau pake baju apa kita, identitas kita, kita sendiri.
Pasti lo udah tau.


*** 


DAY 05
Dear Bre,

Ini malam yang dahysat bre.
Gue masih mengikuti eksperimen gue mandi air panas malem-malem dan tetap ga bisa tidur.
Cuma sekarang gue lebih ridho, lebih rela, gue pasrah.
Dan segala hal menjadi-jadi.
Gue merasa sebagai manusia paling jahat sedunia, gue memaki seluruh dunia untuk apa yang ga gue punya.
Gue memaki seluruh manusia karena ketidakberdayaan gue.
Dan menyalahkan semuanya.
“kenapa papa meningal?”
“kenapa gue marah sama mama?”
“kenapa gue bosen kerja di film?”
“kenapa gue marah sama febby?”
 “kenapa doski ninggal gue kawin?”
kenapa kenapa kenapa kenapa ?

karena gue sendiri.
Karena gue sendiri ga berani menghadapi hari ini.
Karena gue sendiri selalu nutupin hari ini dengan delusi-delusi masa depan.
Karena gue sendiri selalu ga berani hadapin hari ini dengan penyesalan-penyesalan masa lalu.
Semua ketidakberdayaan jadi kemarahan.
Dan itu menyakitkan.

Gue nangis sejadi-jadinya.

 ***

DAY 06
Dear Bre,


Kata Teacher – ini hari yang paling berat. 
Menurut gue.. ini hari paling kosong.

Semua berhenti.
Otak gue berhenti berebutan ngomong.
Hati gue berhenti ngerasa.

Gue ga pernah ngerasain sesepi ini didalam kepala gue selama 27 tahun – hampir 28 tahun gue hidup.

Bukan blank.
Bukan tenang.
Cuma Otak, Hati gue silent.
Gue cuma bisa ngerasain aliran darah gue.
Jantung gue.
Lambung gue.
Dan seluruh tubuh gue terasa bergerak.

Kepala paling kosong.
Tanpa delusi, tanpa khayal, tanpa trauma.
Sepi yang paling sepi.

Pernah ngerasain ga lo?

 ***

Day 07
Dear Bre,

Tau rasanya Sakratul maut?
Ketika rasa sakit datang dari ujung kaki dan ditarik sampai ujung kepala.

Cuma itu yang gue rasain hari ini.
gue hilang, entah kemana, cuma bisa nafas. Tersengal.
Semua berhenti pas azan isya.

Allah itu ada bre. 

***

Day 08
Dear Bre,

Sebentar lagi gue pulang, dua hari lagi.
Apa gue mau pulang?
Ga. Gue ga mau pulang –rasanya.
Gue mau disini.
Gue masih mau belajar maafkan dan mengenali diri gue sendiri.
Gue masih mau nerima diri gue sendiri.

Tapi apa tempat gue disini?
Mungkin bukan, tempat gue ada di dimana seharusnya gue ada, didalam hati gue.
Selama ini gue mencari, mencari alasan gue untuk hidup.

Mau lari kemana, ke hutan, ke pantai, ke gunung, ke inggris ampe ke hongkong sekalian semua ga bisa ngejawab.
Gue selama ini ngejar semua hal yang ga gue punya - cita-cita, kerjaan, cinta, keluarga, mimpi dan semua obsesi tapi ga tau ujungnya apa.  

Lalu apa yang bisa ngejawab?
Penerimaan.

Ya diterima aja luka yang dulu, ya dipahami aja sakit yang dulu, ya diamati aja bahagia yang pernah ada.

Masa lalu, masa depan kadang bisa jadi pedang yang malah bunuh diri kita sendiri.

Banyak hal yang sudah gue tahu sebelumnya tapi belum gue sadari.
Sekarang gue MENYADARI banyak hal.

Dan gue ngobrol sama semua tattoo di badan gue, segala hal filosofis yang selama ini gue tanem “gambarnya akan datang sendiri kok ke gue”
Mereka semua ngejawab dengan satu kalimat “ Mind body soul inside me
Let it go. Let if flow.  Just follow and everything moving inside, today.”
Menyadari hidup gue, menyadari diri gue.

Kalo sekarang gue ditanya… “mau apa lo hidup val?”
Gue bisa jawab … “mau dijalanin hari ini, dijalanin aja.”

Baru umur 27 tahun gue bisa menyadari kalimat basi “jalanin aja….”
Yang ternyata tidak semudah itu ngejalaninnya.

*** 

Day 09
Dear Bre,

Ini adalah hari mengamati semut dan alasan kenapa gue selama disini pengen banget nulis surat buat lo.
Hidup gue pernah indah – atau pura-pura indah dulu.
Sebelum kenal lo.
Dan entah kenapa, hidup gue rusak semenjak kenal lo. Hancurrrrrr berkeping-keping.
Bukan karena lo, tapi momentnya tepat aja waktu kenalan sama lo. Dan itu sucks.
Obrolan kita di kamar kontrakan lo soal hidup, itu ngerubah segalanya.
Gue yang hati dan jiwanya ketambel-tambel hansaplast harus ketemu sama lo yang atinya ancur berkeping-keping lonyot dan berdarah-darah.
Semenjak hari itu, gue ga pernah baik-baik lagi.

Obrolan hari itu kaya bongkar segala yang udah gue perjuangin untuk lupa, ngorek segala cerita yang mau gue kubur, ngoyak-ngoyak sakit yang sedang gue coba maafkan.
Moment kenalan sama lo kaya boom waktu. Semua yang kecil akhirnya meledak.
Dan gue koleps.
Semesta pun kaya ga support gue, ada aja masalah.

gue pernah lari dari segala hal yang menyakitkan, gue pernah bijaksana menghadapi hidup gue, gue pernah menerima apapun yang ada dihidup gue.
Tapi setelah kenal lo, satu hal yang ternyata ngerusak semuanya…
“gue ga mau kaya lo”
dan taiknya, kita nyambung lagi. Fuck bgt kan.

Gue berharap satu hal, gue dapetin yang sama dengan apa yang gue lakuin.
Gue peduli sama lo – pake banget. Dan gue ga mau  KITA jadi pesakitan. Makin depresi dan lain-lain.
Gue peduli untuk bangkitin lo, tapi lu ga peduli dan akhirnya gue kecewa.

Sucksnya lagi, lo jadi kaya bahan refleksi gue.
Gue ga mau kaya bre, gue ga mau kaya bre, gue ga mau kaya bre, semakin gue begitu, semakin gue mirip lu dan lu semakin kaya orang stress.

Gue ga bijaksana lagi, gue penuh kebencian. Gue mengumpulkan segala sakit dan trauma dan dibangkitin lagi… atas nama pelajaran hidup.
Gue dari kecil, selalu coba bangun diri gue dengan mengatakan kalo JANGAN BUNUH DIRI, BUNUH DIRI ITU DOSA.
Dan gue harus ketemu lo yang merasa HARUS BUNUH DIRI.
Anjir… lo mikir ga perasaan gue dan segala hal yang berkecamuk dikepala gue.
I want it bre. But I cant. I can’t handle it.

Lo selalu bilang “gue baperan” anjirrr lu lebih parah
Lo selalu bilang “gue selalu hubung-hubungin” anjiirr lu kata lu ga?
Lo selalu bilang “gue cangkeman” anjirrr lu pikir semua omongan lu bukan khayal-khayal babu
Gue selalu bilang “lu depressi bre, ayo bangun…” lu ga dengerin, padahal gue bener
Gue selalu bilang “lu trauma, ayo sembuh” lu ga dengerin, padahal gue bener
Gue coba nutupin semua yang lu bilang…. Dengan mencoba survive.
Tapi semua ada limitnya- puncaknya waktu gue tau… lo benci gue karena aci.
Itu menyakitkan.

Entah kenapa, itu jadi kaya senjata makan tuan, ke lo dan ke gue.
Peduli gue jadi rasa benci.
Refleksi gue makin hari jadi rasa benci.
Apa yang lo lakuin jadi kebencian buat gue.
Dan apapun kesakitan yang gue alamin jadi kebencian buat lo.
- padahal kadang lu ga ada hubungannya.


Sekarang gue pergi semedi 10 hari, besok gue selesai. Entah apa yang terjadi.
Tapi gue menyadari.
Lo ya lo, gue ya gue.

Gue yang beberapa hari sebelum semedi sempet whatsapp lo dengan kalimat sangat jujur “gue benci lo”
Mungkin sebenernya ditujukan ke diri gue sendiri. Gue benci diri gue sendiri.
Hampir bunuh diri gue 2 bulan ini.
Dan gue selalu ngecek ke lo, apa lu udah bunuh diri? Kalo lu udah sampe bunuh diri mungkin ga lama lagi gue juga bunuh diri.

Tapi, sekarang gue berani buat ngomong, jangan coba untuk bunuh diri ya bre.
Gue coba untuk tidak bunuh diri, mudah-mudahan lu juga.
Hidup emang ga indah, tapi dikuatin aja.


Gue sama lo ga sama.
Kita beda.

Mungkin lu udah sadar duluan, tapi gue baru aja sadar.
Maafin gue ya bre.

Kita cuma kaya orang-orang yang nyuci piring kemarin. Mengikuti aturan yang sama dengan pakaian yang berbeda. Pakaiannya, kita yang pilih sendiri.
Sekarang, gue udah ga mau tau lu peduli sama gue apa ga, gue udah ga mau tau lo benci sama gue apa ga.
Gue lagi mau coba buat nyelesain diri gue sendiri.
Mungkin suatu waktu, kita harus ngulang lagi waktu obrolan kamar kita bre, mungkin udah bukan di kontrakan busuk dan bau lo, tapi ditempat lain yang lebih bagus, lebih bersih.  Bukan lagi cerita tentang paitnya hidup dan sakitnya masa lalu, tapi saling cerita betapa lucunya hidup dan indahnya mencoba untuk hidup.

Di suatu waktu, kita harus ngelakuin itu bre.

*** 

DAY 10,
Dear bre,


Dan gue lulus.

Gue cuma mau cerita kalo di ujung meditasi.
Meditasi noble silent yang terakhir, gue cuma ngeliat nyokap gue ketawa, keluarga gue ketawa, kita ketawa-ketawa bareng, gue lo, febby, dievo, roy, rio dan semua teman-teman yang lain.
gue cuma bisa ngeliat bahagia ngeliat hidup gue yang udah gue jalanin, semua keluar begitu aja bre, kaya di film-film.
Ada muka semua orang-orang lagi pada ketawa, ketawa yang pernah gue tau, moment yang pernah gue alamin, kaya montage gitu bre, satu persatu wajah muncul, tawa-tawa yang tulus.

Ternyata selama ini hal yang bikin gue bahagia dan gue inginkan adalah ketawa bareng orang-orang yang yang gue sayang dan sayang sama gue.
Cuma ketawa bareng, itu aja dan gue udah rugi banget selama ini.


Gue nangis sejadi-jadinya, kali ini gue bahagia dan gue kangen semua orang.


*** 



- untuk bre, saat vippasana. 
August, Bogor.