Aku sedang mengurutkan apa yang salah dari cara berfikir.
Menjadi pesakitan memang tak enak rasanya, bagaimana bisa
kau berlaku seolah tak ada satupun didunia ini yang menyakiti mu tetapi di
dalam jiwa mu kau merasa begitu harus ditolong?
Pertanyaannya adalah bagaimana bisa seseorang memberikan
hidupnya untuk orang lain..?
Oh terlalu berat mungkin jika kita berbicara tentang
memberikan hidup.
Dipersingkat – mungkin artinya membiarkan seseorang untuk
masuk kedalam hidup mu- tidak semudah itu. Ternyata.
Mungkin aku ini adalah orang paling pesakitan, seolah
terbiasa semua sendiri,
Tapi aku ingin didengar.
Aku ingin bercerita – yang tak ku tahu bagaimana caranya
bercerita.
Tiba-tiba;
Hampir tengah malam yang rindu; diujung yang jalan
pelan-pelan
Dan akankah kita menemukan cara untuk membasuh luka.
Yang tak terlihat.
Diantara semuanya; mereka bisa teriak-teriak.
Tapi aku tak bisa!
Bicara pun sulit, bibir kelu menuju malam-malam yang rindu.
Ada beberapa orang yang mampu berpuisi, lalu jatuh cinta.
Tapi aku takut! Takut sekali! Dua kali! Tiga kali! Lalu ku
jatuh.
Pada Tubuh yang melemah – Di dada yang mulai sesak.
Kebodohan yang mulai tersadari- teriak-teriakan di kepala
Melumat setiap sel, menghabisi jaringan- tumbuh jadi
penyakit
Dan hujan-hujan yang mulai meminta di sembuhkan.
Demi Tuhan aku bersumpah, jika aku tahu caranya.
Lalu- pita-pita hitam merayap pelan-pelan dari sela-sela
jendela
Dan cipratan-rintik gerimis, membias. Hujan-hujan yang
sakit.
Lalu – pita-pita hitam itu merayap; menyirami luka
Menari-nari disekujur tubuh, melemah.
Di antara aku yang pahit – kita adalah orang asing yang
manis
Manis-manis pahit.
Meninggalkan mu sesuatu yang berat; kala ku pergi.
Kau sudah hilang lebih dulu.
Kala kau sebut nama ku; yang enggan kau ingat.
Enggan kau do’akan.
Enggan kau peluk.
Tuhan bersama kita yang sakit.
Yang tak kalah; perlahan melemah.
July, 2018
No comments:
Post a Comment