Thursday, November 26, 2015

The Woman's Book - Tarot Writing #1



The woman. she's know what she’s believed.
She's already know her name and what her purpose to do..
She understand what she really wanted it and also what she needs ...

Staring at the sky, she saw her self,  she was the center of her universe, Her life; the water flowing in her soul, the soil attached to the pores of the skin, burning fire heartbeat and breathing air to infiltrate every blow. 
Mind - Body - Soul; Heart and Love.

Bring her to step on a new path. So what are questionable from the void, softness and her self was enough to accompany her reflect on what happened on the last path, yesterday. ..  Learn from mistake. do the best.
And she knows the peace in her own heart.

This is a playground, no need to rush. Build fantasies about butterflies in the stomach, because it is not a matter of what or who to inviting people to joy discussion but how she is ready to customize her step ... slowly.
She dared to stand against all fears, because of her love; not about who was beside her, but how she can controls herself. Now, feels like more beautiful smile Just because she knows that she is can.

Love your self first, and the universe will loves you more ...



The Rider Waite Tarot Deck.
East Jakarta - 26 November 2015




Thursday, November 19, 2015

Surat yang belum sampai..

Dear kamu, 


Long time no see,  long time a go...
Apa kabar kamu...? 
it’s so classic to i said like this.
I’m so sorry...
For everything that i’ve done.

Semoga 7 tahun bukan waktu yang terlalu lama untuk aku minta maaf sebesar-besarnya sama kamu.  Semoga permintaan maaf aku bukan membuka lagi luka yang disimpan rapat-rapat, atau mengoyak lagi luka yang selama ini diusahakan untuk sembuh.

Since that day, i’ve changed, and i hope also to you..

Selalu ada ruang kosong di hati saya, sesuatu yang saya simpan dan ikut kemana pun saya pergi, kamu. Dan itu adalah... saya tahu, saya telah menyakiti mu begitu dalam.
Dan... selama ini saya berusaha juga untuk menyelesaikan semua yang ada di kepala saya, di hati saya.

... kalau kamu tahu, dunia saya berubah, semenjak cerita kita selesai, bertahun-tahun saya membawa sumpah serapah mu, membawa hal yang kau bilang akan menjadi nyata untuk saya... kau bilang.... hidup saya akan berantakan.

Honestly, i got mess life living...

Dan saya terima semuanya.
Dan sekarang saya memiliki hidup terindah yang sudah seharusnya memang menjadi jalan saya, terima kasih, kamu membukakan saya jalan...  semua sudah lebih baik sekarang, saya harap kamu juga begitu.

Jika terlalu berat untuk mu dan keluarga memaafkan saya, saya dan keluarga setulusnya meminta maaf untuk mu..  semoga tak ada lagi dendam dan maki didalam hati kecil kita masing-masing.

Konyol rasanya, tapi saya harus bilang sama kamu...
Maaf untuk kekanak-kanakan saya dulu.
Sekarang mungkin kita sudah cukup dewasa untuk saling memaafkan...

Story ended  for begining another story...


Semoga bahagia selalu didalam hati mu...   



Rasa Doa Asa Sentuhmu : Aku, Kita



Sedang apa kau disana…?
Telah sampaikah apa yang sudah aku kirim padamu..? dan kau menjawab.. apa yang telah kau kirim..

“Do’a dan kecup jauh…”
coba pejamkan mata mu sebentar, dengarkan aku berbisik dibalik huruf yang berjejer itu. 
Aku pun memejamkan mata ku, disini dimana ada hangat yang kau kecup, karena paling dekat dengan tanah, paling dekat dengan do’a. Kening. Seperti yang pernah kau katakan, untuk ku yang akan kau tinggal sendiri dan aku ingin tak lagi takut.



Dan aku menunggu.
Aku menunggu mu, disini…

Dan kau bilang, tak perlu lah menunggu mu, dan aku dalam persepsi ku, sayang, setidaknya aku telah mengusahakan.

Dan rindu itu tidak pernah bohong, apa kau tak lelah bicara dan bertanya tentang tulus..? bukankah ketulusan adalah hal yang tak perlu ditanya dan tak bisa dijawab.

Ada tiga kesatuan dalam diri manusia; Otak, Hati dan Tubuh. aku takut jika aku harus tahu bahwa mungkin aku tidak ada didalam bagian manapun, dan kau memastikan lagi untuk menyertakan Kehidupan didalam hal keempat, dan kata mu aku sudah ada disana, dalam hidup mu.

Dan kita berlari-lari kecil ditepian pantai, menyisir pasir dikala ombak datang, pantai yang selalu ingin kita berdua datangi…
“aku bingung…”
“aku juga bingung..”
“aku harus bagaimana..?”
“aku pun harus bagaimana.. hhmm.. bagaimana jika kita berpegangan..”
“apa yang harus ku pegang…”
“tangan ku, genggaman ku..”
“jadi kita bergandengan, jangan kau lepas…”
“bagaimana jika suatu hari nanti aku lepaskan.. apa yang akan terjadi dengan tangan mu…?
“tangan ku tetap disini menunggu lagi kau genggam…”

Tapi aku tak ingin seperti pasir yang kau genggam terlalu erat, Sayang…
Aku tak ingin hanya menjadi butir…  seperti yang kau katakan tentang pasir.. tidak perlu ada yang meluap-tidak ada yang perlu tergesa..
Karena masing-masing kita telah disini…

Dan mimpi menjembatani ku tentang mencintai mu…
Jika aku tak bermimpi maka tentu aku tak akan bangun bersama mu, atas hidup ku hari ini.
Jika kelak kau tidak lagi sehangat dan selembut ini lagi, sekiranya kita pernah saling tenggelam didalam pelukan hangat.  

Dan semoga kita akan tetap saling menjaga, dalam ucap mu memintaku jaga diri.. dan bait do’a ku agar kau menjaga hati mu..

Karena, semoga, kelak akan datang untuk kita; Takdir. 



Merayakan sentuhan mu .... 

Monday, October 19, 2015

all fear of an end..

SORE tadi.
Swimming in my coffee cup. Think about something what i waiting for, Life is a rollercoaster.. make you up and give you down. You scream and you laugh, you cry and cry. Like a closer and look seems far away, but when you want to make it more, game is over and you’ll need to restart the games, it’s like my feeling for you, when i fall in you.

MALAM ini. Menuju setiap esok harinya. 

18 Oktober 2015, bukan hari ini semestinya aku tahu, sudah beberapa hari yang lalu. Aku memang tidak pernah benar-benar tahu, aku sok tahu saja.

Malam ini aku tidak bisa tidur, tidak bisa, semacam ada blackhole didalam hati dan didalam kepala, bukan mengangguku, hanya saja, aku terlalu gelisah.
Untuk sesuatu yang tidak benar-benar aku tahu, aku inginkan.
Bukannya aku sudah tahu arti kata SELESAI, setahun yang lalu (sudah setahunkah..?) atau bertahun-tahun yang lalu. It’s still hurting me.
Tarik nafas panjang. Sebelum lanjut menulis lagi,
Classic, menuliskan mu, mendoakan mu, untuk sesuatu yang lain, yang berbeda.

Kau telah berhasil merajut mimpi mu, memulai sebuah langkah baru, di atas langit kau telah menitipkan cinta, didalam hati kau telah membuat lubang besar. Tak ada yang salah, aku telah menutup 2009 dengan indah. Kau.

Times change people change, broken heart make people change, aku sudah menutup mu lagi berkali kali. Dan ini akan menjadi malam yang indah, untuk kita didalam hati masing-masing. Jika kau sempat baca ini disuatu waktu, maka ketahuilah, you’re my blackhole,  lubang besar yang menganga didalam hati, kau berhasil membuat ku merasa seperti debu didalam semesta, membuat ku belajar merendah diri, mengakui kuasa lebih besar dari sekedar galaxy... cinta. Cinta pada-Nya.

Kita tidak akan pernah bertemu lagi di terminal yang sama, tapi setidaknya kamu pernah menemani setiap jalanku, sampai pada ujungnya nanti kau tetap disana, hingga jalan ku usai..

Selamat mengikat cinta diatas Langit. Semoga Tuhan menjaga bahagia mu, mengamini setiap mimpi mu, dan menemani disetiap langkah mu.. J
Ku mohon, itu do’a ku yang terakhir..

01.24
19 Oktober 2015
Rawamangun

Thursday, September 3, 2015

Not in the that way.

Jika kau adalah do'a yang digantikan dan kau adalah do'a yang tak terjawab.
Maka, aku tetap merahasiakan do'a ku, menyebut nama mu, kepada-Nya.
Menyebut nama Tuhan yang mengajari ku mencintaimu.
Jika kau adalah do'a ku yang tidak dikabulkan,
maka pasti ada yang terkabul tanpa ku minta.
Tuhan selalu yang paling baik.
Kita berdua paham itu.


Surakarta, 03 september 2015

Kozmic Blues

Semua cepat berlalu begitu saja, rasanya belum seperempat abad, tapi rupanya aku lupa.

Ahh, ini baru seperempat, tapi rasanya baru kemarin, baru kemarin aku menangis saat bangun tidur karena tiba-tiba tak ada mama ku, ku pikir mama ku hilang,, padahal cuma di depan rumah, siram tanaman.

Rasanya baru kemarin, aku bisa naik sepeda roda dua punya mama, lalu jatuh tapi tetap lanjut main sepeda tak peduli apa akan jatuh lagi.

Rasanya baru kemarin aku lulus SMA, kumpul bersama teman - teman cewek segenk. Belajar nakal.


Tapi, waktu berlalu, orang - orang berubah, memori tetap sama dan aku beradaptasi.

Buka mata hari itu, 29 Agustus, ketika apa yang diharapkan tidak datang untuk hari ku, mungkin ada saatnya nanti di hari yang lain saat aku membuka mata pasti ada senyuman untuk doa yang tidak di kabulkan Tuhan, dijawab dengan yang lain yang lebih indah.
Jangan takut, sungguh kecil kuasa manusia, sungguh besar untuk Tuhan membuat semua hal menjadi mungkin, tanpa kemungkinan.

Some people are like trees, they take forever to grow up.
Berbaik sangka, rupanya itu tugas manusia yang baru saja aku pelajari untuk 25 Tahun yang sudah dijalani dan 25 Tahun didepan.



"God will be with me all the time..."

29 Agustus – Cibubur ; Testcam Night Bus





03 September 2015
surakarta menuju jogja.
Mengingat kelahiran.




Monday, August 3, 2015

Berhenti saja.

Aku seperti anak kecil yang lagi mencoba memeluk gajah, seerat apapun aku berusaha, gajahnya masih terlalu besar untuk aku rangkul.
Buat berkata jujur rasanya sulit sekali, ga hanya ketika aku bilang semuanya. Bahkan untuk jujur sama diri ku sendiri pun sulit. But, i choose to talk..

Untuk menghancurkan semuanya...
Ya..!

Karena, aku tahu, segimana kerasnya aku coba pun akhirnya aku tetap ga bisa memeluk gajah itu sepenuhnya.

Semua jadi lebih ringan, buat ku. Sekarang.
Seperti yang ku bilang "no hard feeling"
Dari pada semua tertahan dan akhirnya menumpuk kaya yang dulu-dulu, lebih baik aku stop semua. I cut it off..


Ahh aku sudah bunuh diri namanya. It's okay,, i'm fine. Karena jatuh cinta memang tak pernah mudah.
I stop my self dreaming.


....selesai.

3 Agustus  2015
Packing menuju  pulang.

Kau yang keren, tapi tidak cukup sangat keren.

Jadi..

Ku pikir, kau itu singa yang sukanya lompat sana sini, singa yang sok galak...
Ternyata benar, kau hanya sok galak.

Tapi. Aku berhasil melihat mu rapuh, dan aku suka.
Artinya bukannya aku lebih rapuh dari mu, iya.
Dan aku tetap suka.

Ahh, sudah kita simpulkan,
perempuan itu perasa dan laki-laki itu egois.
Dan jangan salahkan aku jika rasa ini penuh
sementara kau tak ingin peduli.

Falling in love with you was the worst kind of self destruction.. 

Terima kasih kau telah membebaskan aku dari setumpuk rasa yang menyiksa,
yang sudah mengendap bertahun pun larut, yang salah pun berlalu.

Kesukaan ku sekarang adalah menahan diam-diam.
Rahasia. Mendoakan mu.

 (Di sebuah tempat) ...

 3 Agustus 2015

Thursday, June 18, 2015

Ku sempatkan waktu..


Di taman. lampu bulat depan kita mati, padahal yang lain masih menyala. 
sebatang rokok, asap mengepul di ujung bibir mu. 
kau bilang. "aku tak punya waktu" 
menghisap lagi rokok dalam-dalam. 
"kau bohong.." 
"benar.... aku sudah tidak punya waktu lagi.." 
"sebentar pun..?"
"kalau pun ada, aku tidak ingin memberikan waktu ku untuk mu.." 
aku diam. 
jantung ku seperti ditusuk belati. tapi mengapa aku tidak mati saja. 
"kenapa..?"
"sudah cukup kemarin aku hampir gila.."
"lalu sekarang, kau sudah sembuh..?" 
"iya.."
"kau hebat.."
kau diam. 
"bagaimana caranya..?" ku bilang 
"aku tak ingin jadi gila, aku tak ingin rusak.." 
"aku ingin seperti mu..." 
"kau pasti bisa..." 
lalu kau pergi. 
pergi. 
aku masih duduk sendirian di taman ini. lampunya masih mati, tak ada lagi asap rokok. 
aku seolah masih merasakan kau duduk disini, seolah jemari mu masih mengenggam jemari ku, kala lalu. 
ah aku bernostalgia. 
ini sudah usang, memang benar kau sudah tidak punya waktu, dan kita pun tak lagi punya waktu. 
kita tidak pernah membawa waktu lebih untuk kita simpan, semua yang berjalan begitu saja berlalu. 
seharusnya mungkin, aku mendoakan mu saja agar terus gila, dan kita berdua bahagia dalam gila, tapi bukankah aku artinya telah egois pada diri ku sendiri, padamu..? 
ah aku bernostalgia. 
asap masih mengebul, bukan dari ujung bibir mu, tapi dari ujung bibir ku. orang-orang berlalu lalang, memandangi ku, spertinya sedari tadi aku sudah menjadi pusat perhatian, apa benar kau pernah ada duduk disini..? 
setidaknya aku berandai jikalau kau jujur, kau telah berhasil sembuh dari kegilaan, tinggal aku sendirian, kau berhasil lenyap dan melarikan diri, setidaknya kau berhasil pergi, begitu saja. maka aku harus belajar, dua pilihannya.. belajar membiarkan mu pergi atau menyadari bahwa kau memang tidak pernah duduk disini. 
seumpama akhirnya aku berkaca, bahwa sedari tadi aku duduk sendirian. maka harusnya aku lekas sembuh sebagaimana kau. 
semoga esok, dunia tak mengenal kegilaan ini. 





"Tapi semoga besok, semua hilang." - Pesan Singkat
Adityawarman, 17 Juni 2015

Sunday, June 7, 2015

Hari ke-tujuh

 




Karena Tuhan akan memaafkan ku, dengan jalan yang lain.


Selamat. 



Thursday, May 28, 2015

Tuan Kereta

selamat sore, Tuan Kereta.
sore ini kita kencan lagi, mandi sinar matahari, wajah Ku penuh keringat, aku tadi hampir saja terlambat lagi untuk bertemu kamu.

Tuan Kereta. entah sudah berapa puluh kali aku kencan berdua dengan mu, disetiap rel mu berdecit, Dan setiap kursi tempat duduk selalu ada cerita.
cerita tentang pelarian, cerita tentang pilihan, jatuh cinta, persahabatan, berjuang, mempertahankan, jatuh cinta lagi, Dan jatuh lagi.
:)

kamu banyak berubah Tuan Kereta, aku ingat dengan pasti, kencan pertama kita. berdua saja.
kala itu perjalanan mu dimulai malam hari, Dan bukan hanya aku yang berkencan dengan mu. rupanya aku tak benar-benar sendirian. kamu penuh sekali. tapi tetap gagah membawa kami.  satu jam aku berdiri. ingin menangis. tapi Malu.

Dan kencan Kita berlanjut, kadang aku bosan padamu, jadi aku memilih berkencan dengan Tuan Kereta yang lain. maaf aku tidak setia walau sebenarnya aku akan selalu kembali padamu.

Kau sudah banyak berubah.
sekarang sekali kencan sudah 75 ribu. padahal saat kencan pertama kita. hanya 35 ribu.

sekarang kamu sudah ber-AC, Dan lebih perhatian karena mengharuskan semua orang harus duduk.

kamu makin gagah sekarang.
Dan hey, sepertinya juga tak ada yang berubah, kamu tetaplah kereta ekonomi yang jogja - jakarta, Dan aku tetap saja aku dengan T-shirt, celana pendek Dan sandal jepit. seperti kencan pertama kita, tidak ada yang berubah. ternyata.

"....biarlah pagi perlahan"

Dua perempuan.

Perempuan pertama dan perempuan kedua.
menertawakan hal yang sama, biasanya mereka saling menangisi satu sama lain ketika salah satunya kesakitan.
Tapi malam ini, di tengah kerumunan, mereka berbeda.

Dua perempuan, sudah terbiasa berdua saja.
Kadang perempuan pertama bisa begitu ketus, dan perempuan kedua sewaktu-waktu menggila. Atau kadang kebalikannya. Mereka komplit.

Dua perempuan, tidak menangis malam itu, ditengah kerumunan. Mendengar sebuah lagu.. Yang baru pertama kali mereka dengar... "Biarlah pagi perlahan..."

Mereka berdua saja.

"Kau perempuan penggoda!" Perempuan pertama bilang didalam hati.
Perempuan kedua diam saja, karena tak mendengar.
Perempuan kedua mencoba bernyanyi,, lirik yang masuk kedalam telinganya dan meluncur ke dalam hati; " jalan tak berhenti, arahnya entah kemana..."

"Jangan salahkan aku! Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengendalikan ini semua...!" Dua perempuan, mereka berdua saja.

Kepala mereka terasa berat, padahal tidak mabuk. Mereka lara.

"Kau tahu rasanya dikhianati..?"
"Tidak, oh... Tidak, aku tahu, saat ku melihat mu..!"
"Sakit kau...!"
Perempuan pertama menangis, perempuan kedua tidak tahu.
Mereka berbincang di dalam hati, perempuan pertama menangis di dalam hati

Pagi tadi.
sebuah pesan masuk.
"Kau sakit..? Tapi kau baik-baik saja kan..? Ah sudahlah, kau tentu bahagia di sana, bersama penggoda itu...!"
"Ah sudahlah, biarkan saja, aku lebih baik menahan rindu...!
Perempuan pertama menunduk.

"Dunia telah terlelap, terhanyut dalam gelap..." Lirik kembali mengalun.


Pagi tadi.
Di perempatan kota
"Sumpah! Aku melihat mu, t-shirt hitam mu, sepatu boot hitam mu.. Aku bersumpah, aku melihat mu jam setengah sembilan pagi tadi...!"
"Kau gila"
"Iya, aku sudah gila, ah sudahlah.. Mungkin aku memang sudah gila.."

"Mendengar rahasia yang terucap dan tawa yang tergelak..." Lirik mengalun lagi..

Di antara kerumunan orang, orang-orang yang bau alkohol, lampu panggung yang menyorot retina terasa sakit.
"Kau tahu rasanya mimpi yang kau jaga setiap malam dan ternyata hilang seketika saat kau bangun.. Kau tidak akan bisa bernafas..."
Perempuan pertama berbisik.
"Kau tau rasanya ketika kau berjalan sendirian, kesakitan tiba-tiba kau kelelahan, lalu tanpa terasa kau tertidur, kembali bermimpi indah, dan saat kau bangun ternyata kau sadar semua hilang, ini cuma mimpi... Kau tidak ingin lagi bernafas.."
Perempuan kedua berbisik.
"Seharusnya tidak ada pengganggu didalam semua mimpi ku..."
"Apa hanya kau yang boleh bermimpi...?"
"Tidak juga, kau boleh juga, hanya mimpi mu salah..."
"Apa yang salah dari mimpi, aku hanya kelelahan, lalu aku ingin berhenti sejenak..."
"Tapi seharusnya bukan menjadi perusak.. Aku sangat mengenal mu tolol..."
"Kau yang tolol, sudah tau kau hanya di sakiti, kau diduakan ingat, kau ini diabaikan, kau menunggu mimpi mu sepanjang hidup mu, dan kau tau semua berakhir ketika kau bangun.."
"Ini terlalu menyakitkan..."
"Aku tidak bisa mengendalikannya.."
"Apa kau sebut ini cinta...? Bullshit, cinta itu tidak merusak hubungan orang lain..."
"Apa kau sebut ini cinta...? Menyedihkan, cinta itu tidak saling menyakiti.."
"Dan kita berdua tolol"
"Bukan, kita berdua jatuh cinta. Pada mimpi..."
"Maafkan aku, sulit berada di posisi mu.. Aku melepaskannya..."
"Maafkan aku, sulit berada di posisi mu.. Aku melepaskannya..."
"Aku berkaca padamu, melihat mu sakit.. Aku tidak tega.."
"Aku berkaca padamu, melihat mu sakit.. Aku tidak tega.."
"Tapi akhirnya mereka tega membuang kita begitu saja.."
"Ya, mereka tega.."
"Sudahlah, dia sudah memilih perempuan keduanya..."
"Dan sudahlah, dia lebih memilih perempuan pertamanya.."
"Tetap saja, bukan salah satu dari kita..."

Dua perempuan berbincang didalam diam.
Ya sudah harusnya mereka saling diam, agar saling memandang satu sama lain, menyimpan tangis masing-masing. Biasanya, mereka bercerita semua hal.. Tapi tidak kali ini, rahasia yang sudah terbuka pun didiamkan saja, merasakan semuanya sendirian, memahami saja sendirian, sungguh lucunya saling menyayangi.
Menyimpan rindu mereka masing-masing, cerita mereka sendiri-sendiri. Saling berbisik doa, untuk hati mereka yang telah pergi. Dia yang telah memilih bersama perempuan keduanya, dan dia yang memilih bersama perempuan pertamanya.
Karena toh,dua perempuan tetap berdua saja.


"Saat bersama tak terasa terbawa suasana, seakan waktu tiada berkuasa... Saat bersama tak terasa segala lelah dan lara, biarlah pagi perlahan menyapa..."

Dua perempuan di antara kerumunan orang-orang berdansa, lupa pada bau alkohol, lupa pada bau asap rokok, lupa pada cerita mereka...
3:56 menit pun usai, lagu pun berhenti, mereka melanjutkan lagu berikutnya, terus seperti itu hakikatnya, setelah satu cerita usai maka ada cerita yang lain.
Air mata menetes pelan, diam-diam. Tidak ada yang saling tahu, tapi saling mengerti.
Dua perempuan ini pun pulang, sudah hampir pagi..

"Lets us ride till the sun rise.."
Malam telah usai.

- terinspirasi lagu 3:56 - Rumahsakit
Carburator spring bintaro, 27 Mei 2015

Cheers my soulsister, anita bonit.
:')



Pejaten, 28 Mei 2015















Jika kau.

Aku tidak bisa mengendalikan ini.

Aku setengah gila. Aku melihat mu.
T-shirt hitam mu, sepatu boot mu.
Melewati ku di tengah keramaian.
Kau sudah hilang.
Aku terdiam. Aku hampir tak waras.
Dan bersumpah.. Sungguh itu kamu..!


Tapi.. Kamu sudah kembali sehat, tak seperti lalu, kita berdua setengah gila.

Kini aku sendirian saja.
Gila.
Ah, sulit.

Jejak mu susah di cari, langkah mu terlalu cepat.

Aku tidak bisa mengendalikan ini..

Jika saja, kau baca tulisan ku malam ini
Jika saja, suara ku terdengar di dalam dada mu
Sebentar saja, ajak aku lagi ke taman bermain mu..
Sebentar saja, merasakan lagi roller coaster..
Tak apa jika ku dihempaskan..
Aku butuh benar-benar jatuh.

Bukan memohon, hanya berkata: sungguh aku terlalu rindu.

Jika kau baca ini, kau selalu penuh di kepala ku, mengisi setiap kesalahan, menjadi alasan bibir ku tersenyum penuh..

Jika kau baca ini, ah sudah tidak mungkin..
Kau sudah hilang. Jadi, kau tidak mungkin baca ini.

27 mei 2015
Bintaro


Monday, May 11, 2015

Azan Subuh

Tuhan, bawa hati yang tak seberapa ini selalu menunduk di atas semesta Mu.
Di antara jutaan hati yang kau bentuk, menyebut Mu didalam setiap nafas.
Tuhan, bawa jantung ini berdetak atas kehendak Mu, melantunkan dari tiap besar Mu.
Tuhan, bawa aliran darah ini menyanjungkan ribuan partikel rasa syukur kuasa Mu.
Jadikan jemari ini tangan kecil yang selalu Kau rangkul.
Karena Ruang didalam gelap adalah sudut hati paling perih, duka terkubur didalam ikhlas.
Sendiri terbujur mencari siapa nama Mu, takkala logika menghantar pada kemunafikan.
Iman.
Tuhan, jadikan aku manusia yang berserah.
Sebagaimana Kau menyerahkan ruh didalam segenggam liat, dan mengembuskan fitrah.

Bersama para Nabi, dan sahabat aku ingin ada diantara mereka untuk merasakan Cinta Mu. 

Barasvarna.

Selamat pagi Surga.
Jikalau kini damai masuk ke hati kita.
Maka tenang lelap mu.
Jangan lagi terbakar, hangat saja.
Kemarin bulan penuh, yang lalu bulan merah, sempat ada gerhana pun.
Kau bermain-main dalam bias bulan.
Bagaimana kabar Surga mu..?
Adakah sungai mengalir air susu ibu.
Agar tanah - tanah mentah sebelum fitrah Mu tak dahaga.
Selamat pagi Surga.
Bintang mu berkelip di dini malam.
Tuhan bilang, sepertiganya waktu terbaik untuk bersujud.
Melantunkan nyanyian yang ibuku bilang itu namanya Do’a.


03.30
Yogyakarta, 11 Mei 2015
Hangat didalam Hati ku. Pada Mu.



Monday, May 4, 2015

Yang Tak Berima. (n)


Aku takut pulang, takut kembali menyelam dalam sulam yang sama

Dan gemintang mengirim langkah sunyi.  Di dalam skala kecil – hati adalah wujud semesta

“Mengapa Kau..?”

Hanya rintihan sunyi yang terpaksa ditata indah demi seimbang demikian

Kau memaksa ku pulang..

Sampai cosmic menuntun rintihan kita, elegi jadi manusia. Ah, egois.

Pedulikan! Kita masih berpori, berkatup empat. Ada ruang...
Jarak yang terpisah, ruang yang tetap.. Luka yang mana...?
Hendak disemayamkan...?

Otak
Hati
Tubuh
Jiwa

Hiduplah seperti mayat – berwujud tak bernafas.
Naas. Apa yang kau inginkan..?
Bunuh diri digantung harapan.
Jangan hidup jika tak mau mati, Amuba.
Bermuka dua.  Coba kau ingat..!

Lengkap bagai peluru, diam – diam hinggap mati bersarang.
Ditarik hilang hempas sukma. Waktu secepat itu, rindu sebatas apa, mimpi setara realita.

Aku meredup dipersimpangan. Cahaya ku dihisap bayang – semua hitam sekarang.
Siapa pernah dengar tentang Azal..?

Kala sel didalam tubuh mu, membusuk pelan.

Aku meredup, didalam air mata.


04 mei 2015.
Warung Hanya Yogyakarta.

-          Sebuah tulisan sederhana; bersama Syamarda Swandika 

sampai tiba di puncak.




Maaf,  aku akan pergi, dan kali ini pasti. Tidak akan lagi menoleh, pada mu..

Di atas sebuah bukit,  berkata sedikit kunci : bahwasanya kita begitu kecil di semesta, dan hati akan membawa kita berjiwa besar.

Seperti melupakan mu, meluapkan mu.
Seketika aku ingin menjadi seorang petapa, menghilang diri dari keramaian pikiran ku sendiri, menjauhi dunia mu.

Lepas didalam hati



Dieng – 03 May 

Thursday, April 16, 2015

Waktu, kau pergi.

"Ya sudahlah, biar saja waktu yang menjawab" 
Menurut teman saya. 

Tapi saya tidak sependapat.
Buat saya. Waktu tidak akan memberi jawaban apapun. Buat saya waktu tidak akan menyembuhkan apapun, waktu tidak akan mengobati apapun, waktu pun tidak akan menghilangkan perasaan apapun. 

Jika didalam hati mu ada cinta, cinta itu akan tetap di hati mu, selama apapun yang dia mau. 
Jika didalam hati mu ada luka, luka itu tetap akan ada dirimu, sekuat apapun yang dia mau. 
Waktu tidak merubah itu semua. 
Tapi, waktu membuat kita tumbuh, waktu membuat kita melihat, apa yang kemarin tidak kita lihat, maka waktu membuat kita merasakan apa yang tidak kita duga. 

Waktu membuat kita berbesar hati, waktu mengajari kita tentang ikhlas karena waktu membimbing kita untuk bersabar.

Luka mu tetap ada disana, tapi waktu membuat dirimu menikmati bahagia mu dibanding meratapi kesakitan mu. 


Ini bukan perkara waktu, tapi soal diri mu sendiri.  Aku. 




Kau sudah pergi..??

Aku belum berhenti menangis.



Wednesday, April 8, 2015

Masih di jam lima sore.

Percayalah, saat kamu telah berhasil menutup cerita yang lalu, saat itu hati mu sudah siap untuk menerima cerita yang baru.
Tulislah apa yang ingin kamu tulis, ucapkan apa yang kamu ingin sampaikan. Terima apa yang kamu rasakan didalam hati mu.
God Is Good.
Kita akan terus belajar, pada semua kesakitan, semua senyum dan semua perasaan didalam hati.
Dan selesaikan lah cerita baru mu sampai tuntas.
Dengan mu, aku belajar satu hal lagi.
... semua butuh waktu.

Untuk cerita baru ku, yang sedang lelap.
Satu pertanyaan yang tak mampu ku jawab.  
“mengapa cerita yang baru itu kamu...?”




Menutup 2009

Kamu yang telah menemani saya tumbuh.
Tumbuh dewasa, mungkin jari-jari saya, otak saya, hati saya sudah tidak tahan lagi untuk menulisi mu, seperti lalu-lalu, kamu selalu menjelma menjadi setiap huruf yang saya tulis, kamu adalah bagian dalam setiap spasi kalimat saya.

Dan sekian lama rasanya hati saya selalu menjadikan dirimu sandaran, untuk semua bahagia dan kesakitan saya, bertahun-tahun.

Dan semua kata-kata bullshit saya yang bilang; saya mengikhlaskan mu.
Semua sakit didalam hati saya karena merasa sudah melupakan mu, padahal BELUM.

Hingga malam itu, kamu tiba lagi, masih saya ingat jelas, kamu yang mengintip didalam helm mu, kamu yang memandang saya mendekati mu.
Kamu masih sama. Saya masih sama.  
Dan menu malam itu masih sama: Kopi, Roti bakar, Pemilihan Presiden, BBM, Film, Politik, Reformasi, dan Indonesia.

... Saya Bahagia bersama mu. Selalu bahagia.
Jam 4 Pagi, selepas diskusi yang panjang, obrolan yang hangat, dan senyum yang tulus kita menutup malam itu. Kamu mengantarkan saya pulang.

Saat kau sudah tidak ada lagi didepan mata saya, entah kenapa saya tidak sanggup menahan air mata saya untuk tidak mengalir.
Saya tersenyum, lalu saya menangis.

Saya menyadari banyak hal, bertahun-tahun kemarin kamu tidak pernah pergi dari dalam hati saya, saya begitu tolol membiarkan orang lain masuk kedalam hidup sementara kamu masih ada disana, dalam hati saya penuh.

Ah, padamu saya belajar banyak hal, saya tidak bisa memungkiri jika dimalam itu saya merasa menememukan lagi senyum saya yang paling tulus, di malam itu saya merasa bahwa saya masih sama seperti enam tahun yang lalu. Dan juga perasaan saya, tapi saya pun tersadar bahwa kadang ada orang yang datang didalam hidup kita tak selamanya ada disamping kita, dan kadang apa yang kita inginkan belum tentu akan kita miliki

Saya sombong bertahun-tahun kemarin, sombong dengan menjadikan mu pelarian untuk semua kesalahan saya, saya begitu angkuh mengakui bahwa saya hanya butuh kamu. Saya terlalu rapuh untuk mengakui bahwa saya tidak ingin melepaskan mu.

Saya bersembunyi. Dan saya tidak baik-baik saja.

Tapi waktu membuat saya belajar, apa yang bisa kita miliki dan tidak. Apa yang harus kita relakan, memang tak mudah tapi semua keluar, saya tidak bisa lagi bicara, malam itu saya hanya menangis.

Saya hanya menangis sambil berandai-andai, andai saya adalah perempuan yang kamu pilih, andai saya mampu berjuang lagi dan kamu akan memperjuangkan saya.
Malam itu saya pun tersadar, kamu sudah benar-benar pergi.

Tapi itu semua tidak ada artinya, malam itu menjawab semua hal, saya rindu diri saya yang lalu, saya rindu tawa saya ketika bersama mu, dan saya telah keterlaluan mencintaimu, maka tiba-tiba saya berhenti. saya malu pada diri saya, yang bahkan lebbih mencintaimu melebihi apapun. maka saya bersujud untuk Tuhan saya, mengakui malu saya, mengakui sombong saya. 
Dan menyadari bahwa Tuhan menyayangi saya dengan memberikan mu didalam hidup saya, agar kamu mengantarkan saya pada banyak hal. 
  
Kamu masih sama dimata saya, saya harap kamu pun merasakan hal yang sama juga, tapi pada akhirnya, saya harus sadar dan saya telah menyadari semua hal yang terjadi bertahun-tahun ini. Saya sadar, waktu saya dengan mu telah usai.

Cinta adalah persoalan kesadaran. menerima setiap cerita yang ada dihidup saya, termasuk kamu. 

Berbahagaialah atas hidup mu, terima kasih telah menyisipkan saya disebagian kecil hati mu, dan terima kasih telah menemani hari-hari saya.

Sampai jumpa lagi, diatas cangkir kopi kita untuk saling berbicara kegelisahan yang ada diotak kita.

Malam itu, saya menyadari artinya keikhlasaan
Malam itu, saya menyadari artinya cinta.
Malam itu, saya mengenal lagi Tuhan. 

Terima kasih untuk malam itu, teman ku yang baik. 
dan Tuhan begitu baik menutup cerita kita dengan indah. 

...aku kini sudah bisa tersenyum saat mengingat mu.



Yogyakarta, 08 April 2015

(tersenyum mengingat lebak bulus – lenteng agung, malam itu)