Monday, May 4, 2015

Yang Tak Berima. (n)


Aku takut pulang, takut kembali menyelam dalam sulam yang sama

Dan gemintang mengirim langkah sunyi.  Di dalam skala kecil – hati adalah wujud semesta

“Mengapa Kau..?”

Hanya rintihan sunyi yang terpaksa ditata indah demi seimbang demikian

Kau memaksa ku pulang..

Sampai cosmic menuntun rintihan kita, elegi jadi manusia. Ah, egois.

Pedulikan! Kita masih berpori, berkatup empat. Ada ruang...
Jarak yang terpisah, ruang yang tetap.. Luka yang mana...?
Hendak disemayamkan...?

Otak
Hati
Tubuh
Jiwa

Hiduplah seperti mayat – berwujud tak bernafas.
Naas. Apa yang kau inginkan..?
Bunuh diri digantung harapan.
Jangan hidup jika tak mau mati, Amuba.
Bermuka dua.  Coba kau ingat..!

Lengkap bagai peluru, diam – diam hinggap mati bersarang.
Ditarik hilang hempas sukma. Waktu secepat itu, rindu sebatas apa, mimpi setara realita.

Aku meredup dipersimpangan. Cahaya ku dihisap bayang – semua hitam sekarang.
Siapa pernah dengar tentang Azal..?

Kala sel didalam tubuh mu, membusuk pelan.

Aku meredup, didalam air mata.


04 mei 2015.
Warung Hanya Yogyakarta.

-          Sebuah tulisan sederhana; bersama Syamarda Swandika 

No comments:

Post a Comment