Thursday, November 26, 2015

The Woman's Book - Tarot Writing #1



The woman. she's know what she’s believed.
She's already know her name and what her purpose to do..
She understand what she really wanted it and also what she needs ...

Staring at the sky, she saw her self,  she was the center of her universe, Her life; the water flowing in her soul, the soil attached to the pores of the skin, burning fire heartbeat and breathing air to infiltrate every blow. 
Mind - Body - Soul; Heart and Love.

Bring her to step on a new path. So what are questionable from the void, softness and her self was enough to accompany her reflect on what happened on the last path, yesterday. ..  Learn from mistake. do the best.
And she knows the peace in her own heart.

This is a playground, no need to rush. Build fantasies about butterflies in the stomach, because it is not a matter of what or who to inviting people to joy discussion but how she is ready to customize her step ... slowly.
She dared to stand against all fears, because of her love; not about who was beside her, but how she can controls herself. Now, feels like more beautiful smile Just because she knows that she is can.

Love your self first, and the universe will loves you more ...



The Rider Waite Tarot Deck.
East Jakarta - 26 November 2015




Thursday, November 19, 2015

Surat yang belum sampai..

Dear kamu, 


Long time no see,  long time a go...
Apa kabar kamu...? 
it’s so classic to i said like this.
I’m so sorry...
For everything that i’ve done.

Semoga 7 tahun bukan waktu yang terlalu lama untuk aku minta maaf sebesar-besarnya sama kamu.  Semoga permintaan maaf aku bukan membuka lagi luka yang disimpan rapat-rapat, atau mengoyak lagi luka yang selama ini diusahakan untuk sembuh.

Since that day, i’ve changed, and i hope also to you..

Selalu ada ruang kosong di hati saya, sesuatu yang saya simpan dan ikut kemana pun saya pergi, kamu. Dan itu adalah... saya tahu, saya telah menyakiti mu begitu dalam.
Dan... selama ini saya berusaha juga untuk menyelesaikan semua yang ada di kepala saya, di hati saya.

... kalau kamu tahu, dunia saya berubah, semenjak cerita kita selesai, bertahun-tahun saya membawa sumpah serapah mu, membawa hal yang kau bilang akan menjadi nyata untuk saya... kau bilang.... hidup saya akan berantakan.

Honestly, i got mess life living...

Dan saya terima semuanya.
Dan sekarang saya memiliki hidup terindah yang sudah seharusnya memang menjadi jalan saya, terima kasih, kamu membukakan saya jalan...  semua sudah lebih baik sekarang, saya harap kamu juga begitu.

Jika terlalu berat untuk mu dan keluarga memaafkan saya, saya dan keluarga setulusnya meminta maaf untuk mu..  semoga tak ada lagi dendam dan maki didalam hati kecil kita masing-masing.

Konyol rasanya, tapi saya harus bilang sama kamu...
Maaf untuk kekanak-kanakan saya dulu.
Sekarang mungkin kita sudah cukup dewasa untuk saling memaafkan...

Story ended  for begining another story...


Semoga bahagia selalu didalam hati mu...   



Rasa Doa Asa Sentuhmu : Aku, Kita



Sedang apa kau disana…?
Telah sampaikah apa yang sudah aku kirim padamu..? dan kau menjawab.. apa yang telah kau kirim..

“Do’a dan kecup jauh…”
coba pejamkan mata mu sebentar, dengarkan aku berbisik dibalik huruf yang berjejer itu. 
Aku pun memejamkan mata ku, disini dimana ada hangat yang kau kecup, karena paling dekat dengan tanah, paling dekat dengan do’a. Kening. Seperti yang pernah kau katakan, untuk ku yang akan kau tinggal sendiri dan aku ingin tak lagi takut.



Dan aku menunggu.
Aku menunggu mu, disini…

Dan kau bilang, tak perlu lah menunggu mu, dan aku dalam persepsi ku, sayang, setidaknya aku telah mengusahakan.

Dan rindu itu tidak pernah bohong, apa kau tak lelah bicara dan bertanya tentang tulus..? bukankah ketulusan adalah hal yang tak perlu ditanya dan tak bisa dijawab.

Ada tiga kesatuan dalam diri manusia; Otak, Hati dan Tubuh. aku takut jika aku harus tahu bahwa mungkin aku tidak ada didalam bagian manapun, dan kau memastikan lagi untuk menyertakan Kehidupan didalam hal keempat, dan kata mu aku sudah ada disana, dalam hidup mu.

Dan kita berlari-lari kecil ditepian pantai, menyisir pasir dikala ombak datang, pantai yang selalu ingin kita berdua datangi…
“aku bingung…”
“aku juga bingung..”
“aku harus bagaimana..?”
“aku pun harus bagaimana.. hhmm.. bagaimana jika kita berpegangan..”
“apa yang harus ku pegang…”
“tangan ku, genggaman ku..”
“jadi kita bergandengan, jangan kau lepas…”
“bagaimana jika suatu hari nanti aku lepaskan.. apa yang akan terjadi dengan tangan mu…?
“tangan ku tetap disini menunggu lagi kau genggam…”

Tapi aku tak ingin seperti pasir yang kau genggam terlalu erat, Sayang…
Aku tak ingin hanya menjadi butir…  seperti yang kau katakan tentang pasir.. tidak perlu ada yang meluap-tidak ada yang perlu tergesa..
Karena masing-masing kita telah disini…

Dan mimpi menjembatani ku tentang mencintai mu…
Jika aku tak bermimpi maka tentu aku tak akan bangun bersama mu, atas hidup ku hari ini.
Jika kelak kau tidak lagi sehangat dan selembut ini lagi, sekiranya kita pernah saling tenggelam didalam pelukan hangat.  

Dan semoga kita akan tetap saling menjaga, dalam ucap mu memintaku jaga diri.. dan bait do’a ku agar kau menjaga hati mu..

Karena, semoga, kelak akan datang untuk kita; Takdir. 



Merayakan sentuhan mu ....