Saturday, February 22, 2014

honestly....




Aku rindu bicara cinta, aku rindu pura-pura mengenal cinta.

Aku rindu kau yang duduk disini menangisi dirimu sendiri, Tuhan; aku kosong.

Andai kita pernah benar-benar saling kenal.
Mungkin aku tak perlu jelaskan gelisaha ku yang juga takut mu.

Andai kita pernah benar-benar saling kenal.
Harusnya aku tak perlu meminta mu memeluk ku ketika tangan mu sedang ingin digenggam

Andai kita pernah benar-benar saling kenal.
Mestinya aku tak pergi ketika kau butuh aku bertahan.

Andai kita saling kenal.
Maka kita tidak berandai tentang cinta dan logika.
Dan kini kita memang sudah tak saling kenal.

Rindu, bukan kata yang tepat untuk menepiskan do'a.
Berhentilah, dengan begitu kita akan mengikhlaskan pisah.
Seperti biasa..



Sabtu, 22 Februari 2014
Selatan yogyakarta

Thursday, February 20, 2014

Jum'at Besok Sabtu


Hari ini, bintang-bintang jumat sudah pecah belah, siapa janji akan mimpi-mimpi yang bisa kembali. Maka tidurlah, bersama dewi-dewi mu dalam pelukan dewa-dewa, seperti yang mereka entah siapa selalu bilang, mengaku jadi biang kehidupan. Dunia ini sudah tak punya pandora, harap-harap yang secuil itu kini berubah jadi karma. 
Bagaimana bisa Baik dan Kebaikan tak lagi jadi satu paket? 
Mereka tak lagi seperti dada ayam goreng tepung dan segelas dingin cola yang dibuat satu harga! 
Bukan lagi sepasang kekasih perempuan dan laki-laki, lihat saja sudah banyak homoseksual yang lebih bahagia diatas pura-pura, bukan karena saling melengkapi, tapi saling mengisi. 
Kebaikan bukan lagi imbas dari prilaku baik, melainkan hanya tameng berupa kain lebar menutupi bagian dada menyembul. 
Ah, absurd. Besok atau hari ini pun kita akan sama terpenjara. Terpenjara pada kebahagian dan kebagian diri sendiri. Orang-orang akan bertamu, berebut menjadi raja di rumah orang lain, hidup orang lain. 
Seperti menulis fiksi, akan lebih mudah dari menulis esai, niscaya melihat khayal lebih nikmat dibanding melihat fakta. Bukankah kita semua sudah seperti itu? 
Jendela-jendela menawarkan cita-cita. 
Didepan mu terbentang luas harap, cerita tentang horus, osiris, rama, sinta, kurawa, jaka sembung, jaka tingkir, tujuh bidadari. Tapi apakah diri mu, kita, aku akan jadi cerita kelak? 
Tak ubahnya hidup kita hanya mitos keresahan dari hidup orang lain,. 
"Aku akan begini" 
"Aku tak mau seperti itu" 
Lihat saja orang-orang sudah semakin tak mampu menjabarkan rasa, hakikatnya perasaan sudah tidak lagi orisinil. 
Yang terjadi pada ku juga terjadi padanya, atau sebaliknya. 
Tuhan, katanya memberi manusia satu kesempatan untuk hidup. 
Ada yang suka menulis hidup dengan indah, makian, sumpahan, dan keikhlasan. 
Ada yang menikmati dengan melukis alam, menggambarkan cinta, menjahit luka 
Ada yang suka menari-nari dan berdendang dengan musik kepura-puraan. 
Lalu kau yang mana? Aku yang mana? 
Karena Tuhan tidak ciptakan bagian bahagia untuk Sang Peratap.


January 24, 2014 at 6:55pm

Bualan Jalang


Cukup untuk siang ini, Asal kau tahu aku akan merindukanmu. Merindukan semua bualan kita tentang cinta.

Cukup didalam mata ini, aku bersemayam memandang isi hati mu, menerka logika mu. Dan rima tak menjabarkan apapun tentang cinta mu, cinta kita.

Cinta memang tidak bisa dijabarkan dengan apapun, logika, asa pun tidak, hanya bualan, dan kita hanya merindukan bualan, merindukan ilusi tenang cinta

Ilusi seperti ciuman pagi yang terhapus embun, pelukan senja yang terganti malam, seperti air mata ku yang terhapus sembab. Karena cinta adalah bualan yang kita lewatkan.

Atau mungkin kita tidak pernh mengerti cinta, sama seperti kita tidak pernah benar-benar kennel, siapa kamu, siapa aku, karena bualan ini cukup indah, cinta ini sangat indah walaupun Cuma bayangan, ah, kita hanyalah manusia goa, yang terbuai dengan bayangan kita sendiri

Kata mu cinta bukan tentang apa yang kita mengerti, tapi apa yang kita rasa. Kata mu; cinta bukan apa yang kita rasa, tapi apa yang kita impikan. Kata mu; cinta bukanlah apa yang kita impikan, tapi apa yang kita jalani. Kata ku; cinta adalah kosong, entah apapun; yang mampu kita isi, didalam otak, didalam hati, sekalipun dalam bualan.

Lalu buat apa kita bicaa cinta, kalau kita tidak tahu apa-apa, sehebat itukah cinta.. apakah cinta angkuh/sombong, sehingga kita tunduk dengan cinta, sekuat tenaga mencari dan berusaha memahami cinta..

Karena cinta adalah diri kita sendiri yang tak terdefinisi..

Karena cinta itu Tuhan, tak terdefinisikan, kita hanya bisa mencari, berusaha merasakan dan kadang terkecoh, seakan kita telah merasa telah menemukan dan apa yang sebenarnya kita cari..?
Atau mungkin Tuhan itu cinta itu sendiri.. sesuatu yang kita coba cari tapi tak selalu kita temukan, terkadang menemukan kita saat kita tak ingin dicari.. merindukan kita saat kita lupa, dan melupakan kita saat kita rindu..



Bualan jalang untuk sesuatu yang kita sebut Cinta..
@valeeroy daan @sophiedankopi
20 Februari 2014