Wednesday, February 24, 2016

Post : Henti.


"dan kau harus berhenti melangkah..”
membuang peta yang telah kau rancang sendiri
"mengubur mimpi yang telah kau tulis sendiri
apa karena hati mu sakit maka kau akan berbalik arah..?"

ya aku pikir begitu
ini adalah obrolan antara aku dan kepala ku yang penuh
tapi mungkin ku tahu hati ku tak sekuat itu, aku tak sekuat itu untuk berpura baik-baik saja
aku pun tak sekuat itu untuk berpura bahwa tak ada luka disetiap keringat ku.

maaf, aku menjaga hati ku dari dendam
jadi ku urungkan saja berjalan lagi.
sampai berhenti di sebuah lorong lembab yang gelap

sambil bertanya-tanya, kemana lagi aku harus melangkah?



Goa belanda, Bandung

13 februari 2016 

Post : Titik.

padahal sudah ku katakan; bahwa saja yang ku kerjakan ini bukan untuk diriku sendiri
padahal sudah ku katakan; jika ini semua terlalu menyakitkan maka ku pergi

kau bisa menghitung sendiri, apa yang sudah ku keluarkan dari setiap tetes keringat ku, juga air mata lelah ku
mereka semua boleh bilang aku cengeng, aku memang tak sekuat itu lagi, aku sama saja seperti yang lain.
yang lain..? iya yang lain, manusia yang lain, alasan ku untuk tetap bertahan.

ini bukan perkara berapa kantung emas yang aku dapatkan, tapi ku pikir ini tentang pengorbanan, bagaimana bisa, sesuatu yang kau anggap begitu menyenangkan berubah menjadi sesuatu yang mengecawakan

kau, yang katanya teman ku, yang kau bilang  aku paling mengerti kau, tapi akhirnya aku tahu, bahwa kita tak pernah saling mengenal. kau tak mengenal ku.

maka mungkin, aku dan seluruh dunia ku tak akan sama lagi, aku akan sulit percaya kau lagi.

karena ku rasa; apa yang ku rasa dan yang kau katakan tak sama dengan yang aku lihat dan aku dengar, sekalipun tidak langsung dari mulut mu, tapi semburat senja memberi tahu ku, bahwa matahari terbenam bisa saja tak seindah yang pernah ku ingat



Bandung, 13 Februari 2016 

And now the final frame - Love is a losing game




ada lubang besar yang tak ku tau ada dimana..
ada kalimat yang tak mampu ku tulis
ada bait yang tidak selesai ku ucapkan

sesak, tiba-tiba menyusup, aku ingin kau tahu bahwa aku bahagia, bukankah ku bilang jika aku pun bahagia melihat kau..
ini hanya tentang diriku saja, yang masih mencari potongan kenang didalam nisan kita .
ah tragisnya..

seperti setiap malamnya sebelum ku tidur, lampu kamar ku mati, gelap. aku mendandani luka ku, berharap kau menyebut nama ku, sekali. hanya itu.

Lalu aku terlelap, didalam sebuah lapangan yang luas, didalam mimpi ku: kapal itu menunggu mu lekas berangkat; kau dengan ransel hitam mu; aku menatap kau yang berdiri ditangga, kura-kura berenang dibawah kapal tongkang itu, kau bilang; aku ingin pulang ke laut, agar lepas dan kau bisa menunggu ku bagai pasir menunggu dijemput ombak. Padahal kau tidak suka laut. Kau hanya pulang – itu saja.  Kau membual aku mual, kau tersenyum di kejauhan, aku menatap mu: mencoba memahami apa yang ada didalam kornea.

Aku terus menatap dari jauh.. sambil mencoba menyampaikan pesan ku, terselubung.
“dapatkah membawaku pulang...?
pulang kedalam pelukan mu.
sayang. bolehkah aku duduk lagi disamping mu..?
bercerita tentang aku hari ini.
bagaimana kala kau ada luka ku perlahan pulih, kau bukan obat tapi kau penenang.”

Kemudian kau memalingkan muka, aku melihat seorang gadis yang mirip seperti ku, mungkin- menunggu mu di ujung bola mata- aku melihat bayangannya.

Aku terbangun.

Aku, sudah tidak ada disana, aku hilang dari mata mu.

Ini sungguh mimpi yang buruk. Aku rasanya tak sanggup lelap lagi, aku coba mengingat siapa gadis yang ada di sana, di pandangan mu, ah, aku tolol, rindu itu sudah keterlaluan, bahkan do’a pun sudah tak membantu ku, ketika aku tak lagi disana, hanya satu yang aku rindukan..

“bolehkah sekali lagi kita saling menatap. tatapan yang aku tahu disana ada mimpi ku,
dan hilang saat kau terpejam..”
... dan hilang.

Kau telah pulang ke pelukannya.



**mendengarkan Love Is a Losing Game by Amy Winehouse

Utan Kayu, 23 Februari 2016 

Untuk Dalu, (ini Rahasia)





** If time is all i have - James Blunt 


Aku membuka lagi apa yang ku tulis enam tahun yang lalu, waktu itu aku bilang bahwa kau adalah setiap huruf dari kata yang ku tulis.

maka aku rajin sekali menulis, buku harian ku penuh dengan kamu yang manis dan kamu menyelinap tersenyum. 
dan aku menulis apapun yang kulihat agar ketika kau tidak ada disampingku kau bisa tahu apa yang aku alami. sebagaimana aku yang hobby sekali membaca apa yang kau tulis, ku bilang "membacamu seperti mendengar kau bercerita, dan aku suka"
tapi lantas kini aku sudah tak tahu apa yang mau ku tulis, semenjak kau tiada.

Dalu ku, aku sudah lelah menuliskan kepedihan, apalagi menuliskan rindu, aku sudah tidak bisa lagi meletakkan mu didalam setiap huruf dan aku berhenti menulis.
tapi pun jika aku bilang aku berhenti menulisi mu rasa-rasanya aku pun tak sanggup, aku masih mencuri-curi untuk menuliskan rindu, aku diam-diam masih menuliskan cinta.

andai kau ada disini..
kau harus lihat aku lebam-lebam. mereka disini tidak mengenali ku, mereka tidak tahu jika mata ku hitam karena banyak menangis didalam hati, hanya mata mu yang bisa..

ah, Dalu, mata mu..
mata yang sama sejak awal kita bertemu, binar itu masih kuingat kala kau duduk disamping ku dan mata amarah ku berubah teduh, asal kau tahu, mata mereka semua tidak seperti mata mu..
mata mereka kosong, seperti mata ku kini.

Dalu, ku mohon jangan marah, aku ingin sekali bilang 'aku rindu..' tapi aku tahu aku tak boleh, jadi aku tulisi saja, aku pun dilarang menulisi mu lagi, jadi ku telan-telan semuanya
... sendiri.




Untuk Dalu, delusi..
depok, 1 februari 2016

20.42

SENINA








Selamat ulang tahun senina..
tempat dimana air mata ku bisa jatuh tanpa ku katakan mengapa..
tatapan mata dimana ku merasa kita telah berbicara hal..
logika dimana aku belajar untuk selalu memahami.

mungkin memang kita dilahirkan berbeda pondasi.
kau yang sok logis padahal melankolis
aku yang logis malah sok melankolis
tapi itu adalah alasan ku untuk selalu merindukan mu...

Senina..
Kau harus maafkan ku jika aku tak ada..
dan aku pun akan merelakan mu yang sok sibuk.
tapi percayalah, kau adalah alasan ku untuk tetap kuat seperti kau.
dan kau adalah refleksi ku untuk selalu bersyukur..
karena Tuhan mengizinkan aku utuk memiliki teman baik yang saling menjaga.

Bahagialah hatimu..
karena kau telah sempurna dengan semua yang kau miliki...

Ditulis untuk Febby Stephanie Ginting, merayakan 25 tahun.
Kota dimana kau pernah berusaha, Bandung.
11 Februari 2016


** Senina adalah salah satu sistem kekeluargaan pada masyarakat suku Karo; Senina : orang yang masih satu marga, namun beda cabang; (notes: dalam tulisan ini pengandaian saudara perempuan)