Sunday, July 21, 2013

Halte




Gerimis mencium ku diam – diam. Matanya melirik ku perlahan. Mata siapa? Tatapan dalam rintiknya. Seperti aku yang dalam diam memuja yang aku bilang matahari pagi. Pukul 06.00 sudah tiga ratus lima belas hari aku duduk disini membawa buku catatan  yang semakin lama makin dekil.  Disini sepi, hanya ada aku dan anak kecil dengan seragam SD basah kuyup, tangannya menggenggam erat payung warna violet dengan logo salah satu operator seluler. Giginya bunyi gemeretak. Anak lelaki itu mungkin umurnya tujuh tahun. Hey, dia mendekatiku.. 

“kakak, mau menyebrang? ”

“tidak aku mau duduk disini saja”

“kenapa tidak menyebrang saja?”

“kenapa aku harus menyebrang ?”

“hari ini hujan sepi”

“karena hanya gerimis”

Aku mengambil payung dari anak itu, melipat payungnya, wajah ku terkena cipratan air hujan yang menempel dari payung violetnya.

“sini duduk saja”

“ah tidak, baju ku basah”

Aku membuka jaket abu-abu ku dan memakaikannya pada anak itu

“dingin ya?” Tanya ku

“iya, tadi. Sekarang hangat”

“sudah duduk disini saja.. “

Aku berdiri, pergi meninggalkan anak itu sendirian, kurasa lembar biru di kantong jaket ku cukup untuk mengganti sepinya hujan tanpa penumpang ojek payung.

“kakak mau kemana..?”

“beli jaket baru…”

Aku meninggalkan anak itu di halte bis ini sendirian, anak itu tersenyum manis sekali, dengan jaket ku. Dan bibir ku pun tak tahan untuk tersenyum  semanis dia. Setidaknya kini ia telah hangat bersama gerimisnya. Dan aku juga.

Di ujung persimpangan sana, ternyata ada yang sedang menunggu ku sedari tadi.  



No comments:

Post a Comment