Wednesday, July 20, 2011

"aku ingin kita sama-sama terdiam" mungkin begitu katanya...


"aku tidak meributkan apa-pun sayang, sedari tadi aku sibuk membaca"
"nah itu dia pointnya, kamu terlalu sibuk membaca sampai tidak tahu apa yang sudah aku katakan" 

Senja meletakan novel barunya di antara mereka, utara dan selatan, saling menarik satu sama lain, tapi berjauhan. bila kita menjadi tubuh yang sama kita tidak akan pernah tau ada noda apa di belakang leher kita, kita tidak akan bisa bercumbu menjadikan kulitnya menjadi kulitmu dan nafasnya menjadi desahmu. wajar bila tuhan ciptakan kita berbeda tubuh, agar ada hujan yang mampu menjadi hangat dan gerimis membawa peluk. kali ini senja mengalah meletakkan bukunya dan sekejam memindahkan semestanya ke dalam raut wajah lelaki di depannya, tokoh-tokoh utama di dalam novel berlari-lari, sebagian masih mengumpat di sela otaknya dan satu kalimat masuk kedalam relung hatinya, terdiam, sembunyi, mengendap -endap.
"oke, ini aku stop membaca, sampai mana tadi?" 
"ga usah bilang sampai mana, kita belum memulai apa-apa"
"itu dia sayang, karena kamu belum memulai apa pun jadi aku memulai duniaku dan ini"
senja menunjuk novelnya. 
tidak ada yang dibicarakan bagi senja dan lelakinya. mereka hanya ingin sama-sama terdiam, sama-sama merasakan gengaman hangat kulit mereka yang berbeda, karena esok tak akan adalagi, saat duduk berdua di pinggir kolam renang, sambil menikmati sebatang rokok dan saling membaui.

Novelnya pun mengerti, satu persatu masuk kembali ke dunianya, yang mengumpat di sela otak telah mindik-mindik pergi, di relung hati secepat kilat berlari. 
tak ada apa pun lagi di sini,.
diam yang mengisi meski mereka sama-sama tak saling mengerti.. cinta


...suatu sore, Kelapa Gading. 







No comments:

Post a Comment