Tuesday, May 22, 2012

beer, anggur, rokok menthol dan kamu.



Aku seperti senja kecil sendirian 

Awalnya aku tidak sadari harum tubuh mu karena penuh asap rokok disini, karena tubuhku di banjiri buih beer dan pikiran ku sedang dalam ketidaknyamanan. Semua mengangkat gelasnya dan menggoyang tubuhnya karena musik mu, kamu. masih asyik di panggung itu dalam ketidaksadaran, kamu mabuk. 
Itu malam pertama kita bertemu lagi, sebelum kamu lihat aku duduk di meja paling pojok di bar ini, kamu tidak menyadari aku duduk sedari tadi, yang kamu sadari adalah pia, temanku yang menemani aku, bukan, tapi aku yang menemani dia. Aku terlalu asyik dalam rokok ku, sampai kamu datang disamping ku. Acuhkan aku, ya aku pun begitu, kamu bukan sesuatu yang penting untuk harus ku ingat, meski samar aku masih ingat pertemuan kita pertama kali. 

Sore itu, aku keluar kelas, kuliah sudah usai, masa ospek sudah berlalu. Aku ingin segera pulang, tapi tampaknya, kamu dan teman-teman mu yang merasa kakak senior menahan kami anak2 tingkat bawah untuk berkumpul bersama di lobby kampus, di tengah rindang dan senja sore. Kamu.. Aku ingat. Kata yang pertama kamu ucapkan.. 

"Lana, kamu harum sekali" 
...Aku tertawa. 
...Kamu juga tertawa. 

"Kamu pakai parfum apa?" 
... Aku hanya tertawa, ku pikir untuk apa aku menjawab pertanyaan orang mabuk. 

Kita berbincang sebentar, saling tukar nama, mengenal identitas, kamu memnyodorkan aku sebotol anggur murahan, aku minum seteguk untuk formalitas. 

Sore itu berakhir, aku pulang. 
Biasa saja. 

Dan malam ini, lagi-lagi kita bertemu dalam keadaan tidak sadar. Kamu, bukan aku. 

"Re, pasti kamu lupa sama aku ?" .. Sapa ku. 
"Ga kok, aku inget sama kamu, eh siapa nama kamu..? Kok kamu ga pernah kuliah" balas mu 

"Lana, Aku ada cuma kamu ga memperhatikan" 
..Kamu terdiam. Aku kembali menghisap rokok ku dalam-dalam. 

"Aku masih ingat wangi tubuh mu" 
.. Aku terdiam. kamu menghisap rokok mu dalam-dalam. 

Detik itu berlalu dengan canda dan tawa, efek alkohol. Beberapa jam kita saling mengenal lagi, saling berbagi cerita lagi, buat ku saat itu. Kamu adalah teman baru. hingga akhirnya kamu yang tidak lagi sadar terlibat cekcok dengan lelaki berbaju hitam di meja sebelah, dia meninju rahang mu, aku tersentak, untuk masalah yang sebenarnya tidak tampak, buat apa adu kuat disana, ini merusak malam kita. Kamu harusnya tahu itu, aku menggenggam erat tangan mu, entah kenapa aku berani melakukan itu, harusnya tidak aku lakukan, tapi karena pia, temanku meminta ku akhirnya aku lakukan. 

"Lana, malam ini re lagi lucu sama kamu, coba re di redam emosinya" 
Entah apa sebabnya, kamu mendengarkan aku. Kita pulang. Ke rumah mu. 

Kamu banyak mengeluh kesakitan, kamu tak pantas manja, kamu terlalu liar untuk bermanja-manja, tapi kamu sangat manja, aku merasa tergelitik melihat mu. 

"Lana, anterin aku beli beer yu" 
"Oke" 
"Sekalian beli obat untuk rahang ku, sakit banget solana" kamu menyebut namaku lengkap. Padahal aku tidak pernah menyebutkan nama lengkap ku, hanya teman-teman terdekat ku yang tahu. 
"Iya re" 

Detik ini, kita adalah teman baru. 

Di depan mini market pukul 04.00 pagi, ditemani sebotol beer dan rokok menthol favorit ku, aku mengobati mu, menempelkan koyo plester di rahang mu, terlihat konyol, tampang mu yang sangar ternyata kamu begitu manja. 
Kita banyak berbincang disana, banyak tertawa, lebih mengenal lagi, aku masih menganggap mu teman baru ku. 

Matahari sudah datang, tidak terburu-buru, dan tidak terlambat, cahaya mulai masuk di sela jendela, aku sudah ada di kamar mu. Berdua. 

"Lana, I don't know how I feel" 
Aku terdiam. 

"Re, Kamu salah mengira tentang aku" 
... Kamu menunduk 

"Aku tahu aku salah, aku tahu kamu pasti pikir aku bajingan" 

...Aku diam saja. 

Tadi kamu ingin mencium ku, tapi tidak aku lakukan, kita teman biasa re, aku tidak ingin ini terlalu jauh. 

"Lana, aku nyaman sama kamu, entah kenapa" 

Aku diam. 

"Please lana, ngomong sesuatu" 

"Sudah pagi, aku mau tidur" 

Aku menarik selimut di kaki ku, pura-pura terlelap, dengan kamu yang masih duduk di pinggir ranjang. Menghabiskan rokok mu, saat itu kupikir, kamu bisa jadi "morning sunshine" ku. 

------ 

Nama ku Solana, matahari. Aku ingin menjadi matahari untuk sekitar ku, aku ingin menghangatkan setiap orang dalam pelukanku, tapi aku merasa sendirian, sendirian berbagi kehangatan, aku kadang hilang saat malam, aku juga pudar saat senja. Begitulah aku sekarang, aku pudar, karena aku mungkin hanya matahari senja yang berlalu didalam malam, aku ingin matahari pagi ku datang, didalam aku, menjadi satu, menemani aku. Aku ingin matahari pagi, dan aku ingin Are, menjadi matahari pagiku. 

Are duduk disampingku, memesankan aku makanan, kita makan berempat, aku, are, pia dan andra, pacar pia yang juga sahabat are. 
Aku senang hari ini, pagi ini. Bersama are, bersama mereka. 

Rasanya nasi pecel yang aku makan menjadi nasi pecel terenak sedunia.. Rasanya aku ingin mengulang lagi, pagi ini. 

setelah sarapan, re mengantarkan aku pulang, sepanjang jalan pulang, jogja terasa begitu indah. 

Aku tiba di kostan. Are pun pulang, aku kembali terdiam. Memikirkan beberapa hari ini. 
Apa aku jatuh cinta? 
Apa aku mulai membuka hati? 
...Aku tidak tahu. 

Aku hanya tau bahwa aku senang melihat namanya ada di contact bbm ku, aku senang bila dia berkali-kali kirimkan aku pesan singkat. 
Meski aku masih tidak yakin. 

Setelah sarapan itu, aku tidak bertemu are lagi, are menghilang sehari. 

Hari sudah berlalu lagi. 

Senja masih sendirian. tiba-tiba saja are datang ke kostan ku bersama andra, matanya sinis, tidak ramah padaku, mereka datang hanya menanyakan keberadaan pia, apa pia ada bersama ku, nyatanya tidak. 
Aku kebingungan, are kenapa? 
apa yang salah dari aku? 

Rupanya are sore ini, perform bersama bandnya di acara kampus kami, dia tidak meminta ku untuk datang, dia tidak memberi tahu ku, sampai aku membaca bbm nya 

"Band ku manggung jam 4" 
Tanpa embel-embel meminta ku datang, aku begitu penasaran sekali padanya. Sungguh. 
Aku datang ke kampus jam 5 sore bersama pia dan anjing-anjingnya. Aku langsung bertemu teman-teman kelasku, kami bercanda-canda, sambil menikmati acara ini, aku melihat are sepintas, aku yakin are melihat ku, tapi dia tidak menyapa ku atau pun menghampiri ku, aku benci sekali masa itu. Bila are tidak peduli padaku bukan kah aku bisa lebih tidak peduli padanya?? 
Aku pun mengacuhkannya. 

Pukul sembilan malam, aku dan are akhirnya bertemu. 
"Aku nungguin kamu dari tadi lana" 
"Aku disini dari tadi" 

... Kami terdiam. 

Aku menghisap rokok ku, are menenggak minuman kerasnya. Tiba-tiba are pergi. Setengah jam dia kembali lagi, tiba2 dia mengelus kepalaku, tapi aku tidak suka matanya, matanya tajam. Aku tak mengerti apa yang sedang dia pikirkan, aku hanya tau dia begitu kacau malam ini. 

Akhirnya aku pulang, tak mengerti apa yang terjadi dengan are, are begitu cepat berubah. Aku curiga, dia mengkonsumsi anti depresan. 
Dugaan ku benar. Are tiba-tiba datang ke kost ku, dia benar-benar berubah, senyumnya kembali hadir, dia kembali tertawa-tawa bersama ku dan pia. 
Aku mabuk malam itu, dia ingin pulang, aku menahannya pulang. 

"Aku benci sama kamu re" 
"Lana, kamu tuh ga ngertiin aku banget" 

.... "Jangan pulang are" 

"Lana, kamu besok harus pergi ke jakarta.. Makasih sudah datang tadi, lana"
Are pun pergi, meninggalkan aku. Sendirian, lagi. 


**** 

Rel dan roda kereta saling berhimpitan, menimbulkan suara rindu yang aku suka, beberapa kali terowongan aku lewati bersama kereta ini, dari pagi tadi sampai siang ini, aku duduk sendirian, kereta sepi hari ini. Ac di kereta terasa sangat dingin, padahal matahari diluar sedang begitu eksis menonjolkan diri, aku pulang mama, sebentar, aku tidak rindu jakarta, belum lagi sampai aku sudah rindu jogja, aku rindu are. 

Are tapi hilang tidak ada kabar, seperti deru debu yang berlalu dibelakang kereta ini, beberapa anak kecil berlarian kegirangan, kereta sepi seperti ini sangat langka terjadi, mungkin aku juga girang bila saja are disini bersama ku, beberapa hari yang lalu, are janji mengantarku ke jakarta, dia ingin ikut aku pulang, tapi nyatanya, janjinya cuma janji, bualan. Aku harusnya sadari ini dari awal, hingga tak terlalu banyak berharap. Harusnya, aku terbiasa sendiri. 

Aku menghabiskan roti blueberry yang ku bawa, are belum juga ada kabar, handphone ku masih kosong tanpa namanya. Berkali-kali aku menulis pesan untuk are, namun selalu tidak jadi aku kirimkan. Buat apa? Toh are pun tidak menghubungi ku meski dia tau hari ini aku pergi. 

Aku berkali-kali ingin menelfonnya, tapi untuk apa? Dia pun meninggalkan aku dengan marah semalam. 
Dia pun berjanji padaku untuk ikut aku, nyatanya dia lupa janjinya. 

Memandangi rel disampingku rasanya menyenangkan, aku terlelap. Aku terbangun ketika aku merasakan sakit dikepala ku, sepertinya aku kepalaku terbentur-bentur jendela kereta. Aku terbangun. Mengecek handphone ku, surprise, ada nama are di salah satu pesan singkat. 

"Lana, sudah sampai mana?" 

Aku tersenyum. Memengang handphone erat-erat. Memandangi hamparan sawah di sampingku, memandangi anak-anak kecil yang rupanya masih berlari-lari sedari tadi. 
Aku ingin merasakannya..... 

"Di tengah hamparan sawah, ga tau dimana" 

"Kamu hati-hati di jalan" 

Akhirnya, sepanjang jalan kami terus saling mengirim pesan singkat. Are menemani ku, meski tak ada disampingku. Saat itu, aku tak tau ini rasanya apa. 

Malam di jakarta, aku mencoba mencari rasa cinta ku lagi pada kota ini, aku mencoba mencium lagi udara pengap di kota ini, aku mencari serpihan rindu yang sekiranya masih ada, ternyata.. Aku lebih rindu are. 

Meski Kee, seseorang yang membuat ku meninggalkan jakarta masih ada disebagian hatiku, hanya saja, aku memaksa diriku untuk tidak merindukan kee. 

Taman Ismail Marzuki, pukul 00.15, Aku berkumpul bersama teman-temanku, menceritakan yang tak sempat diceritakan, mengatakan apa yang pernah di katakan, kami terlena dalam rindu, sekilas aku tidak memikirkan are, aku menikmati hujanan kasih sayang dari sahabat-sahabatku, mereka sedang butuh aku disini, aku tahu itu. 

"Andai kamu disini" 

Are tiba-tiba mengirim pesan untuk ku. 
Aku kembali tersentak. Seperti bukan are. 

"Kenapa kamu are?" 

"Lana, aku sendirian..." 

are, aku ingin menemani mu saat ini, nyatanya begitu, aku ingin kamu disampingku saat ini juga. 

"Aku ga lama di sini, nanti aku pulang" 

"Kamu baik-baik disana..." 


Apa are sebegitu menginginkan aku? 


****

Minggu pun pergi. Aku sudah sampai di jogja pagi-pagi sekali, aku dan are baik-baik saja. Akhirnya aku menghirup embun yang sama seperti are, akhirnya kami merasakan sinar mentari yang sama, aku dan are telah berdiri diatas kota yang sama, aku ingin bertemu are. 

Senja di jogja, aku menghabiskan senja bersama pia sambil menikmati sebotol anggur di rumahnya. Aku ingin bertemu are malam ini, are malam ini perform lagi bersama bandnya di acara pameran. Tempatnya dekat, kampus kami. Are menghubungi ku, are bilang, are naik panggung jam 7 malam. Aku bergegas, memacu motorku bersama pia. Dada ku berdebar, akhirnya aku bertemu are, bisik hatiku. 

musik punk-nya mulai mengalun, keras tapi menyenangkan, dia sudah ada disana, dengan bass nya asyik bersama nada-nada, permainannya bagus, rileks, aku suka sekali, dia tidak lihat aku disini, dari jauh aku tahu, malam ini dia tidak mabuk. Aku senang, walaupun nyatanya aku yang sedang mabuk. 

Aku masuk kedalam pameran, rupanya teman ku merupakan salah satu pameris, selepas are perform aku tidak melihat dia lagi, dia pun tidak menghubungi ku, aku pun tidak kalah acuh, aku malah asyik bercanda-canda bersama teman-teman ku. 

Ruangan ini terlalu penuh asap rokok, sampai kami semua disini berebut udara, aku tak tahan, aku pun keluar ruangan dan duduk di bangku sejajar yang telah disediakan untuk para tamu, aku duduk sendiri, mengambil rokok ku dan membakarnya perlahan, malam ini aku agak pusing, entah karena aku mabuk atau lelah sepulang dari perjalanan jakarta-jogja. 

"Kamu dimana?" 
are mengirimi aku pesan singkat. 

"Aku duduk di bangku tamu" 

"Sebelah mana?" 

Seketika aku melihat kedepan, tak jauh dari tempat ku duduk, ada are disana, duduk sendirian. Beberapa menit aku duduk disini, mengapa aku tidak sadar bahwa are duduk di depanku, dan are juga tidak melihat ku. 

"Aku dibelakang kamu" 

... Are tidak menoleh kearah ku. 

------

"Makasih lana, sudah datang lagi nonton aku" 

"Anytime, are" 

...... Kami duduk diatas ranjang kamar kost ku, hari ini, selepas acara, are pulang. Pulang ke kost ku, dia baik-baik saja. Kami bisa berbicara banyak, tertawa lebih. Aku takut sayang are. 

"Lana, aku kangen sama keluarga ku" 
"Ya pulang dong are.." 
"Belum ada waktu yang tepat" 
"Kalau begitu tunggu liburan" 

.... Aku dan are bertatapan, entah apa yang dia pikirkan tentang aku, aku pun tak tau bagaimana perasaan ku. Aku hanya ingin baik-baik saja bersama are. 

"Lana, perut ku sakit" 
"Makanya jangan mabuk terus" 
"Iya, aku sudah ga bisa minum sekarang... selepas opname kemarin" 
"Tapi kamu tetap seperti ini, Aku cuma mau kamu sehat re" 

Aku mengeluarkan obat yang aku beli di jakarta, untuk are, aku tau are sakit, meski sedikit menguras uang bulanan ku, tak jadi soal, aku ingin are sehat dan baik-baik saja. 
"Ini buat kamu" ..aku memberikan obat itu untuk are. 
"Terima kasih, lana, kamu terlalu baik buat aku" 
Aku mencium pipi are, are mencium kening ku. Entah apa yang terjadi diantara kita, yang aku tahu hanya aku ingin bersama are. 

Are terlelap disamping ku, wajahnya berkeringat, aku membasuh keringatnya, aku suka melakukan ini, are terlihat lugu ketika ia tidur, tidak ada kesakitan di wajahnya, tidak tersisa lagi mabuknya ketika ia lelap, are tidur sambil memeluk ku erat, aku bisa mendengar suara jantungnya, aku bersenandung dalam dengkuran halusnya yang menyenangkan. Are tidak terlihat seperti seorang pecandu ketika ia lelap. Aku ingin melihat are selalu seperti ini, seperti anak kecil. 

Aku pun terlelap dalam dekapan are dan nafasnya yang halus di telinga ku. 
Malam ini, aku tahu, aku sayang are. 

****

Matahari mulai bergantian hadir, berlalu, aku resah, are mudah sekali hilang, mudah sekali datang, kadang are datang dalam keadaan kacau... Memaki ku entah kenapa, ketika aku menjauh are datang dengan senyumnya yang lugu. 
Are semakin sering menginap di kost ku, bila ia akan menginap dia akan bilang "aku pulang nanti". Lucu. 

Are pulang, kami menikmati sebotol anggur dan bir bersama, saling bercerita tentang asap rokok, tawa yang renyah, dan semua resah yang ia rasakan, lelah yang ia peluk. Aku tahu berat untuknya, tapi aku dan are menikmati malam ini, kami tidak mabuk alkohol, kami seperti mabuk cinta. Sampai akhirnya are mencium bibir ku, kali ini, aku tidak menghindarinya, bibirnya lembut, ciumnya halus, manis, matanya teduh, ditengah bibir kami saling membelai, satu hal yang aku pikirkan, hubungan kami ini apa? 

Malam menemaniku kali ini, sendirian, matahari sudah lari dari tadi, tinggal aku solana, matahari yang membusuk sendirian, sedang mencoba memahami apa yang terjadi antara dirinya dan "morning sunshine"nya... Apa dia terlalu berharap, atau perasaan sekilas, apa hanya hubungan persahabatan, tapi bukan ini namanya persahabatan, karena sahabat tidak bercumbu, sahabat juga tidak memeluk erat saat sama-sama terlelap. Dia tahu itu, solana tahu itu, aku tahu. 

Solana rindu rasa alkohol di bibir are. 
Ya, aku rindu. 

****** 

aku lelap sendirian di dalam kamar kost ku, berharap are pulang malam ini, aku tidak mengunci pintu kamar ku. Tak terasa malam semakin larut. Aku terbangun, are ternyata ada didalam kamar ku, sedang merokok sambil menonton televisi. 

"Kamu kapan pulang?" 

"Lima belas menit yang lalu" 

"Dari mana?"

"Kenapa sih tanya-tanya?" 

"Aku kan cuma tanya..." 

"Dari kost temen" 

Dia pun tidur disebelahku, memberikan ku punggungnya, entah kenapa. Dia tidak bicara apapun padaku, saat itu aku tahu, dia sedang dalam pengaruh obat. Lebih aku diam. 
Aku membuka sepatu bootsnya yang masih ia gunakan saat ia tidur, aku membasuh wajahnya yang keringatan, aku tidak tertidur malam ini, aku memandanginya, apa aku mampu menjalani hari-hari bersamanya seperti ini, dia datang, lalu pergi, marah, emosi, kadang begitu manis. 

Seperti malam ini, aku bimbang, aku ingin are terus bersama ku, aku ingin are baik-baik saja, dan sedetik ini aku sadari, aku tidak tahu bagaimana perasaan are padaku, meski akhirnya aku menyayanginya. 

Di sini, aku hanya terdiam, tidak lagi tahu harus bagaimana. 




********

aku mencium harum tubuh are di bantal ku, parfumnya, bajunya... Semua begitu membuat aku rindu 'si bodoh' itu, are tanpa kabar lagi berhari-hari, aku tak tahu dia dimana, dia tidak menghubungi ku. 

Aku mendekap bajunya. "Are, aku kangen" 


******* 

Aku sedang berada di pameran teman ku, bersama pia. Biasanya are ada diacara semacam ini, bersama ku, atau teman-temannya, tapi hari ini tidak, acara tidak terasa berarti tanpa are, aku tak tahu apa yang aku rasakan, semenjak are hilang, aku merasa sepi, aku benar-benar rindu are. 

Beberapa orang bersepatu boots terlihat seperti are, tapi itu bukan are. Itu hanya khayal ku. 

Tiba-tiba are menghubungi ku, setelah menghilang begitu saja. Are marah padaku, membentak ku, entah dimana salah ku, aku tak mengerti. Rasanya aku ingin benci dia. 

Aku muak. Are hanya hadir ketika dia butuh aku, tanpa tahu apa yang aku rasakan. 

Kemudian, are menghubungi aku lagi, dia ingin bertemu dengan ku. 
"Lana, ngebeer yuk" 

Aku pun ke rumahnya bersama pia. 
Pukul satu malam. Are terlihat kacau, sudah beberapa hari dia hilang, hari ini aku bertemu dia, dia sangat tidak baik. Aku tak sanggup melihatnya. 

Are menelan pil nya didepan ku... 
"Lana, kamu jangan" ..ucapnya pada ku. 
Are kembali kumat, dia kembali mengacuhkan aku. Aku tak mengerti, dia meminta ku untuk datang, ternyata dia kacau dan mengacuhkan ku setibanya aku disana. Aku tak mengerti maksudnya. 

Aku menenggak habis beer yang aku beli. 
Aku benci padanya. 

are tiba-tiba tidur di pangkuan ku, tanganku di raihnya dan di genggam erat, dia meminta ku memijat kepalanya. 
"Lana, aku ga kuat" 

Aku pun melakukannya, entah kenapa aku tak sanggup melihat are begini.... Aku nyeri. 

Are tertidur lelap, wajah lugunya kembali hadir, sakit ku hilang, aku suka melihat are lelap begini, are terlihat begitu manis dan baik. Sialnya, malam ini, aku benar-benar tersadar, aku sayang are, bagaimana pun are. 

*******

Senja, di kost. 


Hari ini hari minggu, dari pagi are menghilang, di senja ini, dia menghubungi ku... Kami asyik berbicara melalui bbm. 
Aku terkejut, are sekarang sedang berusaha mencari uang tambahan dengan berjualan. Aku bangga padanya. 

Hari ini, aku berkeluh kesah tantang apa yang aku rasakan, tentu saja via bbm, dia mendengarkan, namun aku terkejut saat tiba-tiba ia mengganti personal message nya dengan kalimat... "Kangen mantan pacar yang jauh disana" 

....... Aku kosong. 

....... ............... 

Ternyata selama ini, aku tak ada artinya untuk are? 
Aku dianggap apa oleh are, 

Detik itu juga aku menyerah pada are, 

"Aku mundur, maaf" 

Aku tak bisa begitu aku sadari tidak ada aku di hatinya, aku ingin sekali marah, apa kamu tahu itu are???? 

Aku ingin sekali memukul wajah mu dengan botol beer ini. 

Aku bingung, mengulang semua yang terjadi diantara aku dan are. 

...... Cuma sakit. 

.....Dan aku betul-betul menyerah. Entah apa yang are rasakan padaku, entah apa yang are inginkan dari ku, hanya ketulusan yang membuat aku menjalani ini bersama are, tingkahnya yang menyebalkan, perhatiannya yang menenangkan ku, marahnya yang mampu ku redam.... Ternyata, aku tak ada. 

Hari ini, minggu malam. Aku tersadar, are bukan "morning sunshine" ku.... 

Are bukan matahari yang tepat untuk menemaniku.... 


Aku bersedia menunggu lebih lama lagi, untuk dia, morning sunshine yang akan mendampingiku.. Dan itu bukan are. 



*****

Pagi ini, senin. 06.39 

Aku memandangi barang-barang are yang masih ada di kamar ku, sudah tak berarti apa-apa, semoga saja. 
Tidak terasa begitu sakit, hanya kosong. 

Mungkin ini saatnya aku berlari lagi, mencari matahari pagi ku... 

Maaf, spongebob ku... Aku menyerah. 

Berkali-kali are menghubungi ku, menelfon aku terus menerus. 

Handphone masih terus berbunyi di dalam kamar ku yang telah aku kunci rapat-rapat pintunya. 

Aku bergegas, pergi kuliah. 
Semoga aku belum terlambat. 


**sedikit cerita, karena cuma sedikit yang mampu kau ingat**


21 may 2012.... 

----------- L


2 comments:

  1. There will be another morning sunshine for you, and i guess it's not Are :)

    ReplyDelete