Thursday, June 1, 2017

Seporsi Ayam Betutu yang tak sempat ku pesan


Tadinya, aku ingin makan bersamamu,
menebus segala hutang rasa yang tertimbun di antara waktu dan ketidakberdayaan
lalu - lalu

Tapi rupanya ;
Kita terlanjur lupa perihal makan bersama yang romantis
kita, asyik pada jumpa singkat sebagai syarat

atau mungkin,
tidak semua hal harus tentang ku, bukan?
;
bisa saja, kau tak rindu, kau tak perlu, kau tak ingin
atau mungkin,
aku ini yang terlalu suka berharap

aku ini bukanlah segalanya
aku ini pun mulai ketus pada hidangan yang disajikan
aku ini, terlalu dalam

karena
tanpa sadar
kita telah membangun ruang masing-masing;
yang diciptakan dari jarak tak terbayarkan, tangis-tangis rindu yang kita telan sendirian,
dan pertanyaan yang terjawab dengan perlahan tanpa kita saling pertanyakan

aku begini begitu saja
tertawai aku dengan caramu
seperti biasa
;
asal kau jangan sakit
asal kau tak terluka
asal kau besar hati
asal kau bersabar
asal kau tak mengeluh
asal kau tak berpeluh

secepatnya kita akan berjumpa lagi;
di ruang makan rumah (kita) ;
dimana kita telah sama-sama lapar
dimana kita telah butuh lagi energi
duduk berdua lagi;
menikmati seporsi ayam betutu yang kemarin tak sempat kau bawakan
atau sekiranya
apa saja yang akan kau hidangkan
sesuai porsi.
kata mu, sekarang.


di waktu itu menjadi penanda bahwa diantara sebelum dan sesudah, 
kau tetap keduanya.. 



Bandara, Yogyakarta.
29 Mei. 
Penanda 


Ramadhan 1438 H