Saturday, December 25, 2010

untuk lima menit...






Sekilas aku lihat dia. Benar benar hanya sekilas, bukan beberapa menit. Bahkan angin pun masih kalah cepat berhembus dibanding saat pertemuan itu. Sedikit aku bertanya.. apa salahku? Dia benar benar ingin berlalu begitu saja.. tanpa sisakan lagi separuh rasa yang aku rasakan bahkan untuk sekedar sapa. Hilang. Aku memang mencintai.. semua sudah lebih dari cukup. Sungguh, hanya itu,. Aku jamin.
Aku kini hanya rasa kehilangan. Ya aku telah kehilangan. Pahit. Aku kehilangan ilmu yang biasa kucuri dari dirinya. Aku hanya ingin itu. Ingin kita diskusi lagi. Ingin kita berbincang lagi. Meski itu tak akan pernah terjadi lagi.
Kadang aku menerima sepenuhnya hujan rindu yang tak mampu kubendung, rasa itu membanjiri, meski tak lagi dibasahi air mata. Kau sungguh ajarkan aku cara kristalisasi air mata. Semua pun jadi padat dan indah lalu menimpuk. Aku lebam karenanya. Membiru. Inikah puncak kekuatan itu. Biarkan aku ikuti semua,, kenapa hanya ada biarkan biarkan lalu membiarkan. Pasrah kah aku, karena pun aku memang telah berlalu untuknya. Berlalu meskipun semua mengaduh, hatiku yang telah mengaduh,, kau tinggalkan, kau coret namaku dari daftar pertemanan mu,,. Dengan tanganmu..


Ku ingin lagi bertahta pada segelas kopi hitam itu, ingin bermandi dengan harumnya,
Aku bertahan disini bukan karena mu. Aku masih duduk didepan beranda bukan berharap mu,, aku hanya mencoba biasa hadapi ini, hadapi nyata saat hanya mampu rasakan kehadiranmu meski tak ku lihat. Ku hanya coba untuk terbiasa berjalan tanpa berlari. Tak akan menyerah sampai beranda basah oleh darah, tak akan memaki sampai kau bergeming lagi,


Siapa kah aku?? Mampu ku lihat kau begitu indah meski ku tak tau ada disebelah mana, hanya indah. Rasa.


Malam, bohong ketika aku terketuk sendiri aku pasti menjerit.. aku selalu tutup mulut ku, mata ku, telinga ku. Indera ku,.. ku tutup untuk ciptakan nyaman mu,, dalam kepasrahan ku… dalam anganmu.. ku ingin kamu berada di garis depan lagi. Serukan lah rasamu.. rasa mu pada dunia yang mampu kau maki, yang mamapu kau lihat dengan mata mu.. bahkan mata para garuda pun telah tertutup laku. Tapi aku yakin tidak dengan mu..

Malam… rangkulah pagimu.. dengan cinta mu, raihlah lagi embun yang kuharap jatih basahi keningmu… peluklah sinar matahari mu.. itu semua pantas kau dapatkan. Dan aku akan senang, aku akan berjalan seperti biasa.. dengan gagah, senyum tawa, teriak yang membahana.

Malam aku berani berjanji.
Aku akan merekam indah mu dengan pagi.. ku mohon jangan lagi kau takluk dalam gelap. Carilah bintang yang sempat tertutup awan,. Malam. Aku ingin menangis sekarang. Aku meminta izinmu sebentar…
Izinkan aku menangis, lima menit semua cukup.
Malam.
Untuk kee milik sang pagi.
21 Desember (302 21.00)



No comments:

Post a Comment