Dua
Agustus.
RESAH
yang selalu kamu nyanyikan. Dan memintaku untuk mengunduh lagu itu untuk aku
resapi, bahwa itulah isi hati mu.
Setelah
sekian malam gelap, kita sudah tak lagi jalan bersama. Malam ini, aku hanya
ingin menghapus resah mu itu.
Aku ingin berjalan bersamamu di
antara malam yang gelap. tapi aku tak bisa melihat matamu
Aku ingin berdua denganmu. di
antara daun gugur. aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu
Aku menunggu dengan sabar . di
atas sini melayang-layang tergoyang angin menantikan tubuh itu
Terima
kasih untuk ketulusan itu.
Sebuah kasih luar biasa yang tak
mampu aku balas.
Setiap
nada didalam lagu ini , adalah suara mu yang mampu aku dengar.
Betapa
kamu merasakan aku yang RESAH dengan kita, hubungan kita, perbedaan kita dan
segala ketakutan akan sakit kita. Aku tak mampu menghalau resah itu. Tidak seperti
mu yang membawakan aku keteduhan.
Akhirnya
Dua Agustus.
Setelah
emosi mu meredam. Setelah aku yakin bahwa meninggalkan mu adalah yang terbaik,
Payung Teduh dan Resah ini menemani ku
menulis ini untuk mu
.
Kamu benar…
aku resah tak mampu menghadapi keadaan.
Aku tak mampu mengores
nadi. Aku bukan orang yang cukup berani menantang cinta.
Kamu benar.
…
maaf kemarin aku tak bisa menemani mu menikmati kerinduan.
Tak ada
aku disala gugur dan angin yang kau nantikan.
……. Aku
tahu betapa kamu ingin berdua saja dengan ku menikmati gerimis.
Dan. Aku
tak mampu.
Tapi malam
ini, aku sedang bergegas, ingin menemui mu di warung pinggir jalan.
Kamu harus
lihat kuku yang ku cat hitam ini, kamu harus liat senyum ku sekarang.
Dan kamu
harus tau… dalam Resah – Payung Teduh, ada ketulusan yang luar biasa untuk ku.
Ada kamu.
Disetiap nada.
Sampai
berjumpa malam ini di warung pinggir jalan itu pria tattoo ku..
No comments:
Post a Comment