Akhirnya Sang Kiai dapat disaksikan tanggal 30 MEI 2013
nanti. Bertepatan dengan Hari
Kebangkitan Nasional.
48 hari itu terasa menyenangkan; apapun hasilnya saya tetap
bangga jika menyebutkan ‘Sang Kiai’ adalah film pertama saya terjun di layar
lebar.
Film yang di dukung 5000 pemain ini berlangsung di 5 kota di Jawa, yaitu
Kediri, Klaten, Semarang, Ambarawa, dan Solo. Film Sang Kyai merupakan
sebuah film yang menaungi 3 tema besar yaitu: Religius, Perjuangan
Bangsa serta Kisah Cinta
Review Sang Kiai
Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari
Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu
Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Seikerei (Gerakan
membungkuk ke arah barat yang tujuannya adalah menghormat kaisar Jepang).
KH Hasyim Asyari (Ikranagara) sebagai tokoh besar
agamis saat itu menolak untuk melakukan Sekerei karena beranggapan bahwa
tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat
Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani
itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.
KH Wahid Hasyim, salah satu putra beliau mencari jalan
diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari (Agus Kuncoro). Berbeda dengan Harun
(Adipati Dolken), salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara
kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun
kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari.
Tetapi Harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan.
Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan
diplomasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan.
Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir
sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi.
Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan
bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at. Ternyata
hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal saat itu
rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris
kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim
Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.
Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno
sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH
HAsyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab
permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad yang kemudian membuat
barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut
melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat
spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati.
Di Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan
merawat korban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang
dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri-
santrinya yang gagah berani. Tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar.
No comments:
Post a Comment