Di sebuah lorong.
Belum sampai di ujung, lampunya mati,
maka kau pasti tahu tanpa ku beri isyarat, ini namanya gelap.
Asap sudah membakar habis. Mengkikis
tipis-tipis.
Kau bilang, jangan sampai kau mabuk,
atau kita semakin jadi jahanam.
Aku keringatan, aku ketakutan.
Mereka asyik menari, menarikan yang
mereka bilang kebusukan ku.
Aku adalah sebuah doa yang tak bisa di
ucapkan.
Dan kau tak perlu perlu berpura
menemani ku melawan maut ku.
Aku akan mati perlahan-lahan, damai
seakan-akan.
Tidakkah kau merasa lelah?
Doa
Dimana kau masih ku tangisi hingga
akhir hari.
Dengan kata lain.
Di lorong ini.
Gelap ku ada di kiri, menjelma menjadi
tiri.
Bahagiakan bahagia mu.
Deritakan derita mu.
Di lorong ini, jangan buat aku
terangsang membunuh mu.
Didalam otak yang menjelma menjad bayang,
kala kita membuka ajal.
Dan hampir bunuh diri, kemarin.
Di lorong.
25 maret 2014
02.17
No comments:
Post a Comment