Monday, April 6, 2015

Jam Lima Sore.

Ulangi aku, satu hari lagi. 



16.45

Lekas, kau mencium kening ku terburu-buru.  Aku masih lekat  menatap mata mu, kau sesegera mungkin meraih kopi mu dari meja didepan ku. Bahkan kopi pun kau ambil, Hei, aku telah mencampur sesondok rindu ku didalam sana. Semoga kau selalu ingat. Gerimis masih merintik deras, aku menahan pelan-pelan agar air di mata ku tidak menggenang.

“kau baru saja tiba”  ku bilang

Kau diam saja.
Lima menit kita lalui dalam diam saja. Tapi aku sibuk didalam kepala ku. Makanya bibir ku diam saja.
Aku sudah tahu, kau harus cepat-cepat pergi, tapi aku belum bisa terima, setidaknya untuk hari ini.
Jangan genggam tangan ku, cepat-cepat pergi, sebelum aku menghancurkan semuanya.
Mengancurkan hidup mu,  meleburkan alur hidupmu.
Biarkan aku ada disini sendiri saja. Meyakini yang aku percaya, tentang hati yang aku tak tahu sampai dimana akhirnya tujuan kita, tujuan ku.

“Maaf aku baru tiba dan harus pergi lagi..”
Stasiun ini pun terasa sepi, Rel besi tetibaan berkarat, suara deru lokomotif berdenyit antara hujan.

Tiba-tiba, kau pun lenyap. Dibawa kereta sore melebur dengan asap seolah tanpa sisa, kau hilang, membuatku tahu bahwa kau seperti tak pernah ada. Kau kembali bersembunyi di kereta pukul 17.00 dan aku tetap saja percaya, kau tidak akan pergi.



Pukul 17.00
Yogyakarta, 6 April 2015



No comments:

Post a Comment