Ruangan ini sangat dingin, samar dibalik
proyektor, ku lihat wajah mu, wajah yang menyebalkan makin mengeras di
ingatan.
Aku mirip gila.
Mungkin saja, dunia ini sudah
gila.
Seperti kita yang mirip gila.
Atau kita adalah bagian paling gila dari
kegilaan manusia.
Atau kita adalah cerita paling normal
dari kegilaan dunia.
Aku
melipat memori dibalik jaket hijau. Udara dingin, perjamuan malam, semua orang
makan daging yang dibakar, ukuran besar, harum menyeruak, tertawa cantik penuh
pesona didalam bibir. Tapi aku melipat memori, semua yang memutar, kala sakit
ku kambuh, rindu.
Entah sedang dimana kau berada, matamu tak sedetik pun berlari dari ponselmu. Katamu; bagaimana bisa aku melupakan orang yang membuat ku jatuh cinta dua kali. Kau senyum sendiri. Kau mirip gila.
Rindu itu
bagai racun yang tepat menyerangku, membalikan isi hati ku, mengoyahkan pikiran
ku dan sedetik ku sadari, rindu terlalu lelah mampir didalam selaput otak ku,
rindu terlalu lelah menyiksa ku untuk terus-terusan melankolis.
Kamu pun
tiba, dengan ransel hitam mu, duduk disampingku, meletakkan ransel mu dibawah
kursi mu.
"Kau
terlambat" ku bilang
"Ayo
kita pergi dari sini" kata mu berbisik.
Aku pun
melangkah keluar, menjauhi mereka, tanpa berpamitan. Kau mengikuti ku dari
belakang.
"Apa
kabar mu" kau bilang
"Great..."
Kau
tersenyum.
Mengambil
sebatang rokok mu, aku merebut rokok dari jari tangan mu, kau tertawa.
"Tak
berubah"
"Tak
ada yang harus berubah..." Ku bilang
Apa sudah jadi kebiasaan jika mencintai itu jadi menggilai. Seperti siang ini; aku sudah gila karena mencintaimu. Atau cinta adalah definisi dari kegilaan yang dianggap normal.
Malam ini
semakin dingin, kau.
Aku dan
kau di teras restaurant, pengunjung masuk lalu beberapa keluar, wajah mereka
bahagia, aku tak yakin mereka benar-benar lapar, mereka hanya menikmati suasana
makanan mahal ini. Tata ruang yang romantis, lawas. Romantis kini mahal
harganya, saat semua sudah berlalu dan menjadi lawas.
Bukankah
seperti itu hakikatnya kenangan?
"Aku
sudah dengar semuanya"
"Apa
ada bagian yang tertinggal...?"
Kau coba menjelaskan
"Tidak"
Aku
menghabiskan rokok ku, yang sebenarnya adalah rokok mu.
Rindu membuat kita pun makin sama - sama mirip gila.
No comments:
Post a Comment