Tuesday, March 8, 2011

Bergeming

Ahh. Aku diam saja, sudahkah kamu puas dengan getir mu? 
Selamat mencicipi hari yang layu.. hei ini adalah keputusan, selamat bermain dengan angan dan logika. Tidakkah aku masih menunggu mu?  Dan ya jawabku, aku dan kamu. Sudah, itu saja tidakkah cukup mereka mengerti. Harusnya kamu yang mengerti, ayo cepat belajar lagi, jangan hanya membaca logika sesekali bukalah lapisan hati.
Ingatlah, kamu yang mengajariku caranya mencintai tapi sayangnya lupa mengajarkan caranya berhenti. Setelah itu... seenaknya  ucapkan selamat tinggal, tutup pintu dan kamu bersembunyi didalam almari besi kaku tempat kita pernah berbincang enam puluh menit pagi lalu.
Aku pilu disini sayang.. berharap matahari pagi tak lagi terasa begitu silau sampai aku tak mampu berkedip, sementara kamu masih berkilah. Jadi kenapa aku harus gelisah?
Aku sedang mencoba menelanjangi sebagian logika ku, sisanya tentu hati yang bekerja meski sesekali mata masih curi – curi kesempatan dan telinga pun mengekor ke arahmu, tapi tentu kaki sudah berlari menjauh. Hei, jangan lagi berharap ya. Aku sudah tiada sekarang.
Selamat tinggal secuil kenangan singkat.
Hanya Tuhan yang akan merangkul aku dalam jelaga cintamu sekarang.  
Tuhan sudah berbisik, kita akan menjadi semesta dan aku tidak akan peduli pada matahari yang gigit jari.
00.42
08 Maret  11


No comments:

Post a Comment