Wednesday, March 23, 2011

**Home sweet home**


Mungkin yang mereka pikirkan tentang aku ada benarnya. Harusnya aku pulang ke tempat dimana aku harus pulang, kalau yang terlintas dibenakku barusan mungkin ini persiapan nanti aku akan mati terbujur kaku sendirian. Ya sendirian, mungkin, hmmm.. terlalu banyak kata mungkin diparagraf ini, apa aku telah kehabisan kata dan kalimat sampai untuk menulis pun terlalu banyak kemungkinan.
Ruangan ini terasa sangat bau body lotion ku, harum lebih tepatnya aku suka sekali. andai ini benar benar rumah ku, benar - benar daerah kekuasaan ku, aku akan lebih senang lagi, ya pastinya aku tidak akan sesuntuk ini tapi sayangnya aku hanyalah kepingan kecil yang tidak lagi berarti didalam sini, dimana pun.
Sebuah pertanyaan paling konyol mungkin terucap berkali kali dari aku, terasa seperti tak pernah bosan, aghh… aku bertanya setiap malam mulai menjemput meminta aku lekas pulang.

“aku harus pulang kemana?”

Bahkan diriku sendiri sudah lelah mendengarnya, lelah bertanya dan berkeringat bila harus menjawab sendiri, keringatnya sebesar biji jagung seperti ketika menahan rasa saat ingin buang hajat, terdesak.  Mungkin inilah karma untuk seorang pecundang and I’m full of bullshit. L ini karma ku, aku tidak pernah merasa setolol ini menjadi manusia yang ditiupkan ruh oleh Yang Maha Oke – saat menulis ini aku rindu sekali pada ochi- . Aku ingin sekali yakin bahwa aku masih bisa kuat didalam labirin ini, tapi ternyata tidak, aku lemah, hampir saja tergeletak tak berdaya.

“Mom, I miss you but I don’t miss home.. “ Che Guavara says like that!

Begitu pun aku, mama. Aku rindu padamu tapi aku tidak rindu rumah. Maaf. Karena memang tak ada rumah yang bisa aku rindukan selebihnya biarkan hanya aku dan Yang Maha Oke yang tahu.

“Pulang kemana lo seharusnya pulang”
Aku ingin sekali pulang kerumah itu, sungguh… tapi apa aku masih diinginkan? Tolong katakan.

“Ruang itu kan rumah kita kak”
Dan iya, aku ada disini sekarang, ruangan ini, yang katanya rumah ku juga. *baru katanya

Tapi siapa yang tahu bahwa aku begitu pilu berada disini , untungnya tetangga sebelah pun rela menemani aku menghabiskan sisa bulan purnama, ya tentu saja dia sudah terlelap sementara aku tidak, belum.
Aku mencoba mengantuk. Tapi tidak bisa.

Phuf.
Aku selalu dipeluk insomnia, tolong beri aku penenang.



Aku harus apa lagi ? tolong katakan. Malam ini aku begitu rindu, rindu pada rumah yang aku tidak tahu ada dimana.

Rindu bau udara malam saat aku harus kepasar jam dua pagi sebelum sahur, aku juga rindu bau sayur bening yang kuahnya sepanci penuh, ingin seperti itu lagi bersama kalian. Bisakah? L
Aku rindu untuk merindukan bayangan indah tentang rumah bersama mama, sayangnya aku tidak rindu dengan kursi goyang ukiran jepara dengan bantalan jok berwarna pink kesukaan mama, aku tidak rindu itu ketika kosong, tapi aku merindukan mama yang duduk disana. Hanya berapa kali aku melihat moment itu, ah kurasa bisa ku hitung walau sekarang sekali dua kali aku tidak mampu mengingat, hei aku merindukan mama dan aku yang bisa tertawa terbahak, pernahkah kita tertawa bersama lagi mama? Aku lupa.
Aku ingin lagi masak bebek rica – rica yang pedasnya minta ampun, aku ahli ulek – ulekan loh ma, bumbu racikan ku lebih enak dari punya mama, akui sajalah ma,  mama aku ternyata begitu rindu padamu, pada aku yang dulu, pada kita.

Mama, aku ingin sekali pulang, tolong katakana padaku aku harus pulang kemana? Pintu rumah siapa yang harus aku ketuk lagi? Halaman siapa yang harus aku intip setiap hari hanya untuk mengecek apakah kita pernah ada disana? Apakah dapur itu tempat kita memasak dulu, apakah masih ada kita? Aku bias memikirkannya tak lagi bisa membedakan pernah kah aku ada atau mama yang menyertai? Tolong jelaskan mama.

Sudah berapa kali ada kata ‘rindu’ disini?
Itu pun belum cukup. Karena yang aku rindukan bukan lagi kita yang sekarang, tapi yang kita pernah lalui dulu ma. Bila aku harus memilih aku tidak tahu harus memilih apa. Diantara tangis antara aku dan kamu, makian yang terlontar, kata benci yang menusuk dari aku dan mama juga, kebohongan yang terasa memenuhi hidup kita, benci yang semakin mengikat leher aku, kerinduan yang sudah memutuskan aliran darahku, ketidakadilan yang aku rasakan ketika kamu harus membuat keputusan, bahwa ternyata tak pernah ada kasih dan perjuangan untuk ku.. yang jelas aku memilih untuk tetap dilahirkan dari rahim mu.

home sweet home. I can’t find it…
but I have a wonderful world for make everything like a home sweet home…


 .....Oval Roy 

No comments:

Post a Comment