I
Kau pernah cerita padaku;
Tentang hatimu yang lebam–lebam
Lalu
Kau kehilangan; dirimu
Kau juga menceritakan padaku;
Bagaimana kau membuang rindu jauh–jauh
Tak semampu itu
Seolah kita puguh
Dan kita berjumpa di ujung dermaga
Di sungai yang tenang dengan kerlipan malam
Kau hantarkan aku cerita tentang kunang–kunang
Membawakan cahaya untuk orang-orang yang pilu
Cinta yang tak berani jauh dari kenang
Lalu kau bersandar
Pada pelukku
Teduh dalam kornea mataku
Apakah hati kita yang sama sakit ini tak boleh sembuh?
Apakah jantung yang berdegup ini tak mampu kau kecup?
Dan kita pun berdiam
Merengut
Mencari cinta yang tak berani dibawa pulang
Cinta yang mengiba untuk dihilangkan
Cinta yang tak bisa sembarang datang
Sayang,
Bisakah kita pura-pura tak risau
Nikmati saja bagaimana kulitmu menempel di kulitku
Jalanmu di jalanku
Tanpa harus kehilangan
Tanpa lara yang diagungkan
Dan di ujung dermaga
Kita yang menyimpan rapat cerita
Mengemis rasa yang baru
Di dalam darah tempat jantung sebagai persinggahan
Yang meminta kau terus menjadi teman
;
temaniku
II
Rasa sayang terhadap dirimu
Membuatku bisa menjadi seperti ini
Melalui doa, senyum dan cinta kasihmu
Membuatku takkan bisa ke lain hati
Hari–hari bersamamu adalah hari terindah selama aku bernapas
Seketika semua itu sirna
Sakit ini kian mendalam dan meluas
Dan alkohol terus menhujani luka ini
Sanubari tidak lagi mengenal rasa
Segala yang ada pada diriku pernah kujatuhkan untuk dirimu
Kini rasa sakit dan benci yang kuhadapi
Melebihi rasa sayang itu
Kesatria yang telah dilucuti baju besinya
Terbangun perlahan dari rasa benci yang didapati
Tolong jangan mengemis rasa ini
Karena rasa ini hanya untukmu
III
Ingin kuminta kembali
Rasa yang telah kuberikan
Dan kukembalikan rasa yang telah kau ingkari
Tak terbilang purnama yang kulewati
Dengan langkah tertatih-tatih
Menengadahkan kedua telapak tanganku
Berdoa serta meminta
Yang telah kuberi hanya kupinta
Jangan biarkan gemetar tanganku
Sampai tak sanggup menggenggam
Rasa yang masih kusimpan
Kembalikan kasih….
IV
Dia memberimu segala yang mampu membuatmu tertawa menikmati
dunia
Aku, tertatih-tatih merakit perahu sederhana untuk kau dan
aku tumpangi
Mengarungi samudera duka
Dia menghadirkan kesenangan yang sanggup membuat hari gelapmu
menjadi merona
Aku, terseok-seok melewati ilalang untuk sampai pada matamu
Lalu dia, mengirimimu apa saja yang mampu membuatmu tersipu
di hadapan segala yang fana
Sementara aku, terbata-bata merapalkan doa agar senantiasa
kau bahagia
Hingga akhirnya dia memaksa ragamu
Sementara aku, berlutut mengemis cinta yang mungkin masih
tersisa untuk membuatku bertahan
Dari panasnya kota dan kejamnya realita
No comments:
Post a Comment