Thursday, June 17, 2010

drama ve #part 01


Pikiran ve berlari, menjauhi darma yang memandangnya disitu seperti orang dungu begitu juga dengan VW kodok tahun 81 berwarna kuning yang ia punya..di terus memacu gasnya. Menghilangkan jejak.
Darma tidak akan pernah mengerti semuanya, kenapa? Karena darma tidak mencintai ve seperti ve mencintainya..
“tidak seharusnya aku bertemu darma”.. bisik ve lirih
ve terus memutar otaknya, memahami apa yang seharusnya dia lakukan.
Darma masih mencintai firin, harusnya ve tau itu.. sejak awal, firin tidak pernah bias pergi dari hidup darma. Lalu kenapa ve nekad?
Dia melihat jam di handphone nya. 01.00
***
Ve sudah tiba di Galeri pukul 02.00
Di galeri mas haris sedang duduk menulis naskah teater yang akan dia sutradarai nanti. Ditemani sebotol bir kaleng dan sebatang rokok mas haris terlihat tenang dengan laptopnya.
“halo ve…” sapa mas haris sambil terus mengetik
“hei mas, belum selesai juga proyeknya”. Ve mendekati mas haris sambil mengambil bir kalengan di samping laptop mas haris.
“haha, iya ve.. mas masih bingung mainin plotnya” jawab mas haris sambil menghisap dalam – dalam rokoknya.
“ah ga biasa nya mas kehilangan arah dalam script seperti ini”
ve menaikan kakinya ke meja seraya menyalakan rokok.
“kali ini beda ve… bukan tentang anak2 jalanan, atau kritisasi para tikus kantor ve, kali ini mas mencoba bermain dengan emosi jiwa yang lain yang dinamankan.. cinta”
“makan tuh cinta… jiancuk!”
ve pergi meninggalkan mas haris denga kesal.
“hoaaalaaaah dasar wanita aneh kau. Wanita itu butuh cinta seperti ini ve” mas haris menjawab ve setengah berteriak sambil tertawa.
Ve membalikan badan dan berkata kepada mas haris…
“hey Mr. haris. I just to tell u.. I`am not a woman who’s hypnotized by love”
***
Pukul 05.00 pagi
Ve masih memikirkan kata-katanya kepada mas haris.
Dia merasa dia munafik, apa semua ini bukan karena cinta? Dia pindah ke jogja setahun yang lalu apa bukan karena cinta? Dia ingin melarikan diri dari darma. Dia tahu jawabannya.
Dia pergi ke jogja untuk bekerja.. dia bilang kepada seluruh temannya untuk berkarya dan belajar. Semua waktu yang dia punya selama ini hanya untuk film, teater dan VW kodok kebanggaannya.. tapi dia selalu menyangkal… bahwa kerja yang ia lakukan, tawa yang ia kejar semua itu hanyalah pelariannya kepada cinta… kepada darma.
Kini ve kembali ke Jakarta, setelah scenario filmnya digarap oleh seorang sutradara kawakan. Awalnya ada keraguan dalam benak ve. Apa ia ingin lagi menikmati sakit yang dulu ia rasakan?
Akhirnya dia memilih kembali dengan syarat tanpa bertemu darma –syarat untuk dirinya sendiri- ve masih belum siap manghadapi darma lagi… darma sahabatnya yang baik.
Tapi kenapa hari ini dia akhirnya bertemu darma lagi.. setelah seminggu dijakarta dapat ia lalui tanpa bertemu darma akhirnya dihari ke 7 dia dijakarta ve bertemu darma lagi.. ditempat yang ia tak pernah ia duga.
Jam 20.00
Minimarket, Matraman
ve, membawa empat kaleng bir ke kasir.
Dibelakangnya seorang pria memerhatikannya.. tanpa ia tau.
Setelah ia memesan rokok dan membayar belanjaannya dia membalikan badan.
Dadanya berdetak dengan keras. Jantungnya seperti ingin berlari. Dia seperti berada ditengah rel kereta api saat argo bromo sedang melaju kencang.
Hysteria. Pikirannya menari – menari. Merasakan sakit lagi.. tetapi sakit yang seperti candu. Ingin ia peluk. Ingin ia cium. Ingin ia dekap….
***
“hai.. ve”
Pria itu tersenyum.. senyum yang manis. Semanis rasa rokok di ujung bibir. Mematikan.
“hai…. Darma”
ucapnya lirih. Mereka berdua kaku. Entah apa yang ve pikirkan. Rindu ini terlalu hebat. Candu atas kesakitan itu terlalu besar…
ve memeluk darma erat.
Peluk sahabat.. pelukan cinta yang tak terbalas…
Mentransfer rasa hangat, rindu, sakit, dan kesepian yang selama ini dia rasakan…. Peluk yang ia pernah rasakan.. Peluk yang selalu ia mimpikan…. Peluk ini kini nyata. Seperti tak ingin ia lepaskan..
Sampai ketika…
“maaf mba.. ada yang antri lagi”
***
Setelah pertemuan itu, akhirnya ve dan darma melalui malam bersama lagi. Rasa rindu itu terhempaskan.. oleh tawa mereka. Tawa yang hangat dibalik senyum darma yang dingin. Apa sebenarnya yang dirasakan darma..??
Sampai saat ve tau darma berpacaran lagi dengan firin. Sebuah tamparan yang dahsyat. Saat itu ve hanya tersenyum…
Tersenyum perih..
Untuk apa ve memalui malam penuh tawa ini apa bila ia di hempaskan lagi..
Sakit ini berjuta kali lebih hebat dibanding saat ia pindah ke jogja. Setahun yang lalu ve dan darma menjalin sebuah persahabatan yang tidak biasa. Darma selalu ada untuk ve. Dan tololnya ve menganggap itu tidak biasa.. ve menolak, menyangkal hatinya yang semakin mencabik.. menyadari bahwa saat itu darma masih mencinta firin, mantan pacarnya.
***
Kedekatan ve dan darma hanyalah kedekatan dua orang yang tersakiti.. yang tak seharusnya ve anggap lebih… semua dapat ve tahan dan tidak berkembang menjadi bisa yang mematikan. Cinta itu ve tahan.. ve menyadari, selalu ia biarkan kerdil… cinta itu tidak bercabang…
Hanya sebuah rasa biasa…
Sampai ketika malam itu… ketika darma mengatakan kata yang seharusnya tak pernah darma ucapkan bila darma tidak ingin memiliki ve seutuhnya.. kata cinta yang tolol!
Ve hanyalah seorang patah hati yang rapuh. Mengiba.. dan lemah.
Dengan hanya kata cinta yang diucapkan darma semua berubah begitu total….. ve tolol –dia pun menyadari itu-
Darma mengatakan cinta bukan untuk memiliki ve. Tapi hanya ingin mengatakan…. Karena menurut darma dia hanyalah “bajingan yang lain untuk ve”. Ve tidak mengerti semua ini. Ve tidak tau apa maksudnya…. Ve hanya tau tentang apa yang ia rasa. Ve hanya mengerti tentang rasa.. bukan teka teki yang menyakitkan ini..
Tapi akhirnya ve mengerti ketika darma mulai menjauh…. Meninggalkan ve… dan SEHARUSNYA VE MENYADARI DARMA MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN SEMUA INI. Tapi ve tidak bisa berbuat apa apa.. ve pun merasa tidak nyaman…
Ve hanya butuh darma… darma yang pintar, darma yang membuatnya berfikir, membuatnya tertawa hingga meneteskan air mata, darma yang membuatnya ingin mandi 3 kali sehari, darma yang mengizinkannya merokok, darma yang memberikannya “don’t go away” milik oasis. Darma yang menertawakan ondel ondel, memesankannya kopi hitam, darma yang menemaninya saat hujan besar, darma yang menjemputnya ketika ia begitu tolol, darma yang membuatnya tersenyum tanpa harus berpura menjadi ve yang lain..
Semua yang darma berikan… dan semua yang darma miliki adalah candu untuk ve…
Harusnya ve sadari ketika darma menjemputnya itu adalah rasa perhatian seorang teman…. Harusnya ve tau ketika darma memesankan kopi hitam itu karena darma juga ingin pesan yang sama… harusnya ve tau semua yang baik di diri darma adalah darma itu sendiri.. bukan apa yang ia lakukan untuk ve.
Sehingga akhirnya semua berakhir.. menjauh, semua semakin buyar, semakin hambar dan terlihat dengan jelas bahwa darma semakin tak teraih.
Darma mundur tanpa berita… tanpa pernyataan, hanya dengan pertanyaan besar…
Sampai kapan akan seperti ini??
Akhirnya ve meninggalkan Jakarta. Meninggalkan darma…
tanpa darma tau bahwa ve akan selalu menunggu darma menjadi “Right one” untuk ve…
Semua itu ve lakukan sampai akhirnya dia berada di kamar galeri ini. Ve selalu menunggu darma miliknya…
***
Kamar ve di galeri ini tidak besar, hanya berukuran 3 x 2 meter, kamar yang cukup nyaman untuk ve. Apalagi ve tinggal disini gratis bersama teman-teman pekerja seni yang lain. Ini tempat sementara untuk ve. Sebelum dia menemukan kostan yang dia inginkan, sebenarnya bisa saja ve pulang kerumahnya tapi rasa ingin bebasnya yang tidak terkendali membuat ve tetap bertahan di galeri ini, apalagi mas haris sang pemilik galeri sendiri lah yang menyuruhnya untuk tinggal disini.
Diluar teman teman yang lain sedang memetik gitar bernyanyi nyanyi.. malam ini mereka menjelma menjadi para hamba sahaya dalam dekapan Bob Marley.. terus menghisap ganja dan bersorak… “could you be loved and be loved……???”
Ve hanya ingin darma bahagia… (dicintai darma dan mencintai darma) dengannya tentu saja.
Tapi ve sadari itu tidak akan mungkin. Darma bukan untuknya, dia hanyalah orang asing yang hadir di hidup darma.. darma akan mendapatkan cinta nya yang sesungguhnya, mungkin bukan dengan ve…
Darma ini hanyalah drama kehidupan ve… sesuatu yang tidak nyata tapi dapat ve saksikan seolah olah nyata.. dapat ve mainkan seolah ialah aktor utamanya..
Seperti ia memainkan tokoh dalam pentas teaternya. Tersenyum ketika karekternya bahagia padahal hatinya menangis..
Tetapi ini semua bukan seperti film yang ia tulis skenarionya atau ia sutradarai… semua ia yang kendalikan… ini semua bukan itu. Ini sesuatu yang ia tidak bisa kendalikan.. bahkan tidak bisa ia tolak. Bukan seperti adegan yang ia susun melainkan ini adalah adegan dirinya sendiri. Hidupnya sendiri. Dan drama nya ia sendiri…..
Ve mengambil rokok di tas nya dan membakarnya. Dia memutar mutar batang rokoknya. Berfikir keras…
Dia tidak tolol. Dia tau perasaan ini. Dia tau apa yang harus dia lakukan. Tapi dia hanya menyangkal. Hanya mencoba melawan.
Dan akhirnya dia tidak mampu melawan.. dia menangis sendiri dikamar galerinya yang juga membisu.
-fin-
Oval Roy
Bekasi, ditemani secangkir kopi
17 juni 2010
----> apabila ada tokoh, kejadian yang sama dalam cerita adalah kebetulan semata :)
thx to.
pain and lonely tonight.....

Could you be loved ang be loved??
Bob Marley song’s….
:)
***

No comments:

Post a Comment