Sunday, February 6, 2011

Borneo disarung cokelat


Borneo disarung cokelat.
Sebuah ungkapan lagi untuk dirimu, maaf jangan sampai bosan. Saat akhirnya aku tahu bahwa kamu bersedia menungguku dan menjemputku rasanya detik itu juga ingin aku bawa terbang begitu saja Garuda agar cepat tiba di kota kita, bukan merindu dengan sesak dan binarnya ibukota, aku hanya ingin tiba menjumpaimu dan tak ingin kamu menungguku lebih lama. Sayangnya pesawat take off masih satu jam lagi.

Bandara Sepinggan gelisah, bergegas usir aku dari Balikpapan, bukan karena kehadiran ku tapi karena resah ku akan kamu. Rindu.

Saat aku duduk memandangi sebuah pesan pendek dari pria diseberang lautan sana (kamu) aku teringat hadiah kecil yang belum ku miliki untuk mu. Aku harus temukan itu dalam waktu setengah jam. Aku mencari disetiap pojok Sepinggan. Apa yang akan aku berikan untuk malam ku disana. aku kunjungi setiap toko souvenir yang ada, aku terpesona dengan sarung cokelat yang kini dalam genggaman mu. dekapan mu.

Kenapa harus sarung?  Karena aku ingin kamu berdoa untuk doamu, untuk hidup mu, kebahagianmu
Agar dalam doamu aku turut serta ada disana, bukan didalam untaian doa itu, cukup aku ada ketika kamu berbincang dengan tuhan mu.. berdoa lah untuk mu sayang.

Cokelat. Karena cokelat seperti warna Cappucinno yang pernah kita nikmati bersama. Cokelat seperti tanah, tempat aku melangkah, menempel disisi sepatuku, telapak kaki ku. Dan kamu telah melekat erat disetiap jejak yang aku lalui. Bahkan sampai ke borneo.

Akhirnya aku dan garuda lepas landas, dikecepatan beribu knot aku merasa itu masih terlalu lambat, malam itu kalau saja aku bisa kemudikan pesawat, aku akan gantikan pilotnya agar Garuda terbang lebih cepat. Karena aku tau kamu sedang menungguku.
Bila aku mampu berlari secepat kilat, sampai di Soekarno hatta aku akan berlari sampai jln. Proklamasi dengan kakiku, agar semenit dapat kuselamatkan dan kulalui bersama mu.
Tapi aku harus menunggu. Menunggu garuda terbang dengan stabil, menunggu Damri dikemudikan terjaga. Menunggu hatiku tidak resah.

Malam sayang, terima kasih tunggu aku begitu lama untuk bertemu ku, dengan perjuangan yang tak perlu aku tau (tapi aku tau). Aku tersanjung dengannya, aku percaya adanya cinta saat itu. Meski itu malam ku yang terakhir. Tapi sungguh masih ingat jelas binar matamu yang kelelahan, ingin rasanya kuteduhkan itu. Agar tak ada lagi lelah hinggap dalam bola mata indahmu.

Borneo disarung cokelat. Bila aku tau itu malam terakhir yang indah maka aku akan tiba di Jakarta lebih cepat dari kemarin, agar waktu bincang kita lebih lama lagi walau hanya lebih lama sepersekian detik. aku ingin waktu iri pada kita, aku ingin azan subuh terpesona lihat kita. Karena memang hanya malam itu. Selama ada malam, disitu ada cinta untukmu..

Terima kasih. Di sarung cokelat aku titipkan doa mu



22.11
02 Februari 2011
“mengingat borneo” 


Oval Roy 

No comments:

Post a Comment