Sunday, February 6, 2011

Beranda dilantai delapan



Lantai delapan. 

Lift terbuka, keluar perlahan, lalu kamu ketuk pintu kamar apartemen ku yang tepat berada didepan lift. aku bsa cium bau mu... meski tak pernah sekalipun kamu ada disini. tapi aku tau itu dirimu. 

jejak mu damai. perlahan, nyaris tak bersuara...

kau ketuk sekali lagi pintu kamar ku, kamu tau aku pura - pura tidak dengar dan mengintip mu dari lubang pintu.

aku ingin sekali berteriak. itu benar kamu. ratusan malam aku menunggu, ribuan cangkir kopi aku habiskan selama menanti dan sekarang kamu benar datang. 

jantung ku berpacu, ku buka pintu perlahan....

sayang,, bau mu semakin terasa lembut di hidungku..
tarik nafas ku panjang, tak ingin habuskan, biarkan paru - paru ku ini penuh dengan aroma mu.... mungkin bisa ku simpan untuk beberapa waktu..

kamu tersenyum... 

kamu manis...

kamu lembut...

baik sekali...


mata mu tulus....


aku terdiam. 

kamu belai rambut ku, cium keningku...

raba bibirku...


iya sayang.. aku disini. menanti kamu... ingin aku teriakkan itu, tapi toh hanya terdiam. kelu 


kamu masuk ke dalam kamar ku....

OH TIDAK.... 

jangan kau porak porandakan kamar ku, aku baru saja membereskannya, bersiap bila kamu datang... 
jangan setoples kopi hitam itu, jangan bakar lagu lagu milik ku, ranjang ku, semuanya... jangan kau buang,,, jangan kau rusak. jangan kau singkirkan....


aku sakit........ 



JANGAAAAAAN........


aku berteriak, menangis, berlari ke lorong depan, lift mati, tak ada siapa pun... sampai aku lihat mereka. tak bergerak, sama bisunya dengan mu sedaritadi tanpa suara, aku memohon pada mereka, aku mengiba padamu... tapi sama saja,,,


aku menangis delapan belas jam... 

dibawah ranjang ku dan selimut motif macan. aku dingin. 

kamu masih menghancurkan seisi kamar ku, sesaat ku perhatikan.... aku suka lihat ini, 

kamar hancur ini, aku suka. sungguh.

aku suka... karena kamu yang lakukan ini. 

aku diamkan saja.... sampai kamu puas, aku pun puas dalam lekat pandangan mu, dekat mu, meski perih tapi aku senang, aku akan menunggu sampai kamu mereda... sampai malam menjadi pagi. 
sampai tangis menjadi senyum yang tanpa perih. 


kamu. dengan laku mu, 

aku dengan hidupku. 

aku senang meski kamu mulai merasa letih.

-----------------------------------------------------


kamu akhirnya reda, duduk bersila dipinggir ranjang. tak ada lagi peluh bukan??
aku ambilkan mu segelas air dingin, gelasnya bekas anggur merah yang ku cicipi saat kamu mulai reda. 
air dinginnya dibuang, basah kelantai, aku terpeleset karenanya.. dan luka lagi. 

hujan didepan berlarian, malam semakin mengejar.. hanya ada dingin, 

kamu pun keberanda... tarik nafas panjang dan dihembuskan.. 
ku ingat.. senyum mu manis saat itu, sama seperti awal aku bukakan pintu kamar ku..

kamu tersenyum lagi,,,, merentangkan tangan,,,, menikmati beranda dilantai delapan

"JANGAN SAYANG... SINI MENDEKAT... aku tak apa kau maki, kau hancurkan, asal kamu disini, disini saja sayang... aku tak apa bila semua orang bilang aku dungu, sesungguhnya aku pun pintar karena mu,, hanya mereka yang tak tau... disini saja Malam ku sayang.... bersama ku, hancurkan lagi ruangan ini, mungkin suatu saat nanti kita bisa rapikan ini bersama.... disini saja sayang.... jangan biarkan nafasku jadi berdebu, perih ku jadi bercandu... aku hanya ingin kamu...... jangan sayang.. aku masih disini menanti pasir jadi kopi, asap jadi kabut.... jangan sayang..." 


akhirnya bayangan mu pun loncat. bunuh diri. mati. tinggalkan aku. 

sendiri. 


*****************************************************


23.48 
06 February 2011.

Oval Roy 

No comments:

Post a Comment