Wednesday, June 6, 2012

Naskah tanpa babak

Aku tersisip di antara tumpukan naskah, 
Bedahlah... 
melebur dalam rahim, hingga senja ini. Aku duduk. Sendirian.. 


Apa ada garis yang hilang dalam hidup ku? 
Benarkah babak baru selalu muncul di akhir babak? 


Aktor baru, drama baru... 
Ceritanya tak pernah sama namun semu. 


Ini film ku. 
Jalan ku. 


Benarkah sutradaranya menghapus naskah ku? 
Tentang bahagia? 
Tentang kita, papa? 
Tak diizinkankah aku jujur? 
Tidak. Aku patuh. 
Entah, apa. Aku ikut. 


Setumpuk ini, sendunya nyata. gembira itu palsu. 
Karena topeng, tak hanya untuk wajah, tapi juga menutup relung hati. 


Bolehkah aku merobek satu lembar babak kelam dalam naskah ku dan meminta lembar yang hilang? 


Ini tentang luka 


Dan 


Tentang kita, papa, yang sudah dirobek terlebih dulu oleh Sang Sutradara... 


Aku sendirian, memeluk papa, tanpa babak. 



---------------------


Entah kapan ini ku tulis. 

No comments:

Post a Comment