Wednesday, July 4, 2012

Baru saja; mati.


Baru saja ; Fajar telah pasti memilih untuk berlalu
Dia tidak akan adalagi di antara jendela

Ketika aku duduk dalam senja kemarin
Harusnya aku tahu 
               “tidak akan ada langkah baru “

Jikalau saja.
Karma itu tidak buat hancur langkah.
Aku ingin berkata, le soliel baik-baik saja

Hanya aku. Sulit memijak semesta.

Karena rasa ini tidak pernah ada yang tahu begitu dalamnya.
                  Aku tak ingin bertemu manusia
Biarkan aku bersama hampa, cahaya dingin, dan esok yang tak mungkin kembali.

Biarkan aku mati; Tuhan, dinadi ku Engkau mengalir.
Perih; tak jua mengantarkan peri dalam penantian.
Tak perlu ada kalimat lagi.
Tak akan ada lagi yang kembali.
            Senja ; kesemuan
            Fajar ; Kehampaan
Aku lelah beranalogi.
Satu-satunya yang ingin ku temui adalah ayah. Sebuah hembusan Roh.
      Yang tak mungkin turun dengan pelangi.
Jiwa ku. Pergi.
Hati ku. Mati.
; Sepi, dan aku rindu kesepian ini.

Bagaimana menjelaskan pada realita.
Aku sedang buta.
Bolehkah aku masuk kedalam selimut ku lagi
; aku tak ingin siapa pun.
            Jangan ganggu aku.

Kamu. Tak akan tahu rasanya menjelma aku.
      “ Dekap aku dalam peluk mu ayah, aku ingin mengadu bahwa dunia penuh durja.”


16.37
Jogja, 04 Juli 2012
Di dalam nisan, bersama Siberian husky.

No comments:

Post a Comment