Baru
saja ; Fajar telah pasti memilih untuk berlalu
Dia
tidak akan adalagi di antara jendela
Ketika
aku duduk dalam senja kemarin
Harusnya
aku tahu
“tidak akan ada langkah baru “
Jikalau
saja.
Karma
itu tidak buat hancur langkah.
Aku
ingin berkata, le soliel baik-baik saja
Hanya
aku. Sulit memijak semesta.
Karena
rasa ini tidak pernah ada yang tahu begitu dalamnya.
Aku tak ingin bertemu manusia
Biarkan
aku bersama hampa, cahaya dingin, dan esok yang tak mungkin kembali.
Biarkan
aku mati; Tuhan, dinadi ku Engkau mengalir.
Perih;
tak jua mengantarkan peri dalam penantian.
Tak
perlu ada kalimat lagi.
Tak
akan ada lagi yang kembali.
Senja ; kesemuan
Fajar ; Kehampaan
Aku
lelah beranalogi.
Satu-satunya
yang ingin ku temui adalah ayah. Sebuah hembusan Roh.
Yang tak mungkin turun dengan pelangi.
Jiwa
ku. Pergi.
Hati
ku. Mati.
;
Sepi, dan aku rindu kesepian ini.
Bagaimana
menjelaskan pada realita.
Aku
sedang buta.
Bolehkah
aku masuk kedalam selimut ku lagi
;
aku tak ingin siapa pun.
Jangan ganggu aku.
Kamu. Tak akan tahu rasanya menjelma
aku.
“ Dekap aku dalam peluk mu ayah, aku ingin
mengadu bahwa dunia penuh durja.”
16.37
Jogja,
04 Juli 2012
Di
dalam nisan, bersama Siberian husky.
No comments:
Post a Comment