Saturday, July 7, 2012

cerita pendek tentang keputusan..



Shepia duduk sendirian di pojok kamar, pagi sudah datang, meski nyatanya tak terasa lagi sinar pagi, sudah tak ada beda, entah malam, sore, senja tak ada bedanya. Sephia hanya duduk di kamar dingin ini sendirian. Seperti biasanya, sendirian. 

Ketika ponsel berbunyi.... Sebuah pesan masuk dari sahabat diseberang pulau.... 

"kami akhirnya berpisah" 

.....Hening. 
Sebuah kata perpisahan. 

sephia benci dengan itu.... Tahukah kamu sahabat, ketika disini, di kamar ini, sephia sedang menangisi hal yang sama... Dia sudah berlalu? Siapa dia? Tentang.... 'Kemarin' 

Lalu apa lagi yang ditakutkan.. Kemarin adalah kemarin, hiduplah untuk hari ini dan esok. 
Tapi berharap pada sesuatu yang tak pasti tentang hari esok adalah kesakitan. 

Biarkan perpisahannya dengan kekasihnya adalah naskah untuknya, jangan pernah libatkan sephia. Sephia sudah lelah pada raganya dan hatinya. 
Karena tak ada siapapun yang mampu mengobati kecewa, maaf sekalipun. 

Hari esok adalah harapan sephia untuk andrew, esok yang dibatasi nyata, esok yang ada di pinggir jurang, sama-sama mati untuk bunuh diri. 
Sephia berpikir keras untuk menyelamatkan dirinya dan andrew, berbicara didepan jendela sendirian adalah hal terbaik, tak ingin bertemu manusia yang selalu bertanya 'ada apa. Bagaimana' dan pertanyaan tolol lainnya adalah pilihan tepat. Untuk sephia merenungkan relung dan realitanya. 

.... Sephia butuh cermin untuk memandang hari esok. 
Dan mengharap andrew mengerti. 

Tapi hiduplah diatas realita. Andrew tak akan pernah bisa mengerti..... 
andrew, menghapus jejak sephia. 
Ketika sephia meminta waktu untuk sendiri menentukan langkahnya, untuk berjalan bersama... 

Ternyata andrew pun adalah kesalahan terbesar. 
Yang sudah mengorbankan kesakitan. 

"Aku terima kamu apa adanya" 
......Begitu ungkapnya kemarin. 

Ya. Seorang pria mampu untuk memberikan janji yang hanya keluar dari mulut. Nyatanya? 

Sakit sephia, sebuah kelam milik sephia, tak mampu dijaga. Sephia hanya terluka. 
Ini adalah soal cross line yang melintang di depan mereka, tadinya... Ya TADINYA... Andrew akan diperjuangkan, seperti permintaan andrew pada sephia..... 
Hmm... Apalah artinya sekarang. 

Ketika andrew datang lagi, mengetuk pintu jendela. Datang lagi. Ya, mendesak, membanting jendela, melemparkan makian. 
Sungguh itulah titik sephia tidak mampu lagi melanjutkan kalimat. 
Dilanjutkan dengan menghapus nama sephia didalam hidupnya... 
'Persetanlah...' Itu yang andrew katakan.. 

Shepia mematung. 
Mencari pasti didalam gundah.... 

Sampai kalimat berakhir, memory terekam lagi, janji-janji, pengharapan, mimpi, permintaan...... 
Di akhir kalimat ini sephia sadar..... 

Everything is bullshit...... 

Semua yang pernah datang dan pergi adalah kemunafikan. 

Pada akhirnya, sephia tetap menjadi sephia. Samar. Sebuah lalu. 

Bye. 
Cross line tetap ada membatasi sephia dan andrew. 
Cukup di persimpangan ini saja kita berhenti. 
Aku akan melangkah dalam jalanku sendirian. 

.....Dan jangan coba memintaku lagi berjalan disamping mu. 


-sudah kuputuskan- 
7 Juli 14.18

No comments:

Post a Comment