Saturday, July 7, 2012

Jogja Magrib, Bersama Papa...



Tiada yang lain selain kalimat ini pa.

i'll always be your little girl, papa... see you in heaven!

Dekapan rindu yang nyata adanya adalah rumah. 



Dimana ego kami bercampur menjadi sebuah kemesraan. Dengan jantung yang lebih cepat berdetak. 



Dimana ayah? Bisakah kalian menjawab? 



Ayah sudah memanggil ku sejak empat hari yang lalu.. 
Bisa kudengar itu, karena aku adalah ayah. Ayah adalah aku. 



Apa jadinya bila ia tak pernah didalam nisan? 
Aku akan menjadi apa? 



Jika boleh ku gali, aku akan lucuti semua tanahnya... 
Mencium kafan nya dan memeluk erat. 



Papa, berterima kasihlah pada Takdir. 
Hingga kau tak melihat hati ku berserakan. Aku tak tau akan menjadi apa jasadmu... 



Didalam nadi ku, papa bersama Tuhan.
Mendekap Nadi adalah membuai papa. 



Bagaimana bila ku katakan aku rapuh tanpanya. Papa. 
Apa jadinya jasadnya? 



Aku hanya ingin papa memangku tangis ku. 
Merindukan kumis kecil dan hidung mancungnya. 
Maka kecuplah aku... 



Aku mendengar suara mu, turut serta. 
Aku merasakan pedih mu karena aku. 
aku menjelma doa mu dalam rapuh. 



Izinkan aku berpangku pada lutut. 
Ketika kau tidak samping ku.... 



Aku tahu, papa ada di dalam setiap nafas yang ku hembus. 
Papa, bagaimana kau bangkitkan risau ku?
Doa'a. Ada penuh doa untuk mu....
.... Dan papa, semua rindu yang kupunya tak lebih dari rindu Tuhan akan hadir mu dalam surga. 



Sampai jumpa lagi di surga, untuk Nadi, dan setiap hembusan nafas mu yang tak lagi kau tiup. 
Perjumpaan kita yang pertama :') 



Berlalu,
Papa, peluk aku sekejap. 
Maka aku akan selalu jadi bayi kecil mu yang tak pernah kau belai.... 






Untuk papa....
 

18.40 
Jumat... 6 juli 2012

No comments:

Post a Comment